Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Investigasi

Dewa Ruci, Kipas Cenderawasih

3 Oktober 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENGANIAYAAN di Akademi Kepolisian terjadi dalam berbagai bentuk. Taruna angkatan baru selalu jadi bulan-bulanan seniornya. Pelanggaran sekecil apa pun bisa memancing terjadinya kekerasan. Seorang taruna yang terlambat datang ketika dipanggil kakak kelasnya bisa dipukuli habis-habisan. Lantaran sudah menjadi tradisi, setiap bentuk kekerasan punya nama khusus di kalangan para senior. Memukul pipi kanan dan kiri korban secara berulang-ulang, misalnya, diberi nama "kipas cenderawasih".

Tak aneh jika kemudian yang berkembang di sekolah calon perwira polisi itu adalah budaya kekerasan dan ketaatan membabi buta kepada atasan. Diskusi akademis, sikap kritis, dan kreativitas memecahkan masalah tidak menjadi bagian dari keseharian para taruna. Karakter mereka dibentuk dalam disiplin kaku dan penyeragaman perilaku. Sebagian masalah di kepolisian kita bersumber dari sini.

BENTUK HUKUMAN

  • Dewa Ruci: Taruna diminta berdiri dengan posisi kepala di bawah. Tangan bertumpu di pinggang belakang. Setelah itu, para senior memukul punggung adik kelasnya dengan gagang sapu atau kayu panjang.
  • Paku Bumi: Taruna diminta meletakkan satu tangan di lantai, sementara tangan yang lain memegang kepala. Setelah itu, taruna diminta berputar-putar dengan satu tangan di lantai sebagai poros. Hukuman berlangsung sampai taruna sempoyongan dan kesulitan berdiri tegak.
  • Kayang dengan Kepala: Taruna diminta melakukan kayang. Tapi bukan tangan yang menjadi tumpuan, melainkan kepala.
  • Roket: Taruna diminta berdiri dengan posisi kepala di bawah. Tubuh merapat ke tembok, untuk memberi keseimbangan. Biasanya dilakukan berjam-jam tanpa istirahat.
  • Korea: Taruna diminta melakukan push-up, tapi kedua tangan disatukan di depan dada

    Tradisi brutal di akademi Perwira
    JENIS KEKERASAN:

  • Torpedo: Kaki bagian depan taruna dihajar dengan tendangan beruntun oleh seniornya. Si senior menggunakan sepatu lars.
  • Pukulan Dua Setengah Kancing: Taruna dipukul tepat di ulu hati, kadang tanpa peringatan.
  • Pukulan Argo: Taruna dipukul rahangnya keras-keras dari belakang.
  • Setrum: Taruna disetrum dengan kabel yang serabutnya dibiarkan telanjang.
  • Kipas Cenderawasih: Pipi kanan dan kiri taruna ditempeleng berulang-ulang. Untuk menguatkan efek, biasanya dilakukan dengan kopel Pramuka.

    Pengakuan tanpa Suara

    TIDAK mudah membuktikan adanya kekerasan di Akademi Kepolisian, Semarang. Entah diindoktrinasi, entah takut, para taruna tidak mau buka mulut soal penderitaan dan penganiayaan yang mereka alami—meski ada yang cacat permanen dan diberhentikan dari Akademi.

    Sampai akhirnya sebuah penyelidikan internal dilakukan beberapa bulan lalu. Diam-diam beberapa lembar angket disebarkan kepada ratusan taruna. Sengaja dibuat anonim, hasil penyelidikan itu mengejutkan. Lembaran demi lembaran jawaban para responden inilah yang kemudian membuka skandal ini jadi terang-benderang.

    1. Apakah Anda mendapat cukup waktu istirahat dalam menjalani program pendidikan sehari-hari di Akpol?
      Tidak: 79,7 persen
    2. Apakah Anda belajar di petang hari setelah jam belajar di kelas usai?
      Tidak: 75 persen
    3. Apakah Anda pernah menjadi korban pemukulan atau kekerasan oleh senior Anda?
      Pernah: 84,4 persen
    4. Apakah Anda tahu bahwa memberikan hukuman berlebihan kepada taruna baru dilarang?
      Tahu: 78,4 persen
    5. Apakah Anda bisa mengidentifikasi pelaku kekerasan terhadap taruna baru?
      Tidak: 70,9 persen
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus