PEMIMPIN rupanya memang senang dianggap agung. Stalin nyaris
disamakan dengan Tuhan di masa ia masih hidup dan memerintah Uni
Soviet. Dalam gambar tahun baru, misalnya, potretnya suka
terpasang sebagai bintang besar di langit malam. Di RRT,
terutama selama dan sesudah "revolusi kebudayaan", Mao Tse-tung
hampir setaraf dengan sang Juru Selamat meskipun katanya ia
hanya memanfaatkan kultus terhadap dirinya itu guna menyaingi
pengaruh tokoh partai seperi Liu Shao-ci, yang ia anggap sudah
sesat. Tapi mungkin diantara para pemimpin komunis yang masih
hidup kini, kultus individu di Korea Utara barangkali yang
paling menyolok. Dan Kim II-sung, presiden dan pemimpin bangsa
Korea sebelah Utara itu, memang tampak gemar bila dirinya
dikultuskan. Gambar-gambarnya selalu terpasang di mana saja ada
orang Korea Utara, baik dalam ukuran besar segede pintu, ataupun
kecil sebagaimana yang terpasang sebagai lencana.
Yang membikin ia sedikit lain. ketimbang pemimpin komunis lain
ialah bahwa ia tampak bersikap seperti penguasa feodal: hubungan
keluarga sangat ia pedulikan dalam memerintah. Begitulah,
sejarah resmi Korea Utara konon tidak cuma memuja-muja
peranannya dalam perang dan pembangunan, tapi juga
mengagung-agungkan peran isterinya. Yang terakhir lebih hebat
lagi: Kim II-sung dikabarkan menunjuk anaknya untuk jadi
penggantinya kelak. Anak sulungnya ini, Kim Chong-il, berumur 35
tahun, kini sering muncul di publik--bahkan gambarnya dipasang
di samping gambar bapaknya.
Mengritik
Menurut laporan South China Morning Post pekan lalu, orang-orang
penting dalam Partai Pekerja (komunis) sendiri ada yang tak
senang melihat tingkah-laku sang pemimpin. Di antara yang
menentang adalah Jenderal Nam II. Tokoh ini dikenal sebagai
perwira yang selgit mempertahankan pendiriannya dalam
perundingan di Panmunjom dalam tahun 1950-an, antara delegasi
Korea Utara dengan PBB. Sebagai tentara, Nam II pernah berhasil
mengerahkan pasukannya ke bagian Sclatan dalam Perang Korea, dan
hampir menang, ia gagal karena almarhum Jenderal Mac Arthur
Panglima Tertinggi pasukan PBB di Korea, mendadak mendaratkan
pasukannya di dekat Seoul. Mungkin karena jasa-jasanya yang
gemilang itu ia berani mengritik Kim II-sung. Apalagi ia anggota
Komite Sentral Partai.
Tapi mendadak, ia dikabarkan meninggal, 7 Maret yang lalu.
Berita tentang ini menyatakan,Nam II mati karena "kecelakaan
mendadak". Upacara penguburannya dilakukan secara kenegaraan.
Apa "kecelakaan" itu tak pernah jelas. Tapi kemudian, sedikit
demi sedikit, cerita-cerita merembes juga keluar dari ibukota
Pyongyang. Menurut salah satu cerita, jenderal yang seusia
dengan Ktm II-sung itu, yakni 64 tahun, tengah berdebat dengan
sengitnya dengan sang presiden. Ini menimbulkan murka Kim
II-sung, dan sang jenderal didorong keluar jendela - terjatuh
dan tewas. Cerita lain mengatakan balwa ia didorong keluar dari
mobil resminya, dan meninggal di pagi hari 7 Maret itu.
Sampai berapa jauh berita itu benar? Yang jelas, di Pyongyang
sedang terjadi perubahan-perubahan tertentu di tingkat atas.
Kantor berita Korea Utara awal pekan lalu memberitakan
penggantian pejabat-pejabat teras: menteri pertahanan diganti,
begitu juga sebulan sebelumnya Perdana Menteri Kim II diganti.
Penggantian ini agaknya merupakan hasil Sidang ke-5 Musyawarah
Perwakilan Rakyat Tertinggi - yang kali ini, berbeda dengan di
tahun 1972--dilakukan secara tertutup.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini