SIAPA pun yang memikirkan Polandia dengan serius, menurut Sekretaris Komite Sentral Partai Komunis Polandia Marek Krol, harus mendukung pemerintahan Tadeuz Mazowiecki. Bahkan dia memberikan jaminan, Partai Komunis Polandia (PKP) akan melakukan apa saja agar Mazowiecki sukses menjalankan tugas. Bapak Solidaritas Lech Walesa tak mau kalah. Ia pekan lalu menyerukan agar semua warga serikat buruh bebas itu memberi kesempatan buat pemerintahan nonkomunis pertama di negeri sosialis. Kebijaksanaan Mazowiecki dalam masa dekat ini, "enak atau tak enak akibatnya harap kalian patuhi," katanya. Hanya dalam keadaan negeri tanpa gejolak, perbaikan ekonomi bisa dijamin, kata Walesa lebih lanjut. Langsung, pemogokan buruh, yang menuntut kenaikan gaji di sejumlah pabrik di beberapa kota, berhenti. Ramainya pernyataan pihak anggota PKP bahwa mereka tak ikut bertanggung jawab merah-putihnya hari depan Polandia pun tiba-tiba hilang. Singkat cerita, Mazowiecki tampaknya mendapat dukungan total. Semula Sekjen PKP Mieczyslaw Rakowski masih ragu untuk mendukung pemerintahan Solidaritas. Keesokan harinya dia buru-buru menelepon Presiden Soviet Mikhail Gorbachev. Sehabis menelepon, dia langsung membuka konperensi pers, menyatakan ia bersedia bekerja sama dengan Mazowiecki, karena Gorbachev merestuinya. Bahkan hari itu juga Presiden Polandia Jenderal Wojciech Jaruzelski menyatakan bahwa militer dan intelijen siap bekerja sama dengan pemerintah baru. Dan kata Direktur KGB, dinas intelijen Soviet, Vladimir Kryuchkov, "Semuanya berjalan beres di Polandia, tak perlu ada yang dicemaskan." Mazowiecki, sang pemimpin "liberal" di negeri sosialis yang lagi jadi sorotan dunia, menerima kemauan itu tanpa syarat. "Memperburuk perasaan mereka sama dengan memancing gairah mereka untuk agresi," katanya. Karena itu, Mazowiecki tak sedikit pun menyinggung ulah mereka di masa lalu. Ia pun langsung menjanjikan kepada PKP lebih dari dua pos dalam kabinet. Semula, Solidaritas hanya mau memberikan pos menteri dalam negeri dan pertahanan. Itu sudah cukup, karena kedua pos itu langsung membawahkan tiga lembaga yang paling disegani: militer, polisi, dan dinas intelijen. Hingga awal pekan ini belum pasti benar tambahan pos buat PKP -- bisa jadi kursi menteri luar negeri. Yang mencemaskan, setelah semua pihak diam, tiba-tiba Walesa mengeluarkan pernyataan yang bisa memantik api permusuhan. Dalam wawancara dengan TV ABC, AS, Walesa bilang, "Saya ingin melihat kematian komunisme di Polandia." Ia menginginkan sistem berdasarkan demokrasi dan kemerdekaan yang lebih baik daripada kapitalisme. Mungkin itu sekadar pancingan Walesa buat dunia luar, untuk membuka jurus diplomasi, menjelang kunjungannya ke Washington Oktober atau November mendatang. Buktinya, tak ada reaksi dari dalam negeri. Yang ada, sambutan dari Barat, meski tak langsung dari AS, melainkan dari Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE). Menteri Luar Negeri Prancis Roland Dumas, atas nama semua menteri luar negeri MEE, mengirimkan telegram kepada Mazowiecki, menyatakan siap menandatangani perjanjian peningkatan kuota bagi barang Polandia. MEE juga sudah menyiapkan 30 ribu ton daging, plus 300 ribu ton gandum dan bahan baku bir untuk dikirim ke Polandia sebagai bantuan. Itu pun masih akan ditambah lagi. MEE masih menyimpan US$ 120 juta dan Amerika US$ 59 juta untuk disumbangkan kepada Polandia dalam bentuk bahan pangan. Sebaliknya, tanggapan dari Vietnam sungguh tak enak. Koran Partai Komunis Vietnam, Nahn, hari Sabtu lalu menyarankan agar kaum intelektual dan pekerja Republik Sosialis Polandia menghajar kudeta yang dilakukan oleh kekuatan kontrarevolusi Solidaritas. Tapi para pengamat Polandia mengatakan, pemerintahan Solidaritas tak akan jatuh karena politik. Tantangannya adalah perbaikan ekonomi. Dan kesempatan itu terbuka karena Mazowiecki, seorang pemikir liberal, tentulah tak terikat pada sistem ekonomi sosialis. Masalah ekonomi di Polandia, menurut mingguan Inggris The Guardian, bukan dalam soal pengadaan bahan -- baik pangan maupun sandang -- tapi manajemen. Sepinya toko-toko dan koperasi pemerintah dari stok bahan karena para produsen petani dan peternak -- menahan produksi mereka agar harga naik, lalu menjualnya ke pasar bebas yang memang mulai ditoleransi oleh pemerintah. Sistem yang setengah-setengah itulah yang membuat para pekerja yang bergaji 100 sampai 200 zloty -- penghasilan rata-rata sebagian besar buruh Polandia - jadi runyam dapurnya. Bayangkan, harga daging dua pekan lalu bisa naik 30%, hanya dalam waktu 10 hari. Ini melahirkan kesenjangan yang makin nyata di negeri yang berprinsip sama rata sama rasa ini. Ditambah nilai tukar dolar di pasar gelap mencapai 1.500 zloty untuk satu dolar, sementara resminya hanya sekitar 200 zloty, beberapa orang Polandia yang menyimpan dolar diam-diam memang menjadi kaya dibandingkan tetangga mereka. Tugas Mazowiecki untuk memadukan pasar bebas dan koperasi agar persaingan harga menjadi wajar, bukan seenak pemilik barang. Itu mikronya. Dalam soal makro, mungkin ia perlu menjadwalkan dan merundingkan status utang-utang luar negeri Polandia yang mencapai US$ 39 milyar, melakukan deregulasi penggunaan peralatan dan gedung inventaris, dan memasok modal ke masyarakat untuk menghidupkan usaha swasta. Dalam soal terakhir itu, memasok modal ke masyarakat, Lech Walesa mungkin bisa sedikit membantu. Panitia Hadiah Nobel awal pekan ini menyatakan, kemungkinan Walesa -- yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada 1983, dan belum mengambil hadiahnya -- kini bisa mengambil uangnya yang sudah menjadi US$ 280.000. Kata Direktur Institut Nobel, "Saya senang bila Walesa mengambilnya dan menginvestasikannya di Polandia sendiri."Prg
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini