KOMISI Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) bangkrut. Menurut markas besar badan dunia ini di Jenewa Rabu pekan lalu, dalam tahun anggaran 1990 ini saja UNHCR kekurangan dana sekitar US$ 80 juta. Maka, 800.000 warga Mozambique yang mengungsi ke negara tetangga, Malawi, terancam telantar. "Pun di Etiopia, tempat hantu kelaparan merajalela, kami tak bisa lagi menyediakan perbekalan makanan. Sementara itu, di sejumlah kamp pengungsi di Sudan dan Malawi penderita HO sudah meningkat 30%," kata seorang staf UNHCR. Di Pulau Galang, Indonesia, pun UNHCR sudah kewalahan memberikan perlindungan dan makanan bagi 12.000 pengungsi Vietnam. Gubuk yang dibangun cuma cukup untuk 2.000 pengungsi. "Sekitar 10.000 orang lagi harus tidur di pantai. Kami bahkan tak mampu membeli atap plastik bagi mereka," ujar staf UNHCR itu. Thorvald Stoltenberg, komisi tertinggi (High Commissioner) UNHCR, adalah orang yang dikambinghitamkan atas kebangkrutan UNHCR. Stoltenberg, yang mengundurkan diri November silam, dipersalahkan telah membiayai program pendidikan dan urusan sosial para pengungsi. Selain itu, UNHCR juga dinilai terlalu padat karyawan. Dari 60 staf tak lama setelah didirikan pada 1951, kini karyawan membengkak menjadi 2.400 orang. Padahal, urusan pokok UNHCR, sesuai dengan keinginan para negara pemberi donor, pada masalah makanan, air, dan perumahan bagi pengungsi. Dalam pertemuan tahunan UNHCR Senin pekan ini, para pengurus (bakal) dirampingkan 13%.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini