Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Investigasi

Jalur C Tepi Borneo

Tiga kecamatan di perbatasan Kalimantan Barat menjadi rute favorit penyelundup narkotik. Ada yang diselipkan di tubuh jenazah.

15 Juni 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

EDI Alamsyah melambaikan saja tangannya dari balik kaca sedan Proton yang ia sopiri. Ia melempar senyum kepada petugas Imigrasi Indonesia, lalu sekali lagi ketika melewati gerbang Custom Malaysia.

Sopir taksi omprengan berkewarganegaraan Indonesia itu membawa Tempo dari Entikong, Kalimantan Barat, menuju Distrik Tebedu, Sarawak. "Harus pandai-pandailah kita," kata pria 45 tahun itu, 14 Mei lalu.

Kecamatan Entikong di Kabupaten Senggau berbatasan langsung dengan Malaysia. Kota ini merupakan jalur utama distribusi bahan kebutuhan pokok di antara kedua negara. Menurut Edi, tiga tahun membawa penumpang melintas batas, Proton-nya tak pernah diperiksa.

Menurut Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kalimantan Barat M.J. Baringbing, semua orang yang lewat perbatasan wajib diperiksa. "Membiarkan pelintas lewat tanpa diperiksa termasuk pelanggaran serius," katanya Senin pekan lalu. Tapi, seperti pengalaman Tempo, tak ada pemeriksaan ketat di Entikong.

Longgarnya penjagaan di perlintasan itulah yang dimanfaatkan para penyelundup narkotik. Ribuan kilogram sabu-sabu diperkirakan lolos dari Entikong dan sekitarnya setiap tahun.

Pada akhir 2014, misalnya, aparat membongkar sindikat penyelundup sabu yang dikendalikan pasangan Jacky Chandra dan Memey dari dalam lembaga pemasyarakatan kelas II-A Pontianak. Kepada polisi, keduanya mengaku menyelundupkan 25 kilogram sabu senilai lebih dari Rp 50 miliar. Barang itu dititipkan sopir bus antarnegara oleh anggota jaringan di Kuching.

Narkotik di Entikong memang umumnya berasal dari Kuching, ibu kota Negara Bagian Sarawak. Dari Kuching, barang tersebut dibawa ke Tebedu untuk diseberangkan.

Seorang kuli angkut berkewarganegaraan Indonesia yang bergaul dengan para kurir sabu bercerita, di Distrik Tebedu ada kafe tempat para bandar berkumpul. Mereka bukan penduduk distrik itu dan mengendarai mobil mewah.

Pada malam hari, baru mereka bertransaksi. "Dadah—atau sabu—dibawa oleh kurir ke jalan tikus lewat dusun-dusun dan perkebunan yang berbukit," kata pria 41 tahun itu. Biasanya kurir mengendarai sepeda motor atau berjalan kaki.

Selain gerbang resmi, banyak jalan tikus untuk lalu lintas barang ilegal termasuk narkotik. Masyarakat setempat menyebutnya Jalur C. "Wilayah-wilayah itu sekarang kami pantau secara khusus," kata Agung Saptono, Kepala Subdirektorat Interdiksi Badan Narkotika Nasional.

Kecamatan Sekayam, tetangga Entikong, juga perlintasan favorit penyelundup. Kedua kecamatan itu sama-sama berhadapan dengan Distrik Tebedu. Raden Syafei, warga Desa Sontas, Sekayam, mengatakan biasa mendengar kisah penyelundupan narkotik di daerahnya. "Ada yang nyentrik, diselipkan di tubuh mayat yang dibawa dengan ambulans dari Malaysia," kata pria 47 tahun itu.

Raden membawa Tempo menyusuri salah satu jalur tikus di desanya. Jalannya rusak dan berbatu, melalui sawah dan kebun yang sepi. Jalur itu hanya bisa dilalui sepeda motor. Tak ada penjagaan. Lalu ada jalur paling baru, melewati sungai. "Mereka menyusuri sungai saat malam, menyaru sebagai pemancing udang," ujarnya.

Aparat mulai mewaspadai jalur-jalur tersebut, tapi penyelundupan sulit dibendung. Belakangan, ada kecamatan lain yang, menurut Kepala Polda Kalimantan Barat Brigadir Jenderal Arief Sulistyanto, rawan narkotik, yakni Jagoi Babang. Daerah itu berbatasan langsung dengan Distrik Serikin, Sarawak. "Aksesnya bagus, bisa dilewati mobil, tapi tidak ada pemeriksaan," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus