Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tuan "revisionis" datang sebagai...

Kunjungan tito ke peking, salah satu peristiwa bersejarah, dianggap revisionis modern, karena usaha tito pragmatis mengelola ekonomi. resep ekonomi yugo akan dicoba di cina. (ln)

10 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRESIDEN Yugoslavia. Josef Broz Tito tiba di Peking hari Senin pekan silam. Ini merupakan peristiwa amat penting dalam kalangan negara-negara sosialis. Sebelumnya, kantor berita Yugoslavia, Tanjug menyebut kunjungan ini sebagai "salah satu kejadian inter nasional bersejarah tahun ini." Bagi Tito pribadi, kunjungan ini nampaknya akan jadi salah satu tonggak peristiwa sejarah hidupnya sejak lama Peking mengambil tokoh yang berusia 85 tahun ini sebagai contoh "revisionis modern" bahkan jauh sebelum Khruschev mendapat julukan yang sama. Ini sebagai akibat dari usaha-usha Tito yang "pragmatis" untuk mengelola ekonomi negerinya yang mendapat cap Peking sebagai "kebangunan kembali kapitalisme." Selain dari itu, kebijaksanaan Tito yang mencegat keluar dari pengendalian Stalin telah jadi sasaran umpatan keras dari dunia komunis pada umumnya. Syahdan, Tito pernah bersumpah ia tak akan mengunjungi Cina selama Mao masih hidup, kendati RRC pun telah keluar dari orbit Moskow. Tapi dewasa ini tokoh Tito dapat tempat cukup tinggi di mata Peking. Ia dianggap sebagai simbol pemimpin yang berurat saraf baja dalaun menghadapi Rusia. Dan Peking kini ingin memanfaatkannya dalam permusuhan dengan negara komunis nomor satu itu. Bagi Tito sendiri, ini mungkin meru pakan langlang buananya yang terakhir. Diduga ini jadi salall satu usaha akhir Tito dalam memperjelas jalinan hubungannya dengan negara-negara komunis terutama di masa depan negaranya yang belum jelas, apabila ia telah tiada. Dalam perjalanan menuju Peking, Tito singgah di Moskow dan Pyongyang. Ini melambangkan tekad Tito untuk terus berpegang pada garis bebas tak ingin terlibat dalam pertentangan idologi kedua raksasa dunia komunis itu. Tak Terelakkan Garis independen ini diuji Cina pada hari pertama, dan ternyata tak tergoyahkan. Dalarn upacara penyambutan, Hua Kuo-feng mengingatkan tamunya akan kemungkinan peperangan yang mengerikan di hari depan. Menurut Hua kedua superpower sedang berlumba memperkuat dirinya dengan senjata-senjata yang penghancur hebat. "Mereka telah terjebak ke dalam suatu persaingan untuk memperebutkan hegemoni dunia. Dengan demikian perang tak terelakkan. Inilah yang harus diperhatikan secara saksama oleh para pemimpin dunia," sambung Hua. Doktrin "perang tak terelakkan" merupakan salah satu dalih kunci perselisihan Peking-Moskow. Tito tenyata berpendapat lain Katanya: "Keadaan internasional penuh dengan liku-liku. Ini merupakan tantangan bagi para pemimpin dunia. Tapi ini tak berarti bahwa perang tak dapat dielakkan." Perbedaan itu cuma samar tentu dan Tito disambut meriah. Kurang lebih seratus ribu orang artis turun ke jalan. Menyanyi dan menari-nari. Peking menyelenggarakan resepsi yang paling megah dalam tahun ini. Pesta ini lebih besar ketimbang upacara-upacara yang diselenggarakan di Moskow untuk menyambut Tito beberapa hari sebelumnya. Di lapangan udara. Hua pribadi disertai empat anggota politbiro lain datang menyambut di tangga pesawat. Pada mulanya kekuatan bahwa Cina ingin memanfaatkan kunjungan Tito ini untuk menyerang Rusia. Sepanjang jalan menuju lapangan terbang dan jalan-jalan utama Peking penuh dengan slogan-slogan dukungan kepada perjuangan bangsa yan melawan hegemoni - istilah tersamar Cina untuk menyerang Uni-Soviet. Melihat Tito tak berminat menyerang Rusia, Jen-min Jihao, tak memuat tulisan serangan terhadap Uni Soviet. Biasanya tulisan sejenis ini hadir tiap hari. Namun, tak urung Moskow diserang dengan sindiran. Katanya, " . . . kita percaya bahwa siapa pun yang menyimpan keinginan di hatinya untuk menggerogoti kebebasan yang dianut Yugo, pada suatu saat ia akan hancur dengan sindirinya . . . " Lebih Santai Di balik itu semua, para peninjau berspekulasi bahwa para pemimpin pragmatis Cina yang baru saja naik panggung, sehenarnya ingin belajar dari pragmatisme yang sejak lama dipraktekkan Tito di negerinya. Peking ingin mempelajari sistim pengelolaan sendiri yang dijalankan kaum buruh dalam usaha untuk memperoleh cara baru dalam memberikan motifasi kepada kaum buruh Cina yang sejak lama tidak puas. Ini juga dilakukan demi mendorong pertumbuhan ekonomi. Suatu sumber di Peking mengatakan bahwa suatu delegasi yang dipimpin oleh seorang anggota pengganti politbiro telah datang mengunjungi Yugoslavia beberapa bulan yang lalu. Di sana rnereka mempelajari sistim yang memberi tanggung jawab kepada buruh dalam menjalankan perusahaan negara dan sekaligus membagi-bagi keuntungan di kalangan mereka sendiri. Katanya, delegasi Cina tersebut telah meminta bahan-bahan tertulis tentang cara tersebut. Ini merupakan indikasi paling menyolok bahwa Peking sedang merencanakan kebijaksanaan yang lebih santai setelah kematian Mao tahun silam. Di masa lalu Cina selalu memaki Yugo sebagai "revisionis" kalena sangat mengutamakan keuntungan materiil dalam menjalakan ekonominya. Menurut kabar, kebijaksanaan baru yang diambil para penguasa di Peking antara lain diakibatkan oleh adanya semacam ketidak-puasan di kalangan buruh Cina yang sejak tahun 50-an tak pernah mendapat kenaikan gaji, pembagian leuntungan atau pun perbaikan nasib. Buruh yang berjasa dalam menaikkan produksi paling-paling mendapat gelar sebagai "Buruh Teladan" yang tak berpengaruh banyak terhadap nasib diri dan keluarganya. Frustrasi semacam ini telah merendahkan produktivitas buruh dan menghambat perkembangan ekonomi. Penyegaran hubungan dengan Yugo barangkali merupakan resep yang sedang dicoba. Sistim ekonomi Yugo mungkin .jalan keluar bagi Cina. Ini kalau berhasil. Kalau gagal, sejaran lama pasti berulang: muncul kembalinya suatu Revolusi Kebudayaan atau gerakan sejenisnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus