Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menegaskan kembali janjinya untuk mempererat kerja sama dengan Rusia, dalam sebuah pesan kepada Presiden Vladimir Putin ketika Pyongyang memperingati ulang tahun kemerdekaan dari penjajahan Jepang, kantor berita pemerintah KCNA melansir pada Jumat, 16 Agustus 2024.
Kim mengirimkan pesan balasan kepada Putin pada 15 Agustus 2024, untuk berterima kasih atas ucapan selamat presiden Rusia itu atas peringatan 79 tahun pembebasan Korea. Dalam pesannya, Kim “mengenang prestasi para pejuang Tentara Soviet yang gugur yang berpartisipasi dalam perang untuk membebaskan Korea”.
“Perasaan bersahabat dari tentara dan rakyat kedua negara yang ditempa dan diperdalam dalam perjuangan berdarah melawan musuh bersama menjadi kekuatan pendorong yang kuat untuk mengembangkan hubungan persahabatan dan kerja sama tradisional DPRK-Rusia menjadi kemitraan strategis yang komprehensif dan persahabatan yang tak terkalahkan,” tulis Kim, menggunakan nama resmi Korea Utara yaitu Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK).
Pendiri negara Korea Utara Kim Il Sung, yang merupakan kakek Kim, didukung oleh Sekretaris Jenderal Uni Soviet Joseph Stalin yang menyatakan perang terhadap Jepang menjelang akhir Perang Dunia Kedua.
Uni Soviet mendukung pasukan komunis Kim yang akhirnya mendirikan Korea Utara setelah pembebasan Korea pada 1948. Dalam pesan yang dikirim kepada Kim, Putin mencatat “ikatan persahabatan dan bantuan timbal balik” yang dikonsolidasikan kedua negara pada masa perang kini masih berfungsi sebagai dasar pengembangan hubungan bilateral mereka.
Menurut KCNA, pesan dari Putin menyatakan keyakinan bahwa “untuk sepenuhnya melaksanakan perjanjian yang dicapai pada pembicaraan baru-baru ini yang diadakan di Pyongyang” berarti kedua negara akan akan terus mendorong perluasan kerja sama timbal balik.
Kim dan Putin mengadakan pertemuan puncak pada Juni lalu di Pyongyang, menandatangani pakta kemitraan strategis komprehensif yang mencakup perjanjian pertahanan bersama. Pada pertemuan puncak kedua mereka dalam waktu kurang dari setahun itu, kedua pemimpin berjanji saling membantu dalam pertahanan dan memberi bantuan timbal balik jika terjadi agresi terhadap salah satu negara.
Pakta tersebut diteken ketika muncul tuduhan oleh Korea Selatan, Ukraina, dan Amerika Serikat bahwa Kim membantu Rusia dalam perang melawan Ukraina dengan memasok roket dan rudal sebagai imbalan atas bantuan ekonomi dan militer lainnya dari Moskow.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KCNA WATCH | REUTERS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini