Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di sebagian wilayah utara Afganistan, pemilu adalah ajang transaksi jual-beli suara. Di wilayah selatan, suara rakyat identik dengan titah kepala desa. ”Bila kepala desa bilang kami akan memilih, kami akan memilih,” kata seorang warga di sekitar Spin Boldak, Provinsi Kandahar, seperti dituturkan Andi Jatmiko, kamerawan AP, yang menjadi korban ledakan ranjau ketika turut berpatroli bersama pasukan Amerika Serikat di wilayah itu dua pekan lalu.
Di Kabul, ibu kota Afganistan, tim investigasi BBC menemukan bukti transaksi suara. Seorang warga yang bekerja untuk BBC menyamar sebagai pembeli dan menerima tawaran penjualan seribu lembar kartu suara dengan harga US$ 10 per lembar.
Seorang mantan komandan militer di Provinsi Baghlan, Afganistan utara, menceritakan dia dan beberapa kepala desa didekati tim kampanye Hamid Karzai dan Abdullah Abdullah yang menawarkan sejumlah uang. Jika satu kandidat menawarkan US$ 10 ribu, kandidat lain akan menawarkan US$ 20 ribu. ”Ini seperti bisnis yang sangat kompetitif,” katanya.
Di wilayah selatan yang terpencil, bukit pasir berbatu tanpa jalan menjadi kendala utama pemilu. Sulit sekali mendata pemilih. Kartu suara didistribusikan dengan menggunakan helikopter atau mobil. Namun, karena jumlah kendaraan terbatas, keledai pun digunakan untuk mengedarkan kartu suara. Tak aneh jika kartu-kartu suara itu dikhawatirkan hilang atau dimanipulasi di tengah jalan.
Di desa-desa itu hanya ada beberapa rumah besar yang ditinggali beberapa keluarga sekaligus. Rumah mereka sangat sederhana, dibangun dari tanah dicampur air. Tanah itu akan menjadi liat dan mudah dibentuk. Pendidikan mereka rendah. Tak ada sekolah di desa tersebut. Air menjadi barang mahal yang sulit didapatkan. Di mana-mana hanya ada tanah gersang berbatu dan berdebu. Jarak antardesa juga cukup jauh, 40-80 kilometer.
Namun, menurut Andi, kondisi sosial masyarakat di selatan Afganistan yang terpencil kini lebih baik ketimbang pada masa rezim Taliban dulu. ”Saya sempat melihat perempuan ke luar rumah tanpa menggunakan burka. Beberapa di antaranya mendengarkan radio kecil. Ini tak akan terjadi ketika Taliban berkuasa,” katanya.
Amandra Mustika
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo