Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tidak Ada Demokrasi tanpa Oposisi

Sam Rainsy, Pemimpin Oposisi Kamboja:

16 November 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tokoh oposisi pemerintah Kamboja, Sam Rainsy, saat berada di Bandar Udara Roissy, Paris, Prancis, 7 November 2019. REUTERS/Charles Plataus

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMIMPIN oposisi Kamboja, Sam Rainsy, mengumumkan niatnya pulang ke negara-nya pada 9 November. Pada hari kemerdekaan Kamboja itu, ia akan memimpin perlawanan damai terhadap pemerintah Perdana Menteri Hun Sen dari Partai Rakyat Kamboja di Ibu Kota Phnom Penh. Pendiri dan mantan Presiden Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP) itu berniat berangkat dari Paris, Prancis, tempat tinggalnya kini, ke Bangkok, Thailand, lalu bersama pendukungnya menuju perbatasan untuk masuk ke Kamboja.

Namun pemerintah Hun Sen melakukan banyak cara untuk mencegah Rainsy pulang. Selain meminta maskapai penerbangan tak mengangkut Rainsy ke Thailand, Hun Sen mengirim pasukan ke perbatasan dan menyiagakan militer di bandar udara. Rainsy akhirnya tak bisa naik pesawat menuju Bangkok dan mengalihkan perjalanannya ke Malaysia, lalu ke Indonesia.

Tapi Rainsy pantang menyerah. “Itu bisa kapan saja. Mungkin besok, lusa, minggu depan. Situasi berubah dengan cepat di Kam--boja,” kata pria kelahiran Phnom Penh, 10 Maret 1949, ini kepada wartawan Tempo, Abdul Manan, di Jakarta, 14 Novem-ber lalu.

Apa yang terjadi di Bandara Charles de Gaulle, Paris, saat Anda hendak terbang ke Bangkok, 7 November lalu?

Saya dicegah. Mereka menerima instruksi dari tingkat tinggi pemerintahan yang membuat maskapai Thai Airways tidak meng-izinkan saya naik pesawat. Ini adalah keputusan politik.

Mengapa akhirnya memilih ke Malaysia setelah gagal ke Thailand?

Saya ingin pergi ke negara yang dekat dengan Kamboja. Indonesia juga dekat dengan Kamboja.

Apakah situasi ini sudah Anda prediksi sebelumnya?

Ini bukan yang pertama kali. Ini yang ketiga kalinya bagi saya. Situasi di Kamboja naik dan turun. Kalau sedang baik, saya masuk. Ketika memburuk, saya di luar.

Bagaimana rencana untuk kembali berikutnya?

Itu bisa kapan saja. Mungkin besok, lusa, pekan depan. Situasi berubah dengan cepat di Kamboja. Uni Eropa memberikan tekan-an kepada Kamboja karena skema Everything But Arms (EBA). Uni Eropa memberikan satu bulan kepada Kamboja untuk merespons. (Skema EBA diberikan Uni Eropa kepada Kamboja untuk akses bebas kuota buat semua produk, kecuali senjata dan amunisi.)

Anda menggunakan momentum ini untuk masuk Kamboja?

Iya. Mengkombinasikan. Tekanan internal dari saya, tekanan eksternal dari Uni Eropa.

Apa pertimbangan utama masuk lewat perbatasan darat ke Kamboja?

Hun Sen melarang perusahaan penerbangan membawa saya. Jadi Hun Sen ingin menghalangi saya melalui darat, udara, dan laut. Melalui darat, mereka mengerahkan pasukan di perbatasan. Jadi saya tidak bisa melintasi perbatasan. Dia akan menembak saya. Melalui udara, kami khawatir dia bisa menembak pesawatnya.

Tapi saya memiliki pendukung dari para pekerja migran di Thailand, yang jumlahnya sekitar 2 juta orang. Ketika saya tiba di perbatasan, mereka akan datang dan menyeberang ke perbatasan bersama saya.

Anda tidak takut ditangkap di perbatas-an?

Tidak. Itu tergantung jumlahnya. Jika satu orang yang melintasi perbatasan, mung-kin. Namun berbeda jika jumlahnya ribuan.

Pemerintah menuduh Anda mencoba menggulingkan pemerintah.

Tuduhan yang sangat konyol. Saya tidak punya senjata, tentara, uang. Jika ingin menggulingkan pemerintah, Anda memerlukan tentara, organisasi, senjata, uang, atau mungkin dukungan CIA (badan intelijen Amerika Serikat). Saya tidak punya apa-apa. Saya rasa Hun Sen takut terhadap sema-ngat kemanusiaan, tekad, dan kebera-nian.

Sebenarnya apa yang ditakuti dari Anda?

Nama saya Sam Rainsy. Dia tidak takut pada satu Sam Rainsy, tapi jutaan Sam Rainsy, para pendukung saya. Mereka memiliki beberapa kesamaan pola pikir, kesa-maan ide. Saya menjadi simbol. Jadi saya akan menjadi pemicu. Jika sang simbol datang, setiap orang akan bangkit. Rakyat juga banyak yang tidak menyukainya.

Tapi partai Hun Sen menang mutlak dalam pemilihan umum tahun lalu?

Itu pemilihan palsu. Curang. Dalam pemilihan umum terakhir, tidak ada satu pun partai oposisi. Mereka membubarkan partai kami. Kami tidak bisa berpartisipasi dan dia menang 100 persen karena tidak ada oposisi. Ini seperti kompetisi tinju. Dia berlomba sendirian dan dia menang.

Bagaimana dukungan internasional untuk Anda?

Kami mendapat dukungan moral dari semua negara Barat. Dewan Hak Asasi Manusia di Jenewa, yang terdiri atas 40 negara, membuat pernyataan yang mendukung demokrasi di Kamboja. Mereka menekan Hun Sen agar mengizinkan oposisi berpartisi-pasi dalam pemilihan, untuk memungkinkan pers, organisasi kemasyarakatan sipil, organisasi hak asasi manusia bebas berjalan. Mereka mendorong mekanisme demokrasi.

Di Asia, khususnya Asia Tenggara, ada dua negara: Malaysia dan Indonesia. Mereka tidak mendukung saya. Mereka mendukung demokrasi. Mereka tidak mendukung partai saya, tapi mendukung nilai. Jika mereka melihat ada masalah dengan demokrasi, mereka menyatakan keprihatinan dan membuat solidaritas. Indonesia pernah menjadi ketua bersama dengan Prancis dalam Konferensi Perdamaian Pa-ris Soal Kamboja 1991. Wajar Indonesia bersikap kalau ada sesuatu yang salah.

Apakah Indonesia memberikan dukungan yang Anda butuhkan?

Indonesia mengizinkan saya masuk. Bagi saya, Indonesia menunjukkan bahwa saya bukan pelaku kriminal. Saya demokrat, pejuang kebebasan. Saya punya banyak teman, termasuk anggota parlemen. Itu sebabnya, mereka mengundang saya. Ini semacam dukungan moral bagi saya. Ketika anggota parlemen Indonesia mengundang saya, ini seperti mengirim pesan kepada Hun Sen.

Selama pengasingan Anda di Paris, ada gangguan dari pemerintah?

Paris sangat nyaman. Tidak ada masalah yang saya hadapi. Saya pernah lama di Paris. Masa kecil saya di sana, sekolah menengah, hingga kuliah. Saya memiliki karier profesional sebagai bankir dan manajer investasi di sana. Jika saya bekerja untuk diri sendiri, saya sudah bahagia. Tapi saya melakukan ini untuk negara saya.

Anda tidak ingin menetap di Paris?

Kakek saya, ayah saya, dan seluruh keluarga ada di Kamboja. Saya ingin tinggal di negara saya. Ini juga tentang kewajiban moral. Ketika sudah bahagia, Anda memiliki kewajiban moral membantu mereka yang belum bahagia.

Apa yang Anda khawatirkan jika tak ada perubahan di Kamboja?

Saya khawatir karena mayoritas orang Kamboja miskin, baik secara ekonomi maupun hak asasi manusianya. Saya ingin negara saya maju, tidak terus tertinggal.

Apa tuntutan utama Anda terhadap pemerintah?

Selenggarakan pemilihan umum yang adil. Pemilihan umum adalah sarana perubahan yang damai. Tapi, karena dia membubarkan CNRP, kami tidak bisa ikut pemilihan. Pemilihan yang selama ini dilakukan dimenangi 100 persen oleh partai Hun Sen. Jika dapat berpartisipasi, kami dapat berkampanye dan memenangi pemilihan. Partai kami harus dipulihkan. Tidak ada demokrasi tanpa oposisi. Di Kamboja, tidak akan ada oposisi tanpa CNRP karena kami partai oposisi besar dan kuat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus