"kekuasan cenderung untuk korup ,dan kekuasaan mutlak korup
secara mutlak pula."
DENGAN rambut palsu resmi di atas kepalanya, dengan suara pelan
tapi teratur, Hakim Raja Azlan Shah mengutip kalimat itu dalam
vonnisnya yang 80 halaman dan dibacakan hampir 2 jam lamanya.
Ruang Mahkamah Tinggi di Kuala Lumpur itu hening. 400 orang yang
hadir di dalam dan 1000 orang yang di luar menunggu apa
keputusan yang segera diperdengarkan. Juga sang pesakitan: Datuk
Harun Idris, tokoh Malaysia yang sebelumnya ada]ah Menteri Besar
negara bagian Selangor. Ternyata, ia dinyatakan bersalah
korupsi. Dan untuk sementara berakhirlah pengadilan yang
bersejarah itu: bekas Wakil Ketua Partai yang berkuasa, UMNO
dijatuhi hukuman 2 tahun. Harun juga harus mengembalikan uang
sebanyak M$ 225.000 (Rp 36 juta), sebagian dari uang yang
diterimanya dalam perbuatan korupsi itu.
Harun dinyatakan bersalah, karena ia meminta uang sebesar M$
250.000 (kira-kira Rp 40 juta) dari sebuah bank di Hongkong, The
Hongkong and Shanghai Banking Corporation, sebagai bayaran buat
partai UMNO. Uang itu, menurut tuduhan, dipakai untuk
mempermudah Harun,sebagai Menteri Besar, guna memperoleh
persetujuan dari dewan pemerintahan Selangor terhadap rencana
bank Hongkong itu menyatukan beberapa tanah buat gedungnya yang
bertingkat 28.Harun memang diberi wewenang oleh partai guna
menghimpun dan menggunakan dana khusus. Dan memang tak ada fakta
bahwa Harun-lah yang meminta sumbangan itu. Tapi kata Hakim
"Adalah salah untuk mengira. bahwa karena suatu fakta tak dapat
diwujudkan melalui bukti langsung, maka ia karenanya tak dapat
ditarik kesimpulannya dan fakta-fakta yang sudah terbukti". Bagi
Hakim, hanya tokoh "kelas berat" macam Harun saja yang bisa
meminta bantuan sebesar itu.
"Pengadilan Politik"
Tuduhan kedua menyebut bahwa Harun menerima M5 25.000 (Rp 4
juta) dari bank Hongkong itu di bandar udara Kuala Lumpur,
Agustus 1972, beberapa bulan setelah permintaan di atas
dikemukakan. Tuduhan ketiga menyatakan bahwa Maret 1973 Harun,
waktu itu menjadi Menteri Besar Selangor, menerima M$ 225.000
(Rp 36 juta) dari bank yang sama, untuk tujuan yang sama pula.
Dari sebagian uang itulah yang harus dikembalikan Harun menuntut
vonnis hakim - kepada UMNO Selangor.
Tentu saja yang menarik dari proses ini bukanlah detail
penyelewengan Datuk Harun. Bagi para pengikut tokoh UMNO yang
berumur 51 tahun ini. pengadilan itu tak lain adalah "pengadilan
politik" -- cara para pemimpin UMNO yang lain, termasuk almarhum
Tun Razak, menyingkirkan saingan mereka. Simpati pada Harun
memang masih tampak. Ketika ia masuk ke ruang Mahkamah dengan
diiringi pembelanya seperempat jam sebelum sidang dimulai. dari
hadirin terdengar tepuk tangan.Ketika vonnis selesai dibacakan,
di antara hadirin ada yang menangis. Harun sendiri tampak
menanan air mata. Isterinya, Datin Salmah, yang hadir beserta
dua puteranya dan beberapa anggota keluarga lain, dibimbing
keluar setelah sidang selesai. Pembelanya menyatakan naik
banding, dan Harun bisa di luar tahanan dengan uang jaminan M$
100. 000 (Rp 16 juta).
Sementara itu, belum semua tuduhan selesai diadili. Ada 17
tuduhan lain yang masih harus disidangkan, antara lain perkara
uang M$ 3 juta milik Bank Rakyat yang ia pimpin. Uang itu ia
gunakan sebagai jaminan untuk dapat kredit dari First National
City Bank guna membantu membiayai pertandingan tinju Moh. Ali
lawan Joe Bugner Juli tahun lalu. Bagi sementara pengamat
meskipun pengadilan itu mungkin tak bebas dari percaturan
politik di dalam UMO, satu hal jelas: pengadaan itu menyadarkan
khalayak akan perlunya batas dalam wewenang politik Seperti
dikatakan Hakim Raja Azlan bagi banyak orang, perkara itu telah
menampakkan "suatu kemerosotan yang menakutkan" dari kejujuran
sementara pe- mimpin Malaysia. Maka pengadilan itu menarik
perhatian akan perlunya pemhatasan yang diakui dalam hal
kekuasaan politik. Sebab apa yang terjadi dengan Datuk Harun
merupakan contoh bagi ucapan sejarawan dan moralis Inggeris
akhir abad lalu, Lord Acton. "Kekuasaan cenderung korup, dan
kekuasaan mutlak korup secara mutlak pula".
Adakah Harun dan para pendukungnya menyadari hal yang sama?
Ketika para pengikutnya itu mengerumuninya begitu sidang usai,
Harun hanya berkata pendek "Balik, balik".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini