Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang anggota parlemen dari Partai Maori Selandia Baru diusir dari ruang parlemen minggu ini karena tidak memakai dasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rawiri Waititi menolak mengenakan dasi di ruangan dengan alasan memaksakan kode pakaian Barat adalah pelanggaran haknya dan upaya untuk menekan budaya asli.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada hari Selasa, Ketua Parlemen Trevor Mallard dua kali mencegah Rawiri Waititi mengajukan pertanyaan di ruang debat, bersikeras bahwa anggota parlemen hanya dapat mengajukan pertanyaan jika mereka mengenakan dasi, menurut laporan Reuters, 10 Februari 2021.
Ketika Waititi melanjutkan pertanyaannya setelah dihentikan untuk kedua kalinya, Mallard memerintahkannya untuk pergi.
"Ini bukan tentang dasi, ini tentang identitas budaya, kawan," kata Waititi saat dia keluar dari ruangan.
Parlemen Selandia Baru adalah yang paling inklusif yang pernah dipilih di negara ini. Hampir setengah dari 120 kursi di parlemen dipegang oleh perempuan.
Parlemen Selandia Baru yang terpilih tahun lalu memiliki representasi LGBTQI 11% dan representasi Maori 21%. Parlemen diisi anggota parlemen pertama yang berasal dari Afrika dan Sri Lanka setelah pemilihan Oktober lalu.
Waititi, yang menyebut dasi sebagai "simpul kolonial," tahun lalu diberitahu bahwa dia akan dikeluarkan dari DPR jika tidak memakainya. Pada hari Selasa ia mengenakan taonga, liontin batu hijau Maori sebagai gantinya.
Mallard mengatakan pada hari Selasa bahwa sementara dasi sudah ketinggalan zaman menurut pandangannya, mayoritas anggota meminta agar aturan tersebut dipertahankan dalam konsultasi tentang masalah tersebut dalam beberapa bulan terakhir.
Dalam tulisan opini di New Zealand Herald pada hari Rabu, Waititi mengatakan tindakannya bukan tentang dasi, tetapi tentang hak Mori untuk menjadi Mori, baik di parlemen atau di kedai minum.
"Saya melepas dasi kolonial sebagai tanda bahwa itu terus menjajah, mencekik, dan menekan hak-hak Mori yang menurut Mallard memberi kita semua persamaan," kata Waititi.
"Ini lebih dari sekadar dasi atau taonga, ini semua berkaitan dengan kesetaraan."
Diminta untuk berkomentar, Perdana Menteri Jacinda Ardern mengatakan dia tidak keberatan seseorang memakai dasi di parlemen atau tidak.
"Ada masalah yang jauh lebih penting bagi kita semua," kata perdana menteri Selandia Baru itu.
REUTERS