Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Harun: cerita tentang korupsi ...

Datuk harun idris, menteri besar negara bagian se- langor, bekas wakil ketua partai umno di malaysia dijatuhi hukuman 2 tahun dan harus mengembalikan uang $m 225.000. bersalah karena korupsi. (ln)

29 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"kekuasan cenderung untuk korup ,dan kekuasaan mutlak korup secara mutlak pula." DENGAN rambut palsu resmi di atas kepalanya, dengan suara pelan tapi teratur, Hakim Raja Azlan Shah mengutip kalimat itu dalam vonnisnya yang 80 halaman dan dibacakan hampir 2 jam lamanya. Ruang Mahkamah Tinggi di Kuala Lumpur itu hening. 400 orang yang hadir di dalam dan 1000 orang yang di luar menunggu apa keputusan yang segera diperdengarkan. Juga sang pesakitan: Datuk Harun Idris, tokoh Malaysia yang sebelumnya ada]ah Menteri Besar negara bagian Selangor. Ternyata, ia dinyatakan bersalah korupsi. Dan untuk sementara berakhirlah pengadilan yang bersejarah itu: bekas Wakil Ketua Partai yang berkuasa, UMNO dijatuhi hukuman 2 tahun. Harun juga harus mengembalikan uang sebanyak M$ 225.000 (Rp 36 juta), sebagian dari uang yang diterimanya dalam perbuatan korupsi itu. Harun dinyatakan bersalah, karena ia meminta uang sebesar M$ 250.000 (kira-kira Rp 40 juta) dari sebuah bank di Hongkong, The Hongkong and Shanghai Banking Corporation, sebagai bayaran buat partai UMNO. Uang itu, menurut tuduhan, dipakai untuk mempermudah Harun,sebagai Menteri Besar, guna memperoleh persetujuan dari dewan pemerintahan Selangor terhadap rencana bank Hongkong itu menyatukan beberapa tanah buat gedungnya yang bertingkat 28.Harun memang diberi wewenang oleh partai guna menghimpun dan menggunakan dana khusus. Dan memang tak ada fakta bahwa Harun-lah yang meminta sumbangan itu. Tapi kata Hakim "Adalah salah untuk mengira. bahwa karena suatu fakta tak dapat diwujudkan melalui bukti langsung, maka ia karenanya tak dapat ditarik kesimpulannya dan fakta-fakta yang sudah terbukti". Bagi Hakim, hanya tokoh "kelas berat" macam Harun saja yang bisa meminta bantuan sebesar itu. "Pengadilan Politik" Tuduhan kedua menyebut bahwa Harun menerima M5 25.000 (Rp 4 juta) dari bank Hongkong itu di bandar udara Kuala Lumpur, Agustus 1972, beberapa bulan setelah permintaan di atas dikemukakan. Tuduhan ketiga menyatakan bahwa Maret 1973 Harun, waktu itu menjadi Menteri Besar Selangor, menerima M$ 225.000 (Rp 36 juta) dari bank yang sama, untuk tujuan yang sama pula. Dari sebagian uang itulah yang harus dikembalikan Harun menuntut vonnis hakim - kepada UMNO Selangor. Tentu saja yang menarik dari proses ini bukanlah detail penyelewengan Datuk Harun. Bagi para pengikut tokoh UMNO yang berumur 51 tahun ini. pengadilan itu tak lain adalah "pengadilan politik" -- cara para pemimpin UMNO yang lain, termasuk almarhum Tun Razak, menyingkirkan saingan mereka. Simpati pada Harun memang masih tampak. Ketika ia masuk ke ruang Mahkamah dengan diiringi pembelanya seperempat jam sebelum sidang dimulai. dari hadirin terdengar tepuk tangan.Ketika vonnis selesai dibacakan, di antara hadirin ada yang menangis. Harun sendiri tampak menanan air mata. Isterinya, Datin Salmah, yang hadir beserta dua puteranya dan beberapa anggota keluarga lain, dibimbing keluar setelah sidang selesai. Pembelanya menyatakan naik banding, dan Harun bisa di luar tahanan dengan uang jaminan M$ 100. 000 (Rp 16 juta). Sementara itu, belum semua tuduhan selesai diadili. Ada 17 tuduhan lain yang masih harus disidangkan, antara lain perkara uang M$ 3 juta milik Bank Rakyat yang ia pimpin. Uang itu ia gunakan sebagai jaminan untuk dapat kredit dari First National City Bank guna membantu membiayai pertandingan tinju Moh. Ali lawan Joe Bugner Juli tahun lalu. Bagi sementara pengamat meskipun pengadilan itu mungkin tak bebas dari percaturan politik di dalam UMO, satu hal jelas: pengadaan itu menyadarkan khalayak akan perlunya batas dalam wewenang politik Seperti dikatakan Hakim Raja Azlan bagi banyak orang, perkara itu telah menampakkan "suatu kemerosotan yang menakutkan" dari kejujuran sementara pe- mimpin Malaysia. Maka pengadilan itu menarik perhatian akan perlunya pemhatasan yang diakui dalam hal kekuasaan politik. Sebab apa yang terjadi dengan Datuk Harun merupakan contoh bagi ucapan sejarawan dan moralis Inggeris akhir abad lalu, Lord Acton. "Kekuasaan cenderung korup, dan kekuasaan mutlak korup secara mutlak pula". Adakah Harun dan para pendukungnya menyadari hal yang sama? Ketika para pengikutnya itu mengerumuninya begitu sidang usai, Harun hanya berkata pendek "Balik, balik".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus