TAMPAKNYA, serangan terhadap Partai Demokratik Liberal Jepang disengaja atau tidak berlangsung secara sistematis. Baru sekitar tiga minggu kabinet baru partai tersebut terbentuk setelah kabinet lama jatuh karena PM Uno terlibat skandal dengan geisha -- Jumat pekan lalu orang kedua dalam kabinet Menteri Sekretaris Negara Tokuo Yamashita, terpaksa mengundurkan diri juga karena skandal seks. Mula-mula Kaifu menolak permintaan Yamashita. Mundurnya orang kedua dalam kabinet bisa mengesankan adanya kekacauan dalam lembaga eksekutif, katanya. Dan itu bisa tak menguntungkan buat kunjungannya ke AS, Rabu pekan ini. Tapi inilah senjata makan tuan. Menjelang terbentuknya kabinet, PM Kaifu sudah menjanjikan sebuah "pemerintahan yang bersih dari segala macam skandal." Pada mulanya adalah majalah berita mingguan Shukan Shinco, salah satu majalah terkemuka Jepang beroplah 800 ribu eksemplar. Majalah ini mewawancarai seorang hostes di sebuah rumah minum di Asaka, Tokyo, yang mengaku pernah punya hubungan dengan Kaifu. Perkenalan pertama mereka, tutur hostes yang siangnya bekerja di sebuah perusahaan komputer itu, terjadi lima tahun lalu, ketika ia masih 21 tahun. "Saya ditanya mau minum apa. Saya minta Bourbon. Lalu dia bertanya apakah saya mau nonton video porno. Saya jawab, ya. Lalu Yamashita San mendekap saya, dan . . .," cerita wanita itu. Adapun skandal itu sampai tersebar karena ulah yang bersangkutan sendiri. Seminggu sebelum ditunjuk sebagai mensesneg, Yamashita menelepon bekas pacarnya itu. Ia minta mereka bertemu. Dalam pertemuan itulah, konon, ia memberikan amplop berisi 3 juta yen (hampir Rp 40 juta) kepadanya. Uang inilah yang jadi gara-gara skandal tercium masyarakat. Konon, wanita itu terhina, padahal Yamashita -- seorang "suami yang berbudi", itulah arti nama Tokuo memberi uang karena mendengar bahwa wanita itu kini susah hidupnya. Yang menarik, PM Kaifu hari itu juga mengangkat Mayumi Moriyama, Menteri Negara Urusan Lingkungan Hidup, sebagai pengganti Yamashita. Maka, inilah pertama kali seorang wanita menduduki pos terpenting sesudah perdana menteri dalam sejarah kabinet Jepang. Kata Kaifu, kabinetnya membutuhkan orang yang bisa mengendalikan politik dan pembaruan pajak, terutama pajak penjualan yang membuat para ibu rumah tangga berpaling dari PDL. "Nyonya Moriyama punya pengalaman sebagai ibu rumah tangga sebaik pengalarnannya sebagai birokrat, dan ia bisa memahami tuntutan konsumen," kata Kaifu pula. Moriyama, 61 tahun, dikenal sebagai pejuang persamaan hak antara wanita dan pria. Janda ini selalu menganjurkan agar wanita jangan sampai kalah dengan pria. Kalau perlu, wanita juga harus "ikut minum, ikut main golf, dan ikut main mahyung," kata alumnus Fakultas Hukum Universitas Tokyo itu. Gampang dibaca, tampaknya Kaifu ingin merebut suara kaum ibu kembali, yang berpaling kepada Partai Sosialis Jepang di bawah pimpinan Takako Doi, antara lain karena soal pajak dan skandal seks. Dan dia hampir berhasil, karena mengangkat dua menteri wanita. Berdasarkan poll (pengumpulan pendapat) yang disebarkan oleh kantor berita Jiji, popularitas LDP naik menjadi 26,5% dari 20% ketika Uno jatuh. Tapi poll itu dibuat sebelum skandal Yamashita muncul. Hingga ada kesan, begitu PDL mencoba memperbaiki citranya, segera datang pukulan lain yang membuatnya kembali anjlok.Seiichi Okawa
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini