SEDIKIT berdeba, dunia menanti nanti warganya yang kelima milyar, 11 Juli lalu. Memang, menurut PBB, bayi yang kesekian itu akan lahir hari Sabtu, 11 Juli 1987, antara pukul 00.00 dan pukul 24.00. Dan bayi yang lahir pada hari dan jam itu memang tak sedikit. Tiap detik, dunia mendapat tambahan sekitar 3 warga baru. Untuk Indonesia, bayi bersejarah itu ternyata lahir di Indramayu, Jawa Barat. Dia adalah putra Bu Guru Retno Darmastuti, 28 tahun, yang sekaligus merupakan anak pertama. Kelahiran bayi Indramayu itu sekaligus dipergunakan oleh BKKBN sebagai ajang untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya mengekang pertambahan penduduk. Malaysia tidak tinggal diam. Kuala Lumpur mengklaim bahwa bayi kelima milyar boleh jadi telah lahir di Malaysia. PBB sendiri memilih seorang bayi Yugoslavia yang bernama Matej Gaspar untuk resmi mendapat "kehormatan" sebagai warga yang kelima milyar. Dan tentu saja kelahiran bayi bule itu melambangkan peristiwa yang harus diperingati di seluruh dunia. "Saya benar-benar bangga." kata Sanja Gaspar, sang ibu, kepada para tamu yang mengucapkan selamat kepadanya di sebuah klinik bersalhl di Zagreb. Tapi mengapa kelahiran itu jadi begitu penting ? Bayi kelima milyar itu dihitung atas pcrkiraan bahwa penduduk dunia bertambah sekitar 10 setiap meni, 220.000 setiap hari dan 80.000.000 setiap tahun. Diperhitungkan pula bahwa planet bumi akan mencapai angka 6.000.000.000 pada tahun 2000 nanti dan akan lebih dari 10 milyar menjelang akhir abad XXII. Karena itu, PBB merasa perlu mengingatkan bahwa dunia sudah penuh sesak. Timbul pertanyaan, bagaimana hari depan anakanak yang lahir dalam jangka waktu 24 jam 11 Juli itu. Suram, sungguh suram seperti ang digambarkan oleh Lester Brown Direktur Worldwatch Institute, sebuah badan yang berpusat di Washington, yang setiap tahunnya mengecek jumlah penduduk dunia dan lingkungannya. Katanya, "Untuk pertama kali sejak Perang Dunia II berakhir, kita berada pada keadaan di seluruh bagian dunia dan penduduknya sedang meluncur ke arah situasi paling buruk, dan tidak akan mampu lagi menjamin makanan bagi segenap warganya." A. Dahana, Laporan Surasono & kantor-kantor berita
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini