Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Surat terbuka dari prajurit sejati

Gregorio "gringo" honasan yang lolos dari tahanan beserta 14 penjaganya, membentuk kelompok baru: comrade. ia siap melanjutkan perjuangan. letkol eduardo matillano, rekan "gringo" melarikan diri juga.

16 April 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"WAHAI para prajurit sejati. Bersama 13 tentara rakyat Filipina, aku melarikan diri dari tahanan dengan niat meneruskan perjuangan bagi pembentukan pemerintahan Filipina yang lebih baik daripada sekarang." Itulah surat terbuka di media massa Filipina, ditulis oleh siapa lagi bila bukan Kolonel Gregorio "Gringo" Honasan, yang lolos dari tahanan Sabtu dua pekan lalu. Hingga awal pekan ini, 9 hari setelah Honasan lolos beserta 14 penjaganya, pemimpin gerakan kudeta akhir Agustus tahun lalu itu tak juga tercium jejaknya. Pihak angkatan bersenjata Filipina hanya menyatakan bahwa si "Gringo" masih berada di Manila. "Tak mungkin ia melarikan diri ke luar negeri," kata Menhan Videl Ramos. Tapi si "Gringo" tampaknya tak butuh lari ke negeri orang. Baru empat hari ia menghilang, di sebuah rumah prtaman terpencil yang terletak di Provinsi Rizal, dekat Manila, Kolonel itu dikabarkan membentuk suatu kelompok baru yang disebut Council of Military Reform Advisers in the Defense Establishment. Dewan penasihat pembaharu militer ini disingkat Comrade. Menurut sumber intelijen militer Filipina, Comrade terdiri atas 17 jenderal danolonel. Para perwira yang beberapa di antaranya sudah pensiun itu bermaksud mempersiapkan usaha baru untuk menggulingkan Presiden Coraon Aquino. Ini tentu senada dengan surat terbuka Honasan di media massa. Sang Kolonel - pahlawan operasi pemberontak komunis dan kaum separatis Mro yang jadi populer karena peranannya dalam penggulingan Marcos - menulis bahwa pemerintah, "senantiasa mengganggu dan mengorbankan kelompok profesional militer yang tak berdosa." Ia marah, dituduh, "menyuap temanteman di jajaran angkatan laut, agar kami dapat lolos." L.alu tambahnya. "Kami tidak butuh belas kasih. Hanya Keadilan.' Surat yang ditulis sehari setelah ia lolos dan diedarkan pada hari pembentukan Comrade, Rabu pekan lalu, juga sekaligus merupakan pernyataan pencabutan kembali janji Honasan November 1987. Ketika itu, Honasan berjanji tak akan melakukan tindakan permusuhan terhadap pemerintah Filipina, untuk memberi kesempatan bagi Presiden membenahi negara. Tapi, "karena pemerintahan Aquino jelas-jelas sudah tak sanggup menangani negeri ini dalam masa mendatang, kami harus bertindak," tulisnya. Sebagai penutup surat, ia menulis: "Semangat RAM tetap hidup untuk rakyat Filipina". Tertanda, "Prajurit Sejati". Keesokan harinya, Kamis pekan lalu, televisi ABS-CBN mengabarkan, Honasan terlihat bersama 20 orang bersenjata di sebuah tempat bekas penggergajian kayu di Provinsi Quezon, tenggara Manila. Sementara itu, menyusul menghilang dari tahanan militer di Fort Bonifacio, Jumat pekan lalu, Letkol. Eduardo Matillano. Ia bekas komandan angkatan darat di Provinsi Nueva Ecija, utara Filipina, dan menjadi seorang pimpinan dalam kudeta 28 Agustus 1987 yang gagal itu. Matillano lolos dalam perjalanan pulang dari sebuah klinik gigi. Ia memang hanya dikawal oleh satu pengawal saja. "Saya duga ia berhasil melumpuhkan petugas yang mengawalnya," ujar Kepala Staf AD, Brigjen. Mariano Adalem. Tapi sumber lain menyebutkan, letkol. itu lari bersama penjaganya. Yang jelas, di Filipina kini muncul dua pendapat: yang meremehkan Honasan dan yang mencemaskannya. Istana Malacanang dan Departemen Pertahanan Filipina memandang enteng kaburnya Honasan -- setidaknya begitu kesannya. "Saya pikir, rakyat Filipina pasti menentang Honasan, dan ia tak akan mendapat dukungan," kata Presiden Cory Aquino. Ditambahkannya, ancaman kudeta itu omong kosong, "karena kini situasinya berbeda dengan keadaan Agustus tahun lalu." Itulah, Cory tetap akan melakukan kunjungan ke Cina pekan depan. Juga Menhan Fidel V. Ramos menanggapi ancaman "Gringo" hanya sebagai ulah propaganda. "Honasan kurang bijaksana," katanya. Tapi, Senator Ernesto M. Maceda, Ketua Senat Komite Pertahanan dan Keamanan Nasional Filipina, seusai menghadiri sidang tertutup, kepada wartawan ia mengungkapkan, "Lebih dari sepertiga personel angkatan bersenjata diragukan kesetiaannya kepada pemerintah Filipina." Senada dengan Maceda adalah Wakil Presiden Salvador Laurel. Bagi Laurel, larinya Honasan menunjukkan indikasi, "perlu adanya penanganan khusus untuk memerangi kegelisahan di tubuh militer Filipina lebih mendalam," katanya. "Kalau usaha pembenahan tak dijalankan dengan serius, tak bakal ada penyelesaian secara tuntas." Dulu, Honasan membentuk RAM bersama sejumlah perwira muda, guna membersihkan tubuh militer dari korupsi, manipulasi, dan kemencengan yang lain. Di khawatirkan, bila soal-soal yang meresahkan sebagian anggota tentara itu tak cepat dibenahi, tentara yang tak puas dengan keadaan sekarang akan terpengaruh oleh surat si "Gringo". Bukankah bekas Menhan Enrile yakin bahwa masih banyak tentara yang setia kepada Honasan? Namun, pimpinan angkatan bersenjata Filipina sendiri rupanya sejalan dengan pendapat Menhan Ramos. Pangab Jenderal Renato de Villa mengendurkan keadaan siaga pasukannya, mulai Kamis pekan lalu. Hanya satu kesatuan pasukan elite yang ditugasi memburu Honasan. Yang lain kini sudah dapat mengambil cuti. Didi Prambadi (jakarta) & Tito G. Cruz (Manila)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus