Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
FeRro Septa Yudha, 28 tahun, kini hanya bisa merenungi nasibnya yang buruk. Sarjana teknologi informasi ini tak pernah menyangka jabatannya sebagai Direktur Keuangan PT Ibist membuat kehidupannya berakhir di bui. Wandi Sofian, pemilik Ibist, yang langsung menunjuk Ferro menjadi direktur keuangan. "Saya tak tahu kenapa ditunjuk," katanya. Setelah praktek haram Ibist terbongkar, Wandi kabur. Tinggalah Ferro yang "tertimpa tangga" dicokok polisi. Berikut pengakuannya kepada Tempo saat ditemui di penjara Polwiltabes Bandung.
Kapan PT Ibist berdiri?
PT Ibist berdiri pada Juli 2003. Sebelumnya, pada 1991, Ibist berbentuk CV. Pendirinya Wandi Sofian (komisaris utama) dan Agus Muhammad Ali (direktur). Tapi, setelah kolaps, nama Agus tak pernah disebut lagi.
Anda kenal Wandi Sofian?
Secara pribadi tidak kenal. Hubungan saya dengan Wandi Sofian adalah hubungan kerja antara atasan dan bawahan.
Bagaimana Anda bergabung dengan PT Ibist?
Saya bergabung pada Oktober 2003. Awalnya perusahaan ini membutuhkan seorang ahli teknologi informasi. Kebetulan saya sarjana informatika dari Sekolah Tinggi Sains dan Teknologi Indonesia (ST Inten). Setelah wawancara dengan Wandi Sofian, saya langsung diterima.
Kapan Anda menjabat direktur keuangan?
Setelah enam bulan bekerja, tiba-tiba Wandi Sofian menunjuk saya menjadi direktur keuangan.
Apa latar belakang pendidikan Wandi Sofian?
Setahu saya doktor bidang ekonomi dari salah satu universitas swasta di Bandung. Beliau juga sering diundang seminar soal keuangan dan investasi di berbagai daerah di Indonesia.
Benarkah Wandi dekat dengan para pejabat?
Saya tidak tahu. Namun kalau melihat foto-foto yang menghias ruang kerjanya, terkesan Pak Wandi punya hubungan luas dengan pejabat di Bandung, baik sipil maupun aparat kepolisian dan TNI.
Siapa contohnya?
Saya tidak tahu namanya.
Mereka semua nasabah Ibist?
Sebagian jadi member (nasabah-Red), tapi sebagian lagi tidak.
Kenapa banyak nasabah PT Ibist berasal dari aparat, baik kepolisian maupun TNI?
Mungkin karena kedekatan Pak Wandi dengan pejabat-pejabat TNI dan kepolisian. Pak Wandi juga sering mensponsori kegiatan-kegiatan mereka, seperti jalan sehat, sepeda sehat, hingga turnamen golf. Dan setiap ada pergantian jabatan di polisi dan TNI, Pak Wandi menjadi orang pertama yang memasang iklan ucapan selamat.
Ke mana dana nasabah itu disalurkan?
Dari penjelasan Pak Wandi ke karyawan Ibist, dana itu sebagian untuk membeli saham Gudang Garam, Indofood, dan Permata Bank. Tapi kalau di sektor riil, dana itu digunakan membangun perumahan mewah di Ciwaruga, Bandung (Graha Lista I) dengan developer PT Graha Lista Karya Mandiri, dan Garut dengan developer PT Surya Salurah Mandiri. Juga di usaha laundry "Larissa" di Kompleks Perumahan Angkatan Darat, Gegerkalong, biro jasa pengurusan kendaraan di Jalan Gatot Subroto, dan rental mobil di kawasan Viaduct, Bandung.
Apakah investasi PT Ibist itu berlaba besar sehingga dapat membayar royalti yang tinggi?
Saya tidak tahu. Soal hitung-hitungan seperti ini hanya Pak Wandi yang tahu.
Berapa nasabah PT Ibist yang terdaftar?
Hingga Oktober 2006 tercatat 5.042 orang, baik di Bandung maupun di Semarang dengan total dana Rp 224,5 miliar.
Lalu, aset yang dimiliki PT Ibist?
Dua rumah yang juga kantor Ibist di Jalan Mul-yasari, Sukajadi, Bandung, serta tujuh mobil (antara lain empat Mercedes dan satu Jaguar).
Sekarang duit itu di mana?
Semuanya di tangan Pak Wandi. Beberapa hari sebelum nasabah menyerbu kantor Ibist, Pak Wandi mengumpulkan seluruh karyawan untuk membereskan transaksi yang tercecer. Seluruh dana yang "nyangkut" di sejumlah rekening pegawai harus ditransfer ke rekening pribadinya. Saya ini korban, kambing hitam, atas kasus ini. Duit nasabah seperak pun tak ada pada saya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo