Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Undangan siapa ?

Ketegangan timbul antara pihak gereja dengan pemerintahan marcos mengenai siapa yang mengundang paus john paul ii ke filipina. akhirnya marcos mengakui bahwa kedatangan paus karena undangan gereja.(ln)

8 September 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEBAKLAH siapa yang mengundang Paus John Paul 11 ke Filipina. Soal ini sempat menimbulkan ketegangan antara pihak gereja dan pemerintahan Marcos. Menlu Carlos Romulo awal Agustus lalu mengatakan bahwa Paus telah memutuskan menerima undangan Ny. Imelda Marcos untuk berkunjung ke Filipina akhir tahun ini. Kalangan gereja membantahnya. Tak benar bahwa Paus akan ke Manila karena undangan Ny. Marcos, kata Kardinal Sin, ketua Majelis Keuskupan Filipina. Tak cukup di situ saja. Secara serentak di 170 gereja di Manila, surat jawaban Sekretaris Negara Vatikan, Agosrino Kardinal Cassaroli kepada Kardinal Sin dibacakan. Isinya menyebutkan bahwa Bapak Suci berkenan mengunjungi Filipina untuk memenuhi undangan Kardinal Sin. Namun sengketa soal siapa mengundang itu akhirnya terpecahkan juga setelah Presiden Marcos melayangkan sepucuk surat kepada Kardinal Sin. Marcos dalam suratnya itu mengakui bahwa kedatangan Paus memang karena undangan gereja. Buar Filipina yang penduduknya 80% beragama Katholik, kedatangan seorang Paus akan sangat berarti. Begitu pula khusus buat Presiden Marcos kedatangan Paus itu diharapkannya akan bisa memberi kesan bahwa Paus 'merestui' kebijaksanaan yang ditempuhnya selama ini. Hubungannya dengan Gereja Katholik memang agak tegang sejak berlakunya 'keadaan darurat' di negara itu. Kardinal Sin merupakan satu-satunya tokoh gereja di Filipina yang berani mencela Presiden Marcos secara terbuka. Terutama menghadapi sikap sewenangwenang Marcos dalam menangkapi lawan politiknya. Dalam sebuah wawancara pers di Manila -- yang tersiar di Hongkong--Kardinal Sin mengemukakan kekhawatirannya terhadap memuncaknya rasa tidak puas di kalangan rakyat Filipina. Penyalah-gunaan kekuasaan oleh militer dan korupsi yang makin menjadi-jadi karena 'keadaan darurat' mungkin akan membawa negeri ini kepada perang saudara, katanya. Kardinal Sin juga mengingatkan bahwa rakyat sekarang sebenarnya sedang marah. "Adalah suatu penghianatan kalau saya tak mengemukakan apa yang dirasakan rakyat," tuturnya. Buat Marcos -- setelah menjabat presiden selama 14 tahun --kritik kalangan gereja itu tak sedikit pun menggetarkannya. Bahkan dia menuduh semua kritik itu sebagai subversi. Maka itu pula dia tetap mempertahankan berlakunya keadaan darurat. Apalagi, menurut deputi Menteri Pertahanan, Carmelo Barbero, ada persekutuan Front Nasional Pembebasan Moro (MNLF) dengan Tentara Rakyat Baru (NPA), organ bersenjata partai komunis setempat. Keduanya melawan pemerintah. Suatu ancaman tentunya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus