KONTROVERSI mengenai Kurt Waldheim tak lagi cuma debat di meja komisi. Atau perang pernyataan antara yang pro dan kontra. Kamis malam pekan lalu ratusan orang berdemonstrasi di depan Gedung Opera Wina. Mereka membawa poster, "Kapan Waldheim pergi ? " Lalu bom asap disulut, ratusan botol melayang ketika polisi datang. Tak ada korban. Malam itu Presiden Austria, yang lagi jadi sorotan, sedang menjadi tamu pertunjukan opera. Jumatnya, sekitar 400 wartawan dan kaum intelektual melakukan demonstrasi damai di depan Istana Kepresidenan di Wina. Mereka menyampaikan petisi yang menggarisbawahi hasil komisi penyelidik bahwa Waldheim mengetahui segala rencana dan pembantaian kaum Yahudi yang dilancarkan oleh Nazi, mesti tak ada bukti ia punya peranan langsung. Tapi itu berarti ia mengetahui, dan tulis petisi selanjutnya, "Itu tidak cukup untuk tidak menjadikan dia seorang kriminal." Sejauh ini presiden berusia 69 tahun itu tak membantah hasil penyidikan, bahkan ia mengakui bahwa ia tahu rencana pembantaian kaum Yahudi. Tapi ia cuma mengatakan bahwa komisi, "tak menuduh saya bersalah." Tapi justru itulah yang kini dipersoalkan oleh penanda tangan petisi dan banyak pihak. Bila ia tahu, mengapa diam saja? Dengan gamblang laporan komisi yang dibacakan Selasa pekan lalu mengatakan, Waldheim ketika itu sering hadir dalam rapat-rapat, jadi tahu semua keputusan yang diambil. Sementara itu, tak ditemukan bukti-bukti bahwa ia pernah memprotes atau mengambil langkah berlawanan misalnya memperlambat perintah. Sedikit saja kenyataan yang mungkin menolong bekas Sekjen PBB itu. Yakni pada dokumen tertanggal 25 Mei 1944 diceritakan bahwa Letnan Waldheim memprotes reprisal acts (pembantaian penduduk sipil oleh tentara Nazi). Komentar komisi tapi yang diprotes bukan pelaksanaannya Waldheim cuma memprotes jumlahnya. Toh masih ada yang menganggap laporar komisi kurang tuntas. Yakni masyarakat Yahudi, yang berusaha keras mencari bukti bahwa Waldheim penjagal bangsa mereka Menteri Luar Negeri Israel Shimon Peres melontarkan komentar tak sedap: "Kebohongan -- itukah sebuah kehormatan?" Pemerintah Israel memang paling kera menentang pengangkatan Waldheim sebaga presiden Austria, 1986 lalu, karena adanya tuduhan Kongres Yahudi Sedunia (WJC tentang kejahatan perang Waldheim. Maka begitu Waldheim dilantik sebagai presiden Austria, Israel memanggil pulang dubesnya. Seorang Yahudi pemburu para penjahat perang nomor wahid, Simon Wiesenthal yang dahulu mendukung Waldheim, kini pindah haluan. Pekan lalu dia menyatakan, akan mengadakan penyidikan sendiri. Sementara itu Kanselir Austria Frawn Vramitzky, minggu pekan ini, mengancam akan mengundurkan diri. Yakni, bila Waldheim tidak mundur. Perkara Waldheim, katanya, telah mengacaukan urusan pemerintahan yang lain -- tanpa ia sebutkan contohnya. Kubu politik Waldheim, Partai Rakyat (PP), Selasa pekan lalu membuka konperensi pers dadakan. Deputi Kanselir merangkap Menteri Luar Negeri Alois Mock menuding bahwa semua kritik terhadap Waldheim tak berdasarkan bukti-bukti. Politikus yang santer dikabarkan akan mewakili PP dalam pemilihan kanselir mendatang itu pun menyerang komisi yang bertindak di luar wewenang. Komisi cuma diminta oleh pemerintah Austria agar membuktikan apakah Waldheim terlibat langsung pada kejahatan perang atau tidak. Akan mundurkah Waldheim? Karl Guber, bekas menlu Austria (1946-1953) yang sangat dekat dengan Waldheim,Jumat pekan lalu dalam wawancaranya dengan radio Italia, menuduh anggota komisi terdiri atas kaum sayap kiri dan Yahudi, yang memang membenci Waldheim. Lalu katanya, seumpama presiden itu terpaksa mengundurkan diri, ia akan terpilih lagi dengan suara lebih banyak. Adakah ini suara keputusasaan, atau optimisme berlebihan? Prg. & Yudhi S. (London)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini