Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Marginalia

Ahmadinejad

15 Mei 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dunia harus hancur, kata mereka. Tuhan menghen-daki itu. Telah dinubuatkan perang penghabisan akan pecah, kata mereka. Iblis akan dihadapi dalam Ar-magedon itu, surga akan terkuak, dan ”Yang Se-tia- dan Yang Benar” akan turun mengendarai seekor kuda p-utih.

… memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama-Nya ialah: ”Firman Allah”. Dan semua pasukan yang di surga mengikuti Dia, mereka menunggang kudapu-tih dan memakai lenan halus yang putih bersih. Dan da-ri mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul semua bangsa….

Gambaran yang seram itu dikutip dari Wahyu, bagian ter-akhir Alkitab. Saya tak tahu apa hubungannya dengan- zaman ini. Tapi mereka—orang-orang fundamentalis K-risten di Amerika—menganggap itulah ra-mal- yang pasti. Armagedon bukan hanya pasti ter-ja-di, tapi juga, kata mereka, akan meletus di ma-sa kini, di Timur Tengah, sebelum datang ”Yerusalem yang Baru” di mana tak akan ada lagi laknat.

Maka mereka menantikan perang itu….

Akan terkejutkah kita bila hari-hari ini orang-orang fundamentalis itu harap-harap cemas memandang Iran sebagai ”Iblis” yang disebut dalam nubuat itu? Saya duga mereka akan bergembira melihat presiden negeri itu: ku-litnya gelap, matanya menatap dari rongga yang dalam, cambangnya kencang, dan kata-katanya muram mengancam akan menghancurkan Israel dan menyiapkan senjata nuklir. Mereka akan ber-gembira sebab kepercayaan mereka akan dibenarkan, sang Antikristus telah muncul, Armagedon akan terjadi, dan halleluyah, bumi baru akan datang.

Ada satu ciri kaum fundamentalis, dari agama apa pun: mereka memusuhi hidup. Hidup adalah sejenis hukuman, karena fana dan diubah waktu. Bagi mereka waktu yang berubah adalah jalan kemerosotan. Sebab itu, mereka cegah waktu dari doktrin, tiap kalimat dalam Kitab Suci harus dipatok sebagai sesuatu yang mandek. Bagi mereka hidup di dunia selalu terancam najis. Sebab itu Tuhan ada-lah suara amarah: ”dari mulut-Nya keluarlah sebilah pe-dang- tajam yang akan memukul semua bangsa.”

Aneh, sebenarnya: Tuhan sebagai pembinasa, hidup se-bagai cela. Padahal kaum fundamentalis itu tak perlu- berkeluh-kesah. Mereka tak menanggung sakit dan mis-kin. Mereka orang Amerika yang makmur. Pengumpul-an pendapat oleh majalah Newsweek menjelang akhir 1999 (dua bulan sebelum milenium baru) menunjukkan 40 per-sen penduduk negeri itu percaya akhir zaman akan terjadi melalui Perang Besar Armagedon. Artinya mereka percaya seperti tertulis dalam Wahyu: setelah perang itu, setelah Iblis akan dilemparkan ke jurang maut, ”kemah Allah” akan ditegakkan di tengah manusia, dan Ia akan menghapuskan air mata dan kematian.

Begitu rentankah orang-orang itu terhadap duka dan ajal, hingga bagi mereka surga di bumi adalah kehidupan tanpa perkabungan dan ratap tangis? Kenapa mereka tak menggambarkan surga sebagai situasi tanpa ketidakadil-an?

Apa pun sebabnya, Juru Selamat dalam bayangan kaum Kristen fundamentalis tampaknya tak sama dengan ”Ratu Adil” dalam bayangan orang-orang melarat di Jawa. Mungkin ”adil” bukanlah persoalan pokok mereka.

Dalam sebuah buku yang kini dilupakan, Prophecy and Politics (terbit pada tahun 1986), Grace Haskell memberi ilustrasi bagaimana yang dirayakan kaum Kristen fundamentalis itu justru apa yang tak adil. Buat menyiapkan buku itu Haskell pergi ke Israel dua kali bersama rombong-an Pendeta Jerry Faldwell. Orang-orang ini—kemudian di-sebut sebagai ”Zionis Kristen”—sangat siap untuk meng-elu-elukan ketidakadilan yang menyakiti orang Palestina. Mereka percaya bahwa janji Tuhan kepada Abram dalam Kejadian—akan ada negeri baru dan akan dijadikan Bani Israel ”bangsa yang besar”—berarti berdirinya Negara Israel seperti sekarang. Mereka tak peduli bila dengan demikian orang Palestina yang Kristen ter-masuk yang dizalimi. Bagi mereka, seperti di-tulis Haskell, tiap tindakan yang dilakukan Israel sudah diatur Tuhan, dan sebab itu harus didukung.

Tentu tak adil. Tapi mereka sadar, dengan ke-tidakadilan itu amarah akan berkobar, pe-rang akan meletus, nubuat Armagedon akan ter-lak-sana, akhir zaman akan tiba dan ”keraja-an seribu tahun” Kristus akan datang.

Maka kaum ”Zionis Kristen” selalu men-desak agar bantuan AS kepada Israel tak ber-kurang—dan berusaha agar perdamaian tak terjadi. Pada tahun 2000, tiga orang fundamentalis fa-na-tik Amerika mencoba meledakkan Masjid Al-Aqsa untuk memprovokasi kemarahan orang Pales-ti-na. Pada tahun 2003, Senator Tom DeLay, yang kurang-lebih mengikuti keyakinan yang sama, da-tang ke parlemen Israel dan mengatakan, ”tak ada nilai-nya sikap di tengah-tengah dan mengambil posisi mo-derat.”

Dengan kata lain: yang kuat tak perlu mengalah; kekuasaan melahirkan legitimasinya sendiri….

Mungkin ini menjelaskan kenapa Tom DeLay bisa meng-halalkan keterlibatannya dalam skandal keuangan yang kemudian terbongkar, sebagaimana Amerika bisa membenarkan dirinya untuk merencanakan 125 bom nu-klir baru tiap tahun sementara ia melarang negeri lain me-lakukan hal yang mirip, sedikit.

Tapi, sekali lagi, adil bukanlah urusan pokok di situ. Maka di manakah, dalam pandangan itu, apalagi dalam doktrin kaum Zionis Kristen, orang ingat khotbah Yesus di bu-kit? Di manakah suara yang memuliakan mereka yang miskin, yang lemah lembut, yang membawa damai dan sebab itu layak ”disebut anak-anak Allah”?

Saya tak tahu. Yang saya tahu, Allah diseru di mana-mana, tapi bersama itu juga dilakukan kebengisan. Kita sering mendengarnya dari mulut muslim, tapi sebetulnya tak ha-nya muslim. Agaknya itulah inti surat Presiden Ahmadinejad kepada Presiden Bush: ”Tuan Presiden, Tuan mungkin tahu saya seorang guru. Murid-murid saya bertanya bagaimana tindakan-tindakan [Amerika] diper-taut-kan dengan nilai-nilai…yang dibawakan Yesus Kristus, nabi perdamaian dan permaafan….”

Tentu saja Bush tak menjawab.

Goenawan Mohamad

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus