Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tujuan menghalalkan teror

Kawasan timur tengah seolah identik dengan teror & kekerasan, di samping perang, sejumlah pembajakan pesawat terbang, penculikan, peledakan bom untuk membebaskan teman-teman yang dipenjarakan.

16 April 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJARAH Timur Tengah lebih banyak kelamnya. Kawasan ini seolah identik dengan teror dan kekerasan. Di samping perang, sejumlah pembajakan pesawat terbang, serangkaian penculikan, dan peledakan bom dari tahun ke tahun. Antara lain: 1968. Tiga orang Arab membajak pesawat El-AL milik maskapai penerbangan Israel. Pesawat dipaksa terbang menuju Aljaair. Sejak insiden pertama Arab-Israel di masa damai ini, membaiak pesawat bagi tujuan politis mulai jadi mode buat kelompok ekstrem di Timur Tengah. 1970. Gerilyawan Palestina membajak 3 pesawat dalam waktu yang berbeda. Masing-masing milik Swissair, TWA, dan British Airways. Ketiga pesawat dipaksa mendarat di Dawson, Yordania. Dalam tiga peristiwa ini, setelah sandera dibebaskan, ditukar dengan orang-orang Palestina yang ditahan di Eropa, ketiga pesawat diledakkan dl bandara. 1977. Lagi, gerilyawan Palestma membajak sebuah pesawat milik maskapai penerbangan Jerman Barat. Para pembajak memaksa pilot mendaratkan pesawat di Somalia. Nahas buat pembajak komando polisi Jerman Barat datang menyerbu, semua pembajak tewas. 1978. Dua gerilya Arab membajak sebuah pesawat di Larnaca, Siprus. Sementara negosiasi berlangsung antara kaum pembajak dan pejabat Siprus, sepasukan komando anti pembajakan dari Mesir mendadak mendart, mencoba menyerbu ke dalam pesawat. Sial, diplomasi mungkin kurang licin. Ternyata, pasukan keamanan nasional Siprus menolak campur tangan Mesir. Terjadilah tembak menembak antara kedua pasukan selama 45 menit, 15 Mesir, di antaranya komando Mesir tewas. 1982. Inilah tahun pembantalan. Selama 36 jam, di pertengahan September, di kamp pengungsi Palestina Sabra dau Shatila, di Beirut Barat, penduduk sipil Jadi sasaran pembunuhan. Seribu nyawa melayang. Konon, korban kebanyakan ditembak langsung ada pada kepala atau punggung. Di hari itu juga seorang juru bicara dari Front Pembebasan Libanon dari Bangsa Asing menelepon pers, dan mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan itu. "Pembantaian akan terus berlanjut sebagai perlawanan terhadap kehadiranan semua bangsa asing di wilayah Libanon," katanya. 1985. Dua orang Amal Syiah Libanon membajak pesawat terbang TWA 847 yang mengangkut 153 penumpang. Inilah pembajakan terlama - pembajak dan sandera berada dalam pesawat selama 17 hari. Di hari k- 12, kapal induk Nimiz sempat melaju ke perairan Libanon, satuan antiteroris AS Delta sudah diperintahkan bergerak, dan jet tempur AS berkali-kali melintas di atas Beirut. Pembajak membebaskan sebagian penumpang, hanya tinggal 39 warga AS yang tetap disandera. Mereka menuntut pembebasan 766 tahanan anggota Amal Syiah yang ditahan Israel di penjara Atlit. Tapi kontak senjata tak sampai terjadi. Shimon Peres, PM Israel waktu itu, melepaskan 300 orang Syiah yang ditahan Israel. Semua sandera pun bebas, setelah dua sandera Amerika mati ditembak pembajak. 1984-1985. Inilah tahun pahit bagi warga AS di Beirut. Di awal 1984 pimpinan Universitas AS di Beirut tewas ditembak penembak gelap. Berikutnya, seorang guru besar di universitas yang sama diculik laskar Amal Syiah. Lalu, sekretaris kedubes AS Beirut, William Buckley, diculik dari mobilnya. Buckley, yang dicurigai penculik sebagai koordinator agen-agen rahaia CIA yang beroperasi di Timur Tengah, dinyatakan menemui ajal setelah disiksa. Yang bernasib tak jelas hingga pekan lalu adalah utusan Gereja Anglikan Inggris, Terry Waite, 48 tahun. Ia secara sukarela menyedikan diri meninggalkan Hotel Beirut Barat, tanpa pengawal, untuk berunding dengan Amal Syiah, pada awal 1987. Ia menjadi juru runding buat pembebasan empat orang yang diculik pada 1985. Tapi hingga tahun ini Waite tak terdengar kabar beritanya. Dan sejak itu, penculikan pun jadi mode di Libanon. Bukan cuma warga Barat, tapi juga warga Uni Soviet kena culik. Awal Oktober 1985, 4 warga Soviet di Beirul lenyap. Foto mereka, dengan moncong pistol di kepala, disebarluaskan lewat media massa Mereka adalah diplomat Soviet di Beirut. Belum seminggu penyanderaan itu berlangsung polisimenemukan salah seorang korban sudah menjadi mayat, tak jauh dari stadion olah raga Beirut Barat. "Hukuman Tuhan telah kami laksanakan pada sandera pertama," kata seorang penelepon gelap. "Tiga sandera lainnya akan dihukum mati, bila semua kampanye berbau ateis terhadap masyarakat Islam di Tripoli tak segera dihentikan." Hingga sekarang tiga yang lain tak terdengar beritanya. Dan, sejak 1983 muncul cara teror baru bunuh, diri dengan cara menabrakkan truk bermuatan bom ke sasaran (lihat Dengan Teror Menyulut Revolusi). Didi Prambadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus