Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Menjadi kaya itu mulia

Berkat program 4 modernisasi, slogan-slogan Maoisme mulai ditanggalkan, patung-patung Mao ditumbangkan. Tokoh pengusaha yang berhasil malah dipatungkan. Sektor ekonomi swasta boleh bangkit kembali.

20 Februari 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"ZAMAN berubah, selera pun beralih," demikianlah kata perib- ahasa kuno. Rupanya, ungkapan itu sampai sekarang masih tetap berlaku, tak terkecuali di Cina. Malahan, boleh dikatakan mengubah selera kini sebagai salah satu gejala "orde baru" di sana. Dewasa ini negeri satu rnilyar manusia itu sedang giat-giatnya membangun dengan berbekalkan. semangat baru dan slogan Empat Modernisasi. Salah satu akibatnya, sedikit demi sedikit . kini Almarhum Mao dan semangat berslogan "politik sebagai panglima" ditinggalkan dan dilupakan. Malahan, sejak awal dasawarsa ini kedudukan Almarhum dalam sejarah kontemporer Cina pun sudah mulai diungkit-ungkit dan ditinjau kembali. Tak kurang dari Deng Xiaoping sendiri - orang kuat Cina sekarang - berani berucap bahwa Almarhum Mao itu, "70% benar dan 30% salah." Meninggalnya Mao yang kemudian diikuti oleh demaoisasi secara diam-diam memberi tempat kepada liberalisasi ekonomi. Sekarang, sektor ekonomi swasta yang dulu dianggap sebagai perwujudan kapitalisme boleh bangkit kembali. Slogan "menjadi kaya adalah mulia" telah menggantikan slogan "politik sebagai panglima". Salah satu pertanda ditinggalkannya "masa jahiiiyah" Maoisme itu adalah mulai ditanggalkannya berbagai atribut ingatan kepada Mao. Sudah sejak 1980, misalnya, potret-potret Mao yang banyak tersebar di tempat-tempat umum dicopoti. Yang kini kena giliran, patung-patung Mao. Pada 6 Februari iaiu, demikian menurut Harian Buruh, patung setengah badan untuk memperingati seseorang bernama Zhang Jieshi telah diresmikan. Patung yang ditempatkan di salah satu bagian Kota Beijing itu ditempeli sebuah prasasti yang ditulis oleh Ketua PKC Zhao Ziyang. Yang menarik, Almarhum Zhang, yang meninggal pada 1986 karena kanker itu, bukanlah seorang tokoh partai ataupun ideolog. Ia tak lain dari seorang tokoh bisnis yang di masa hidupnya menjabat manajer sebuah pabrik mantel. Zhang berhasil mengembangkan pabrik itu dan menjadikannya suatu usaha yang sukses. "Ia hanya orang biasa, tapi seorang pembaru yang besar," demikian kata-kata Ketua Zhao yang terpahat pada prasasti tersebut. Harap diketahui, tempat patung Zhang sekarang terpasang tadinya menjadi tempat berdirinya patung Mao. Di Beijing akhir-akhir ini banyak patung Mao yang sudah mulai bertumbangan. Bulan Desember lalu sebuah patung Mao yang ada di muka Institut Perguruan Beijing telah diledakkan dengan dinamit, agar bisa memberi tempat untuk membangun sebuah perpustakaan. Barangkali tak lama lagi gambar raksasa wajah Mao yang terpampang di Tiananmen akan kena giliran. Siapa tahu tubuh Mao yang terbaring di mausoleum dekat Tiananmen juga akan dipindahkan - seperti yang terjadi atas jasad Stalin, mengikuti program destalinisasinya Khrushchev pada 1960-an dulu. Siapa tahu. A. Dahana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus