Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Toko-toko tutup berjejer di jalan-jalan kosong Yerusalem timur dan Tepi Barat pada Senin, 7 April 2025. Warga Palestina menggelar pemogokan massal menuntut diakhirinya genosida Gaza. Yerusalem timur menjadi wilayah yang dianeksasi Israel sedangkan Tepi Barat menjadi kawasan yang telah diduduki Israel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Saya berjalan melalui kota hari ini dan tidak dapat menemukan satu pun tempat yang buka," Fadi Saadi, seorang pemilik toko di Betlehem dikutip dari Arab News.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Toko-toko, sekolah, dan sebagian besar kantor administrasi publik ditutup di seluruh Tepi Barat, yang telah diduduki Israel sejak 1967.
Dalam laporan kantor berita RFI, koalisi gerakan politik Palestina—termasuk Fatah dan Hamas yang bersaing—menyerukan pemogokan untuk memprotes apa yang mereka gambarkan sebagai genosida dan pembantaian berkelanjutan terhadap rakyat Palestina.
Mereka menyerukan pemogokan di semua wilayah Palestina yang diduduki, termasuk di kamp-kamp pengungsi. Para demonstran menyoroti Israel yang melanjutkan serangan udara di Gaza pada 18 Maret, mengakhiri hampir dua bulan gencatan senjata dengan Hamas.
Puluhan warga Palestina telah terbunuh hampir setiap hari sejak Israel memulai kembali serangan militernya.
“Hari ini kami tutup untuk keluarga kami di Gaza, anak-anak kami di Gaza,” kata Imad Salman, 68 tahun, yang memiliki toko suvenir di Yerusalem" ujarnya.
"Di Yerusalem, di Tepi Barat, kami tidak dapat melakukan apa pun selain apa yang kami lakukan di sini sekarang."
Di Yerusalem timur yang dianeksasi Israel, jalan Salaheddin yang biasanya ramai tampak kosong.
“Mogok kerja ini sebagai bentuk solidaritas dengan Gaza dan apa yang terjadi di sana, dan perang yang dilancarkan terhadap rakyat Palestina, baik oleh (Presiden AS Donald) Trump, (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu, pemerintah Israel, atau pemerintah Amerika,” kata Ahmed, yang tidak ingin menyebutkan nama belakangnya.
“Perang ini harus dihentikan, pembunuhan dan penghancuran harus dihentikan, dan hanya perdamaian yang harus menang — perdamaian, dan tidak ada yang lain selain perdamaian.”
Berbarengan dengan itu, sebuah unjuk rasa juga terjadi pada Senin di pusat kota Ramallah di Tepi Barat, tempat Otoritas Palestina berkantor pusat.
“Kali ini, serangan itu serius, dan komitmen penduduknya signifikan karena agresi Israel kini memengaruhi semua rumah tangga Palestina, baik di Tepi Barat maupun Gaza,” kata Issam Baker, seorang organisator komunitas di Ramallah.
“Kami telah melihat komitmen total dalam mendukung serangan hari ini di seluruh Tepi Barat, yang belum pernah terjadi sejak 7 Oktober 2023, ketika perang Gaza dimulai, kata seorang sumber keamanan dari Otoritas Palestina."
Sejak dimulainya perang Gaza, kekerasan telah melonjak di Tepi Barat. Kementerian Kesehatan Palestina menyebut pasukan atau pemukim Israel telah menewaskan sedikitnya 918 warga Palestina, termasuk militan, di wilayah tersebut sejak saat itu.
Sebaliknya, serangan dan bentrokan Palestina selama serangan militer telah menewaskan sedikitnya 33 warga Israel, termasuk tentara, selama periode yang sama.