SEROMBONGAN demonstran dengan beringas melempari petugas-petugas keamanan yang berlindung di balik truk dengan batu dan bom molotov. Setelah itu, mereka membakar empat kendaraan umum yang lewat di tempat kejadian. Itulah suasana yang mewarnai Kota Dakka seusai pemilihan umum di Bangladesh, pekan lalu. Bentrokan antara massa dan petugas keamanan itu, yang mencederai sedikitnya tujuh orang, meletup akibat imbauan 21 partai oposisi agar kaum buruh melakukan pemogokan masal selama 12 jam. Aksi protes itu, yang dimulai Sabtu lalu, sebagai tanda protes atas terbunuhnya 152 penduduk di saat pemungutan suara, yang diselenggarakan tiga hari sebelumnya. Ratusan penduduk yang terbunuh itu adalah pendukung calon-calon wakil rakyat yang bersaing dalam memperebutkan 4.400 kursi ketua dan 39 ribu kursi anggota Dewan Lokal dalam pemilihan lokal yang diselenggarakan di seluruh Bangladesh, Rabu pekan lalu. Situasi bertambah runyam tatkala mereka yang bentrok membakar tempat-tempat pemungutan suara, dan menculik 55 petugas pemilu. Malah, di sebuah desa, seorang petugas pemilu dipenggal kepalanya, sementara dua orang lainnya kedapatan mati setelah dikuliti hidup-hidup. Pemerintah akhirnya menurunkan 70 ribu anggota polisi dan tentara untuk mengamankan daerah-daerah rawan di seantero negeri. Kepada mereka diinstruksikan untuk melakukan "tembak di tempat" terhadap para perusuh. Sampai Ahad lalu, hujan batu dan suara tembakan masih terdengar. Kerusuhan itu merupakan peristiwa terburuk selama 12 tahun pemerintahan Presiden Hussain Mohammad Ershad. Tak ayal lagi, situasi ini langsung ditunggangi kelompok Oposisi -- yang bertekad memboikot pemilu parlemen, 3 Maret mendatang untuk meminta Ershad mundur. "Mari kita bangkitkan para korban dari kuburnya untuk menggulingkan pemerintah," kata tokoh oposisi Begum Khaleda Zia, Ketua Partai Nasionalis Bangladesh. Partai Nasionalis disokong oleh Liga Awami - kelompok oposisi terbesar di Bangladesh. Ershad, menurut Ketua Liga Awami Sheik Hasina Wazed, tak berakar pada rakyat. Kecaman-kecaman itu ternyata tak menggoyahkan tekad Ershad untuk tetap menyelenggarakan pemilu bulan depan. "Demokrasi tak akan tercapai dengan dendam dan keras kepala. Ia hanya bisa dicapai dengan jalan pemilu," ujarnya dalam sebuah rapat umum, Jumat lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini