Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PENGANIAYAAN di Akademi Kepolisian terjadi dalam berbagai bentuk. Taruna angkatan baru selalu jadi bulan-bulanan seniornya. Pelanggaran sekecil apa pun bisa memancing terjadinya kekerasan. Seorang taruna yang terlambat datang ketika dipanggil kakak kelasnya bisa dipukuli habis-habisan. Lantaran sudah menjadi tradisi, setiap bentuk kekerasan punya nama khusus di kalangan para senior. Memukul pipi kanan dan kiri korban secara berulang-ulang, misalnya, diberi nama "kipas cenderawasih".
Tak aneh jika kemudian yang berkembang di sekolah calon perwira polisi itu adalah budaya kekerasan dan ketaatan membabi buta kepada atasan. Diskusi akademis, sikap kritis, dan kreativitas memecahkan masalah tidak menjadi bagian dari keseharian para taruna. Karakter mereka dibentuk dalam disiplin kaku dan penyeragaman perilaku. Sebagian masalah di kepolisian kita bersumber dari sini.
BENTUK HUKUMAN
Tradisi brutal di akademi Perwira
JENIS KEKERASAN:
Pengakuan tanpa Suara
TIDAK mudah membuktikan adanya kekerasan di Akademi Kepolisian, Semarang. Entah diindoktrinasi, entah takut, para taruna tidak mau buka mulut soal penderitaan dan penganiayaan yang mereka alami—meski ada yang cacat permanen dan diberhentikan dari Akademi.
Sampai akhirnya sebuah penyelidikan internal dilakukan beberapa bulan lalu. Diam-diam beberapa lembar angket disebarkan kepada ratusan taruna. Sengaja dibuat anonim, hasil penyelidikan itu mengejutkan. Lembaran demi lembaran jawaban para responden inilah yang kemudian membuka skandal ini jadi terang-benderang.
- Apakah Anda mendapat cukup waktu istirahat dalam menjalani program pendidikan sehari-hari di Akpol?
Tidak: 79,7 persen - Apakah Anda belajar di petang hari setelah jam belajar di kelas usai?
Tidak: 75 persen - Apakah Anda pernah menjadi korban pemukulan atau kekerasan oleh senior Anda?
Pernah: 84,4 persen - Apakah Anda tahu bahwa memberikan hukuman berlebihan kepada taruna baru dilarang?
Tahu: 78,4 persen - Apakah Anda bisa mengidentifikasi pelaku kekerasan terhadap taruna baru?
Tidak: 70,9 persen
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo