Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Wakaoji, di mana kamu?

Penculikan pengusaha jepang nobuyuki wakaoji dikhawatirkan mengganggu hubungan jepang dengan filipina. dimana jepang telah menjanjikan bantuan untuk filipina hampir us$ 1 milyar. (ln)

22 November 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KRITIK, bencana dan kegawatan bertubi-tubi menyerang Cory Aquino. Di saat ia mencapai puncak hubungan baik dengan Jepang yang ditandai janji pinjaman hampir US$ 1 milyar -- setitik besar noda tiba-tiba mencemarkan sukses gemilang itu. Sabtu malam akhir pekan lalu, terbetik berita tentang Nobuyuki Wakaoji, 53, seorang pengusaha Jepang, yang diculik lima orang bersenjata. Beberapa jam sebelumnya, kepala perwakilan perusahaan dagang Mitsui yang beroperasi di Manila ini menyetir sendiri Mercedesnya sepulang main golf di padang golf Canlubang, 50 km selatan Manila. Kendati meluncur beriringan dengan empat mobil yang ditumpangi 12 staf Mitsui lainnya, entah bagaimana, tiba-tiba saja Mercedes kuning yang ditumpangi Wakaoji terpisahkan dari konvoi itu. Mendadak satu mobil mencegat di depannya dan satu mobil lagi mencegat di belakang lima orang berseragam militer dengan senjata lengkap memaksa Wakaoji turun dari mobilnya. Ia lalu dilarikan ke arah selatan Manila. Sampai awal pekan ini nasib tamatan Universitas Keio itu tidak diketahui. Malacanang gempar. Kedutaan Besar Jepang sampai dua kali menghubungi Istana, mengancam akan adanya "tindak lanjut" dalam hubungan Jepang-Filipina andai kata terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atas diri Wakaoji. Presiden Aquino diberitakan sangat resah dan memerintahkan 100 penyidik baik polisi maupun tentara, menyelamatkan pengusaha Jepang itu. Hingga kini tidak ada yang mengaku bertanggung jawab untuk penculikan di tengah kebun tebu itu. Pada hari itu juga, PM Nakasone memerintahkan Duta Besar Kiyoshi Sumiya segera mencari jalan penyelamatan bersama dengan Kepala Staf AFP Jenderal Fidel Ramos. Dari Manila, wartawan TEMPO Isma Sawitri melaporkan, tidak seorang dapat menebak apakah penculikan itu berkaitan dengan pembunuhan Olalia yang terjadi dua hari sebelumnya. Yang pasti, kenangan manis Cory dari Jepang rusak seketika. Kaisar Hirohito telah memperlakukan presiden Filipina itu bagaikan putrinya sendiri. Bahkan Kaisar sempat berpesan khusus kepada Benigno "Noynoy" Aquino III, putra Cory yang mendampinginya ke Tokyo, "Saya sangat terkesan pada ibumu," tutur Kaisar kepada Noynoy. "Dia wanita yang berjiwa besar. Bantu dan lindungi dia." Kenangan manis yang lain diperoleh Cory dari Universitas Waseda. Senat guru besar perguruan tinggi beken ini berkenan menganugerahinya gelar doktor kehormatan dalam ilmu politik. PM Yasuhiro Nakasone melengkapi semua perlakuan manis ini dengan janji pinjaman hampir US$ 1 milyar, tanpa melalui perundingan berbelit-belit. Pokoknya, lancar. Sayangnya, "Apa yang telah diperoleh Presiden Aquino melalui kunjungan ke Tokyo akhirnya dihancurkan oleh peristiwa ini," kata Menteri Perdagangan dan Industri Conception, dengan nada sendu, Senin lalu. Kabut misteri penculikan ini memang belum terkuak. Misalnya saja, mengapa para penculik mengambil Wakaoji dan bukan pengusaha Jepang lainnya. Sebenarnya, perwakilan perusahaan dagang Mitsui di Manila, yang didirikan sejak tahun 1904, terutama mengurusi impor besi baja dan mesin-mesin buatan Jepang ke Filipina. Sementara itu, 67 staf di perwakilan sogo shosha kedua terbesar di Jepang itu mengapalkan udang dan bijih tembaga ke negaranya. Menurut catatan pembukuan yang berakhir Maret lalu, omset penjualan perwakilan Manila ini mencapai US$ 340 juta. Dalam lawatannya ke Jepang, Cory mencoba merangkul para pimpinan sogo shosha terkemuka di Jepang dengan mengundang mereka ke Istana Asaka, penginapannya di Tokyo. Dan di sana ia menjelaskan kemungkinan penanaman modal di negaranya. Sekaligus mengharap agar mereka mau membantu Filipina. Sepulang dari Tokyo, Cory memang membawa pinjaman 40 milyar yen untuk pembangunan pusat pembangkit listrik tenaga batu bara baru berkekuatan 300 ribu kWh. Kabarnya, Mitsui sangat berminat mengambil proyek tersebut mengingat keberhasilan mereka membangun pusat pembangkit tenaga listrik serupa lainnya, dua tahun lalu. Masalahnya sekarang adalah sampai seberapa jauh peristiwa penculikan Wakaoji mempengaruhi hasil kunjungan Cory. Menurut laporan wartawan TEMPO Seiichi Okawa di Tokyo, para pengamat di sana cenderung menduga penculikan Wakaoji sebenarnya tidak bermotifkan uang. Agaknya, si pelaku bermaksud mengguncangkan pemerintahan Aquino yang sedang mencoba memperbaiki ekonomi Filipina berdasarkan bantuan ekonomi Jepang. Lawatan Cory ke Jepang memang harus dicatat sebagai langkah kanan yang berhasil. Kendati dibayang-bayangi teror mental yang dilakukan oleh Menteri Pertahanan Enrile ditambah desas-desus kudeta, Cory kembali dengan berkantung-kantung bantuan, antara lain: US$ 250 juta pinjaman khusus yang dijanjikan PM Nakasone US$ 206 juta pinjaman komoditi US$ 118 juta disiapkan untuk bantuan proyek. Selain itu, Jepang juga menjanjikan US$ 312 juta dalam paket bantuan luar negerinya. Karena itu, ketika hendak meninggalkan Negeri Sakura, Kamis pekan lalu, sambil mengucapkan terima kasih, Aquino sempat meyakinkan pemerintah Jepang bahwa semua bantuan tersebut akan digunakan demi kepentingan rakyat. Dan yang paling penting, dengan mempertaruhkan nama baiknya, Cory menjamin bahwa semua bantuan yang diberikan kcpadanya akan diteruskan kepada yang berhak. Karena itu, Yomiuri Shimbun dalam tajuk rencananya memuji tekad Cory. "Jepang telah menunjukkan itikad baiknya untuk menolong pemerintahan Cory. Sebaliknya, Presiden Aquino telah memberikan jaminan untuk kesungguhan itu," tulisnya. Dalam kesempatan itu, Cory kembali mengulangi ajakannya kepada para usahawan Jepang untuk menanamkan modalnya, terutama di industri teknologi tinggi, dan tidak cuma mengobral janji. Namun, keinginan Cory barangkali tidak akan segera terlaksana sebelum ia dapat membekuk komplotan penculik Wakaoji. Jika yang terjadi sebaliknya, Wakaoji tewas dengan bekas penganiayaan, misalnya, mungkin saja pemerintahan Nakasone menarik janji-janjinya. Semua ini memang baru dugaan semata. Sumber-sumber di Manila beranggapan, penculikan tersebut paling tidak sudah direncanakan dengan matang. Selain pertikaian politik, tugas Cory yang tidak bisa ditinggalkan adalah menata kembali perekonomiannya. Catatan utang negaranya sudah mencapai US$ 28 milyar dengan tingkat pengangguran sekitar 30 persen. Pelbagai usaha untuk dapat menunda pembayaran pinjaman maupun meminta penurunan suku bunga pinjaman belum menampakkan hasil menggembirakan. Namun, neraca keuangannya hingga pertengahan tahun ini, menurut perhitungan para ekonom, mencapai angka surplus US$ 500 juta -- dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dengan catatan defisit sepersepuluhnya. Sebuah pertanda baikkah? Pertanyaan berikutnya, adakah maksud-maksud lain di balik kemurahan Jepang kepada Filipina. Tidak mudah menjawabnya, memang. Tapi satu hal yang bisa diraba dari balik kemurahan Jepang tersebut adalah keinginannya untuk menjadikan dirinya sebagai bangsa terkuat di belahan Asia. Ia memang tidak harus mengembalikan dirinya sebagai kekuatan bersenjata seperti pada masa Perang Dunia. Kendati demikian, kekuatan ekonomi yang dipunyai sudah cukup untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Ambisinya memang sebagai kekuatan regional. Dalam ambisi tersebut tercantum keinginan untuk tetap berada di bawah lindungan payung Amerika -- sementara ia meningkatkan hubungan dengan Cina dan Korea Selatan. Di pihak lain, seperti ditulis The Economist, ia sendiri berkeinginan menjadikan dirinya payung bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara, terutama para anggota ASEAN. Besarnya jumlah bantuan yang dituangkan ke dompet Presiden Aquino sesungguhnva memperlihatkan pula "kelihaian" Jepang. Bantuan tersebut tentu saja diharapkan dalam meningkatkan perekonomian Filipina, yang pada gilirannya nanti akan berakibat pada stabilitas politik. Dalam hal proyek pusat pembangkit listrik tenaga batu bara di Batangas, misalnya. Pada saat proyek tersebut sudah beroperasi penuh, ia tidak cuma diharapkan untuk mengatasi masalah energi listrik, melainkan juga dapat memacu penanaman modal swasta. "Filipina sebenarnya negara yang terbuka dan tempat yang cukup aman untuk berusaha," kata March Thomson dari Kamar Dagang Amerika kepada Reuters. Selain itu, dengan tenaga pekerja yang cukup murah, terlatih, dan mengerti bahasa Inggris, Filipina memiliki persyaratan dasar untuk iklim penanaman modal maupun sebagai tempat yang mempunyai daya tarik bagi kepariwisataan. Karena itu, Thomson, alau tidak menyebut data, melihat ada kecenderungan peningkatan arus wisatawan ke negara itu. Namun, dengan meningkatnya kekisruhan politik di negara tersebut, apakah masih layak Filipina dikategorikan cukup aman untuk berusaha? James R. Lapian, Laporan Isma Sawitri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus