SERANGAN itu bermula pada pukul 2.10 menit pagi Rabu pekan
silam. Sejumlah sekitar 200 pasukan Khmer Merah secara serentak
melakukan serbuan mendadak ke dalam wilayah Muantkai. Desa Ban
Sa Ngae dan Ban Sa Lo Channgan yang terletak di perbatasan
Muangthai-Khmer dimusnahkan dalam waktu singkat. Perlawanan
pasukan darat Muangthai - yang ditempatkan di sana untuk
membantu polisi perbatasan - tidak berhasil membendung serangan
pasukan musuh yang cuma berada dalam wilayah Muangthai sekitar
dua jam. Penghitunan korban pada pagi harinya menemukan jenazah
sebanyak 29.14 di antaranya adalah jenazah anak-anak.
Pasukan bantuan tentara Muangthai yang kemudian didatangkan
tidak banyak bisa berbuat, meski beberapa pasukan Khmer sempat
juga ditewaskan. "Berlainan dengan biasanya, kali ini pasukan
Khmer muncul di perbatasan dengan tank-tank. Ini menunjukkan
bahwa serangan mereka kali ini bukan sesuatu yang sifatnya
insidentil," kata seorang juru bicara militer di Bangkok hari
Kamis pekan silam.
Mundurnya pasukan-pasukan Khmer Merah tidak lantas mengatasi
ketegangan di perbatasan. Panglima Angkatan Darat Muangthai,
Jenderal Sermana Nakhorn, yang meninjau perbatasan hari Kamis
pekan silam, dengan tegas menyatakan niatnya untuk melakukan
pembalasan keras kepada pihak Khmer Merah jika serangan diulangi
kembali. Peringatan yang cukup keras ini nampaknya tidak terlalu
merisaukan Pnompenh, sebab setiap mereka melakukan serangan
--yang sedang mereka lakukan ke dalam wilayah Muangthai setiap
itu pula tersiar peringatan keras dari pihak militer. Dan hingga
kini belum ada tindakan nyata yang nampak dari Bangkok.
Pancung
Barangkali karena itulah maka pengungsian dari perbatasan sudah
tidak bisa dihindari. Dengan menggunakan sejumlah angkutan
militer -- termasuk helikopter -- penduduk Ban San Lo Changan
dan Ban Sa Ngae ramai-ramai mengungsi sejak Rabu sore pekan
silam Pengungsian yang berlangsung ketika bau mesiu masih belum
lagi tertiup angin, terjadi pula dalam suasana kepanikan. Upaya
tentara mengatasi kepanikan hampir tidak membuahkan hasil. Bukan
cuma tidak berhasil membenahi mayat-mayat yang bergelimpangan,
penduduk yang panik malah makin mengacau keadaan, ketika mereka
berebut memancung mayat-mayat tentara Khmer yang tak sempat
dibawa lari oleh teman-teman mereka.
Dari Kuala Lumpur diberitakan bahwa Menlu Muangthai, Dr Upadit
Pachariyangkul, telah memerintahkan pejabat bawahannya untuk
mengirim nota protes ke PBB di New York. Dr Upadit yang berada
di Kuala Lumpur untuk persiapan KTT ASEAN, dikutip oleh koran
Bangkok Post sebagai mengungkapkan bahwa pernyataan protes juga
telah dikirimkan ke kantor perwakilan Khmer di Viantianne
(Laos), Peking (RRC) serta pos Khmer Merah di Aranyaphet yang
terletak di perbatasan Muangthai-Khmer.
Perdana Menteri Muangthai Thanin Kravicien, beberapa saat
sebelum berangkat ke KTT ASEAN di Kuala Lumpur masih sempat
memberikan keterangannya mengenai penyerangan tersebut. Kepada
pers, Thanin mengumumkan analisanya yang terdiri dari dua
dugaan. "Serangan itu tidak bisa dipisahkan dengan berita adanya
bahaya kelaparan yan, melanda Kamboja. Dengan melakukan
serangan, perhatian penduduk diharapkan bisa dialihkan ke tempat
lain." Itu adalah dugaan pertama Thanin. Dugaan kedua nampaknya
tidak seluruhnya bisa dipisahkan dengan usaha-usaha Muangthai
menumpas kaum perusuh komunis di dalam negennya. Kata Thanin:
"Dengan melakukan penyerangan di perbatasan utara, tentara
Kamboja berharap bisa membuka kesempatan bagi bergiatnya
perusuh-perusuh domestik."
Bukan tidak mungkin bahwa kedua dugaan Thanin secara bersama
memang merupakan kenyataan. Hal yang demikian ini akan lebih
mudah dimengerti jika saja diketahui bahwa di kawasan
selatannya, Muangtllai yang bekerja sama dengan Malaysia kini
sedang dalam posisi yang terus maju dalam menumpas kaum pemsuh
komunis.
Kalau percobaan di selatan bisa diatasi dalam waktu dekat, maka
Muangthai tentulah dengan mudah bisa mengalihkan sebanyak
mungkin pasukannya ke utara. Dan ini tentu akan membikin
pasukan-pasukan Khmer itu kewalahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini