Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Seniman Malang mendesak polisi mengungkap kematian Agus Salim alias Gimbo.
Diduga tewas setelah dianiaya.
Dewan Kesenian Malang dituduh menutupi penyebab kematian Gimbo.
KALANGAN seniman di Malang, Jawa Timur, ramai membicarakan kematian Agus Salim alias Gimbo sejak akhir Juni lalu. Setelah tiga pekan tak sadarkan diri, Gimbo meninggal di salah satu rumah sakit di Malang pada Selasa, 25 April lalu. Tapi, sebulan berjalan, penyebab kematiannya masih belum terang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Mochamad Soleh, kakak Gimbo, dokter menyatakan adiknya meninggal karena gangguan jantung. Keluarga tak langsung mempercayai keterangan itu, meski Gimbo perokok aktif. Tapi tak ada penjelasan detail dari rumah sakit. “Selama ini Gimbo tak punya riwayat sakit jantung,” kata pria yang akrab disapa Wanto itu saat ditemui di rumahnya di Malang pada Jumat, 30 Juni lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gimbo, 45 tahun, sempat menjalani operasi tempurung kepala di rumah sakit. Wanto yang menandatangani surat persetujuan operasi. Seluruh biaya operasi ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. “Katanya ada luka di sini,” ujar Wanto sambil menunjuk tempurung kepala kanan bagian belakang.
Wanto mengaku masih merasa depresi atas kematian Gimbo. Selama ini hubungan keduanya bukan sekadar komunikasi antara kakak dan adik. Mereka juga saling membantu dalam mencari nafkah. Wanto membuka usaha dekorasi bunga hias untuk pernikahan dan acara lain di rumahnya. “Gimbo selalu membantu jika ada pekerjaan,” tuturnya.
Hari-hari Gimbo lebih banyak dihabiskan dalam kegiatan teater dan seni di Malang. Sebelum tak sadarkan diri, Gimbo menghadiri sebuah pentas teater yang diselenggarakan di halaman Dewan Kesenian Malang di Jalan Majapahit pada Senin, 3 April lalu. Mereka tengah merayakan Hari Teater Sedunia yang jatuh tiap tanggal 27 Maret.
Menjelang Selasa dinihari, sejumlah saksi mengatakan Gimbo terlihat cekcok dengan seorang pengurus Dewan Kesenian yang berinisial BM. Gimbo ambruk setelah ditonjok BM. Wanto dan pihak keluarga mendapat kabar Gimbo berada di rumah sakit dari kerabat. Martha, istri Gimbo, enggan menceritakan peristiwa yang dialami suaminya itu. “Maaf, saya lagi bekerja,” katanya saat dihubungi melalui WhatsApp.
Sepekan setelah Gimbo meninggal, BM datang bersama Ketua Dewan Kesenian Malang Dimas Novib Septono. Mereka menyampaikan kronologi perselisihan keduanya. Saat itu BM menyampaikan permintaan maaf dan menyerahkan uang Rp 1 juta. “Hanya itu kemampuan saya,” tutur Wanto menirukan ucapan BM.
Wanto menganggap uang kompensasi itu jauh dari kebutuhan. Hingga kini Wanto merasa risau lantaran uang asuransi kematian juga belum cair. Padahal uang itu direncanakan untuk membiayai kenduri, perbaikan makam orang tua, dan sumbangan untuk anak yatim.
Keluarga dan Wanto mengaku mengikhlaskan kepergian Gimbo. Mereka sudah mengundang BM dan Dimas untuk menghadiri tahlil peringatan 40 hari wafatnya Gimbo. Meski acara sudah selesai, keduanya tak kunjung hadir. “Teman-temannya sesama seniman juga tak hadir,” ucap Wanto.
Belakangan, rekan Gimbo bernama Fandy Achmad mengungkit kembali kematian yang masih dianggap misteri itu. Lewat akun Instagram miliknya, Fandy menuliskan kronologi pemukulan hingga Gimbo terkapar di dalam ruangan Dewan Kesenian Malang.
Fandy menyebutkan pemukulan Gimbo berawal dari perdebatan dengan seorang rekan sesama seniman. Sang rekan dianggap tak menerima kritik, lalu menonjok Gimbo. Gimbo langsung ambruk dan sempat dibawa ke salah satu ruangan Dewan Kesenian. “Kejadian ini dilakukan di tempat yang seharusnya menjadi tempat aman untuk rekan seniman,” demikian tulisnya.
Polisi sempat mendatangi lokasi dan menemui sejumlah orang. Fandy menuliskan pengurus Dewan Kesenian Malang mengklaim Gimbo jatuh dari tangga. Fandy dan rekan-rekannya yang lain menganggap Dewan Kesenian telah memutarbalikkan fakta. Ia menuduh Gimbo mati di “rumah sendiri”.
Kepada Tempo, Fandy menjelaskan, kronologi tersebut diperoleh berdasarkan keterangan seorang saksi yang berada di samping Gimbo. Pada Selasa, 4 April lalu, sekitar pukul 01.30, tengah digelar pementasan teater memperingati Hari Teater Sedunia oleh sejumlah komunitas di Kota Malang.
Fandy mengakui sampai sekarang saksi itu belum berani buka mulut karena takut. Mereka akhirnya menyampaikan kabar ini di media sosial karena belum ada penyelesaian yang adil untuk Gimbo dan keluarga. “Harapanku sebagai kawan agar kasus ini diusut dan penegak hukum menjatuhkan hukuman yang setimpal,” tuturnya.
Gimbo saat melukis/Facebook.com/ Agus Gembo
Fandy dan kelompok seniman lain menganggap Dewan Kesenian Malang lalai. Indikasinya adalah membiarkan Gimbo sendirian berada di sebuah ruangan di gedung Dewan Kesenian dalam keadaan terluka setelah dianiaya BM. “Korban tidak langsung dibawa ke rumah sakit untuk dicek fisik. Malah dibiarkan dan dikunci di ruangan tanpa penanganan,” katanya.
Pada saat itu sejumlah pengurus dituduh menutup-nutupi penyebab Gimbo terluka. Ada yang menyebut Gimbo terjatuh di tangga, terpeleset di kamar mandi, hingga mengalami kecelakaan. Fandy menuding sejumlah pihak sengaja membuat cerita bohong.
Kepada temannya, BM mengklaim Gimbo yang memulai keributan. Saat itu Gimbo dalam pengaruh minuman beralkohol. Ia berjalan mendekati BM dan menantang berkelahi. Sejumlah teman sempat melerai pertengkaran itu.
BM mulai tersinggung saat Gimbo menyinggung ideologinya dan meludah. BM menonjok Gimbo satu kali lalu ia jatuh ke lantai. Gimbo diam dan tak melawan. Rekan yang lain berupaya mengajak Gimbo pulang, tapi pria berambut gondrong itu menolak.
Gimbo berada di salah satu ruangan Dewan Kesenian hingga Selasa pagi. Pada pukul 11.00 WIB, ia ditemukan tergeletak dengan mulut mengeluarkan busa. Gimbo dilarikan ke rumah sakit.
Ketua Dewan Kesenian Malang Dimas Novib Septono menyangkal kabar bahwa pengurus membiarkan Gimbo terkapar sendirian di ruangan Dewan Kesenian. Pihaknya justru berupaya menyelamatkan dengan membawa Gimbo ke rumah sakit dan menyiapkan biaya perawatan.
Dimas mengklaim penyebab kematian Gimbo bukan luka yang dialami akibat peristiwa nahas itu, melainkan serangan jantung. “Setelah cedera di kepala beres, kemudian mengalami serangan jantung,” ujarnya.
Dia mengakui menjadi penghubung antara BM dan pihak keluarga Gimbo agar tidak memperpanjang urusan kematian Gimbo ke ranah hukum. Dia juga mengklaim polisi meminta menyelesaikan kasus kematian Gimbo secara kekeluargaan. Sebab, jika tidak ada titik temu, kasus ini akan dilanjutkan ke proses hukum. “Proses hukum akhirnya berhenti,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Kepolisian Sektor Klojen Komisaris Syaiban Rahmad Kusriyanto mengatakan pihaknya masih mendalami kematian Gimbo dengan mengumpulkan bukti dan meminta keterangan sejumlah saksi. “Masih dalam penyelidikan. Bila proses lidik selesai, akan ada penjelasan dari Kepala Kepolisian Resor Kota Malang,” ucapnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Eko Widianto dari Malang berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Ambruk di Perayaan Hari Teater"