Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Negeri nelayan memancing migrasi

Kuwait, negeri kaya yang mengundang kaum imigran. dan frekuensi lalu lintas orang-orang timur tengah tinggi. tak heran, teroris mudah menyamar masuk ke kuwait. kondisi sosial dan politik negeri kuwait.

16 April 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HANYA dua hal yang dimiliki Kuwait: diplomasi dan uang," ujar seorang diplomat Barat beberapa tahun lalu. Dengan diplomasi mereka selalu berkelit, dengan uang pengacau dijinakkan. Tapi sejak akhir 1983, Kuwait harus menggunakan keduanya secara bersamaan. Pada Desember tahun itu, tujuh bom meledak berturut-turut di ibu kota Kuwait, menghancurkan gedung kedubes Amerika dan bangunan lainnya. Hasilnya. Sejak itu, pengeboman dan terorisme jadi langganan Kuwait. Pembajakan kali ini, yang mengundang perhatian dunia, di antara para sandera ada tiga anggota keluarga kerajaan al-Sabah, penguasa Kuwait. Memang, sejauh ini, pihak Kuwait sendiri belum menjelaskan persisnya ketiga orang sandera bangsawan itu. Ini agaknya taktik, untuk mengaburkan identitas mereka dari pembajak. Kalaupun Fadel al-Sabah Ibtisam al-Sabah, dan Anwar al-Sabah nama ketiga al-Sabah yang jadi sandera itu kemanakan Raja, umpamanya, mungkin sekali pihak Kuwait tak akan mengakuinya demikian. Harian Sharq al-Awsat, yang terbit di Mesir, mengutip keterangan pihak kerajaan Kuwait, demikian, "Mereka itu sama seperti rakyat biasa, tak ada perbedaan dalam perlaku an. " Siapa tahu, seperti sudah disebutkan ini hanya taktik menyamarkan ketiga mereka itu. Seperti diketahui, penguasa Dawlah al-Kwuati kini, Syeikh Jabir al-Ahmad al-Jabir al-Sabah, yang menggantikan pamannya, Syeikh Sabah al-Salim al-Sabah, pada 8 Februari 1978. Syeikh Jabir sendiri, pada 1986 telah menentukan bakal penggantinya, yakni putra mahkota Syeikh Saad al-Abdullah al-Salim al-Sabah. Adapun pendahulu Jabir, Syeikh Sabah (meninggal pada 31 Desember 1977) berkuasa sejak 1965. Ia menggantikan ayahnya, Syeikh Abdullah al-Salim al-Sabah, yang meainggal pada tahun itu. Sesungguhnya di bawah Abdullah inilah negeri dengan tiga provinsi itu. Jadi daerah yang gemah ripah, kaya minyak dan dinar, tapi miskin penduduk. Sampai tahun ini saja, diperkirakan penduduk negeri tanpa sungai dan gunung itu, yang memiliki hampir 20 persen cadangan minyak dunia, hanya sekitar 2 juta. Nyaris dijajah Turki Ottoman, kerajaan yang didirikan keluarga al-Sabah pada 1756 ini memperoleh kemerdekaannya dari protektorat Inggris pada 19 Juni 1961. Enam hari kemudian, Irak - yang secara etnis dan geografis dekat dengan Kuwait - mengklaim bahwa negeri itu adalah bagian wilayah Irak. Untunglah, Inggris turun tangan lagi, dan Liga Arab menolak klaim Irak itu pada 20 Juli 1961. Sejak itu hubungan dengan Irak membaik, sampai 1973, ketika Irak menduduki daerah Samtah dan Pulau Bubiyan, milik Kuwait. Setelah itu hubungan keduanya makin membaik, dan kini memasuki tahap yang termesra. Sekali lagi, Kuwait berhasil "membeli" Irak dengan petrodolarnya. Mungkin itu sebabnya kelompok Syiah Al-Dawa Al-Islami lalu membenci Kuwait. Kelompok ekstrem yang terusir dari Irak itu tentu saja sangat membenci Irak dan sekutunya. Dari peta ini bisa dimengerti bila Raad Ajeel - sopir truk yang membenturkan kendaraannya ke gedung kedubes AS di Kuwait - membalaskan dendam saudaranya yang digantung Irak di Kuwait (lihat Raad Memilih Mati). Sejak menjadi salah satu negeri terkaya di dunia, Kuwait makin menarik di mata dunia. Rezeki negeri dengan luas 18.000 km2 yang melimpah itu, mau tidak mau, memancing migrasi penduduk dari negara di sekltarnya, terutama negara yang kekurangan lapangan kerja dan kelebihan tenaga kerja. Dan akibat posisinya yang menarik di Teluk, Kuwait jadi tempat keluar-masuknya penduduk Irak, Iran, Bahrain, Arab Saudi, atau lainnya. Hingga, sekarang ini, diperkirakan setengah dari penduduk Kuwait adalah pendatang, di antaranya sekitar 300.000 kaum Syiah. Ini sebabnya bila teroris gampang menyamar dan masuk ke Kuwait mempersiapkan pengacauan. Penduduk asli Kuwait sendiri berasal dari suku Anaizah, yang hijrah dari padang pasir ke pesisir Kuwait, pada abad ke-18. Sampai sebelum terjadinya boom minyak, seusai Perang Dunia II, sebagian besar penduduk negeri semitropis itu menjalani hidupnya dengan memancing ikan, membangun perahu, atau mencari mutiara. Adapun secara politis, migrasi berbagai bangsa ke Kuwait juga menimbulkan persoalan - di samping masalah teroris. Terutama yang berkaitan dengan imigran Syiah. Ini mengingat sejarah hubungan Kuwait dengan Irak, yang pernah buruk. Kuwait mesti memilih: membantu Irak dalam perangnya melawan Iran, atau bersikap netral dengan konsekuensi diusik Irak yang ba'ath itu. Kuwait - bersama Saudi - ternyata memilih yang pertama. Maka, bantuan kepada Irak pun selalu dikirimkan. Sampai akhir 1983, belum tiga tahun umur Perang Irak-Iran, Kuwait dan Arab Saudi telah menyumbang lebih dari US$ 30 milyar. Tak ayal lagi Iran jadi sewot. Semua ini, langsung ataupun tidak, membawa akibat buruk bagi Kuwait. Besar kemungkinan, bila politik keterbukaan bagi imigran negeri tetangga tak diubah, pelan tapi pasti, negeri sura itu akan jadi rusuh - meski tak akan sekusut "surga" Libanon. Kuwait memang kaya, tapi tergantung Inggris. Sebab, pembeli minyak terbesar Inggris. Dan di Inggrislah modal Kuwait ditanam. Tanpa dukungan Inggris negeri ini boleh kaya, tapi tak akan berkembang. Teror kini makin sering mengancam penduduk kaya, terutama para anggota kerajaan. Dan yang selalu dituding sebagai biang keroknya adalah orang-orang Syiah fundamentalis yang pro-Iran, termasuk Al-Dawa, Islam Jihad, dan Hizbullah. Tak berarti orang Kuwait lalu jadi lembek. Buktinya, tuntutan pembajak Boeing 747 milik Kuwait Airways, sampai Selasa dinihari pekan ini, tak juga dikabulkan oleh Syeikh Jabir al-Sabah, walau dua Kuwait sudah dibantai. Syafiq Basri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus