Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Intelijen Inggris membocorkan bahwa pasukan cadangan Rusia yang bertugas di garis depan di Ukraina diperintahkan untuk berperang dengan sekop buatan tahun 1869 atau yang berusia lebih dari satu abad. Kementerian Pertahanan Inggris melaporkan bahwa akhir bulan lalu, tentara Moskow dipaksa untuk menyerang tentara Ukraina dari jarak dekat hanya berbekal senjata api dan sekop.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kementerian Inggris berkomentar bahwa sekop kemungkinan besar mengacu pada MPL-50 edisi standar yang digunakan untuk pertarungan tangan kosong, yang dirancang pada 1869, dua tahun setelah pemerintahan Tsar Nicholas II yang hancur. Menurut buletin tersebut, alat pertahanan yang digunakan untuk pertarungan tangan kosong sebagian besar tetap tidak berubah selama 154 tahun terakhir. “Penggunaannya terus berlanjut sebagai senjata menyoroti pertempuran brutal dan berteknologi rendah yang telah menjadi ciri sebagian besar perang," menurut Kementerian Pertahanan Inggris.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu tentara cadangan yang dimobilisasi mengatakan bahwa dia secara fisik maupun psikologis siap untuk menyerang tentara Ukraina dengan sekop. Kualitas sekop mematikan telah menjadi bahan pengetahuan militer di antara prajurit Rusia.
Menurut analis Inggris, bukti terbaru menunjukkan peningkatan pertempuran jarak dekat di Ukraina. Pasukan Moskow telah mencoba selama berbulan-bulan untuk merebut kota utama Bakhmut di wilayah Donetsk. “Ini mungkin akibat dari perintah Rusia yang bersikeras melakukan tindakan ofensif yang sebagian besar terdiri dari infanteri yang diturunkan, dengan lebih sedikit dukungan dari tembakan artileri karena Rusia kekurangan amunisi,” menurut analisa terbaru itu.
Pada Senin, 6 Maret 2023, Yevgeny Prigozhin, pendiri tentara bayaran Grup Wagner yang memimpin pertempuran di Bakhmut, mengeluh bahwa para pejuangnya sangat membutuhkan amunisi. Prigozhin mengatakan pekan lalu bahwa anak buahnya telah mengepung Bakhmut, namun pertahanan Rusia bisa runtuh jika Wagner terpaksa mundur.
Prigozhin, yang merupakan sekutu dekat Presiden Vladimir Putin, telah menuduh pejabat di Kementerian Pertahanan Rusia berkhianat karena gagal mengirim amunisi yang cukup untuk tentaranya. Tuduhan Prigozhin itu dibantah keras oleh petinggi militer Rusia.
Seorang juru bicara brigade serangan ke-10 Ukraina, Mykyta Shandyba, mengatakan kepada televisi Ukraina sudah jelas bahwa pasukan Rusia menghadapi kekurangan amunisi yang membatasi kemajuan mereka di Bakhmut. Namun kekurangan amunisi itu tak menghentikan perang di Bakhmut. Justru sebaliknya, tentara Rusia mencoba menerobos garis pertahanan Ukraina.
Dalam 24 jam terakhir, pasukan Ukraina telah memukul mundur hampir 100 serangan di wilayah Donbas, menurut Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina. Volodymyr Nazarenko, seorang komandan Ukraina di Bakhmut, mengatakan tidak ada perintah untuk mundur dan pertahanan tetap bertahan. “Situasi di Bakhmut dan sekitarnya sangat buruk, seperti di seluruh front timur,” kata Nazarenko dalam sebuah video yang diposting di Telegram.
Senjata dan amunisi Rusia sudah tua sehingga menyebabkan lambatnya serangan ke Ukraina. Sebaliknya, Ukraina memilki senjata yang lebih modern yang dipasok Barat.
NEW YORK POST | DAILY MAIL | REUTERS
Pilihan Editor: Arab Saudi Suntik Dana Segar ke Bank Sentral Turki Rp 76 Triliun