Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Koreksi BRR NAD-Nias
Sehubungan dengan artikel ”Mengawal- Proyek Tsunami” yang dimuat majalah Tem-po edisi 8-14 Mei 2006, kami perlu menyampaikan klarifikasi. Hal ini untuk menghindari persepsi yang keliru soal kinerja dan akuntabilitas Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias terhadap penggunaan dana pemulihan di Aceh dan Nias. Terutama berkaitan dengan pernyataan Manajer Program Monitoring Rehabilitasi dan Rekonstruksi Indonesian Corruption Watch, Ridaya La Ode Ngkowe, soal tinggi-nya dana pembangunan perumahan untuk setiap unit rumah tipe 36 meter persegi.
Pembangunan unit rumah itu sesuai de-ngan blue print pemerintah yang dibuat pada awal 2005. Biayanya Rp 28 juta hingga Rp 30 ju-ta. Besaran biaya mencakup desain rancang- ba-ngunan dengan konsep rumah tumbuh yang dapat dilaksanakan dengan cepat, mudah ditangani, dan bukan bangunan se-mi-permanen. Selain itu juga hemat tenaga ker-ja, dikonsultasikan dengan warga, aman dan nyaman.
Tingginya tingkat inflasi di Provinsi Aceh dan Kabupaten Nias selama satu tahun terakhir sebesar 20-40 persen per tahun telah mengakibatkan kenaikan harga bahan pokok material. Ini dipicu keterbatasan sumber daya, faktor kondisi lapangan yang su-lit, jalan-jalan yang belum pulih, harga BBM yang melambung sehingga mengakibatkan peningkatan biaya transportasi dan perpu-taran kegiatan ekonomi. Tentu ini berdampak signifikan terhadap biaya pembangun-an secara keseluruhan. Akibat dari situasi ini, banyak NGO dan pelaksana pembangun-an rumah harus mengeluarkan biaya yang jauh lebih besar dari yang direncanakan.
Dengan pertimbangan itu, anggaran -bia-ya- pembangunan rumah untuk tipe yang sama, pada 2006 telah berubah menjadi - Rp 50 juta sampai Rp 55 juta. Penyesuaian -biaya pembangunan rumah ini dimaksudkan -untuk menjamin agar masyarakat memperoleh rumah yang memiliki standar mutu yang me-madai. Karena itu, tak benar kalau ada peng-gelembungan biaya sebagaimana di-tulis majalah Tempo.
Sehubungan dengan pernyataan ICW, ka-mi mengharapkan jika ICW mempunyai- kiat-kiat atau strategi pengelolaan konstruk-si perumahan yang bisa menekan biaya hing-ga Rp 15 juta per unit bagi rumah tipe 36 m se-perti yang dibangun di NAD dan Nias, BRR sangat terbuka dengan masukan. Begitu pula jika ICW memiliki bukti adanya praktek penggelembungan biaya yang men-ju-rus pada korupsi, kami akan segera menin-daklanjutinya.
BRR adalah lembaga yang senantiasa men-junjung tinggi integritas, transparansi, dan bertanggung jawab terhadap penggunaan dana rehabilitasi dan rekonstruksi. Serta meng-utamakan prinsip kehati-hatian dan akun-tabilitas dalam proses pengadaan. BRR tak akan mentoleransi praktek korupsi, dan karenanya akan menindak tegas setiap praktek yang mengganggu integritas organi-sasi. Atas perhatian serta dimuatnya klarifikasi ini, kami mengucapkan terima kasih.
Sudirman Said Deputi Komunikasi dan Hubungan Kelembagaan BRR NAD-Nias
Keberatan MBA ITB
Membaca artikel di majalah Tempo edisi 24- 30 April 2006, pada rubrik Pendidikan di halaman 118 yang berjudul ”Kado dari Paris,” ada beberapa hal yang kami rasa perlu dikoreksi. Dalam artikel itu tertulis, ”Sebenarnya dari Indonesia ada sejumlah tim dari berbagai universitas yang ikut berlomba hingga babak semifinal. Di antaranya tim dari Universitas Petra Surabaya, Bina Nusantara, Pelita Harapan, Padjadjaran, Diponegoro, Program MM Institut Teknologi Bandung dan Airlangga. Namun mereka tak seberuntung Dharma dan kawan-kawannya yang melesat hingga ke Paris.”
Kami dari program MBA Institut Tek-nologi Bandung keberatan dengan artikel tersebut. Menurut kami, artikel itu tak se-suai dengan fakta yang ada. L’Oreal E-strat Challenge terdiri dari dua kategori yaitu kategori MBA dan S1. Selain itu ada dua tim Indonesia yang pergi ke Paris mewakili- zone 8 (Asia). Untuk kategori S1, zone 8 diwakili tim Concorde FE-UI. Sedangkan untuk kategori MBA, zone 8 diwakili tim Paradiso MBA-ITB (dulunya MM ITB).
Kesalahan dalam artikel majalah Tempo ini menciptakan persepsi bahwa tim MBA ITB kalah dari tim S1 UI dan hal ini sangat mempengaruhi brand image kami. Bebe-rapa mahasiswa, dosen, masyarakat telah menyampaikan kekecewaan kepada ka-mi karena seolah-olah tim MBA ITB kalah dari S1 UI. Karena itu segenap civitas MBA ITB berharap Tempo memuat kembali -artikel tersebut dengan pemberitaan yang lebih profesional, akurat, proporsional-, dan sesuai dengan fakta yang ada.
Dr Dermawan Wibisono Direktur Program MBA-ITB
—Terima kasih atas koreksinya. Kami mohon maaf atas kesalahan tulisan. Tim Concorde FE-UI memang berlomba di kate-gori S1, Tim MBA ITB tak termasuk.
Selamat buat Tim L’Oreal FE-UI
Saya sangat menggemari halaman ”Pendidikan”. Ketika membaca tulisan di majalah Tempo edisi 24-30 April 2006, dengan judul ”Kado dari Paris”, saya amat tertegun. Sungguh suatu prestasi yang luar biasa- bagi para mahasiswa FE UI yang baru berusia di awal 20 tahun. Selamat. Ini suatu jenis prestasi yang sudah jarang terdengar belakangan ini. Prestasi ini pula mengingatkan saya akan usaha untuk men-dapatkan beasiswa atau apa pun bentuk-nya sekitar 18 tahun lalu, dan saya tidak seberuntung mereka, bisa melanglang buana (dengan gratis), seperti ke Paris.
Kesempatan emas saya dapatkan pada saat saya berusia 37 tahun, saat berdomisi-li di Balikpapan. Saya mengikuti kursus bahasa Prancis. Pada tahun kedua, dengan usaha keras dan wawancara alot berbahasa Prancis, saya berhasil mendapatkan beasiswa homestay dua ming-gu sambil kursus bahasa Prancis di kota Tours, Prancis.
Memang, prestasi saya tidak secanggih ketiga mahasiswa UI itu, tapi cukup berar-ti- dalam mewarnai hidup saya, seorang ibu yang bekerja sebagai dosen honorer ba-hasa Inggris di sebuah akademi kecil di ko-ta minyak. Hal ini menjadi penye-mangat ba-gi mahasiswa saya saat itu untuk giat be-lajar.
Terbukti prestasi bisa diukir kapan pun dan oleh siapa pun, tanpa mengenal batasan usia dan pekerjaan. Bahwa learning never ends mestinya harus terus terpatri di benak setiap manusia Indonesia.
Dwita S.F. Siregar Komperta KlayanCirebon
Koreksi Airbus Indonesia
Sehubungan pemberitaan di majalah Tempo edisi 1-7 Mei berjudul ”Evolusi Sebuah Kursi”, kami sebagai perwakilan humas Airbus di Indonesia perlu menyampaikan sejumlah koreksi dalam tulisan tersebut.
Airbus tidak pernah menawarkan kursi setengah berdiri sebagai pilihan dalam pesawat untuk maskapai Asia seperti di-nyatakan di artikel tersebut. Sebaliknya, Airbus memprioritaskan penawaran kabin yang menarik, luas, dan tenang untuk membantu para penumpang menikmati perjalanan yang nyaman.
Kenyamanan penumpang selalu menjadi pertimbangan utama dalam desain Airbus dan ini menjadi sangat penting pada pesawat jarak jauh dan jarak sangat jauh se-perti seri A330/340 dan seri baru dari dek kembar A380. Di semua famili A330/340, seluruh penumpang kelas bisnis memiliki tempat duduk mereka di dekat jendela ataupun di dekat lorong.
Pada A 340/600, maskapai penerbangan dapat memilih untuk mengelompokkan kelas premium mereka dalam satu area ekslusif dengan jalur naik atau turun independen pesawat serta layanan yang serba lengkap dalam zona kabin yang besar antara pintu satu dan dua.
Demikian koreksi yang kami sampaikan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Crivenica Alam Perwakilan Humas Airbus Indonesian PT Maverick Solusi Komunikasi Jalan Balitung III No. 8, Jakarta
—Terima kasih atas koreksinya. Penjelas-an di artikel tersebut dikutip dari koran New York Times.
Soal Manajerial PT KAI
Majalah Tempo edisi 1-7 Mei 2006 hala-man 39-41 memuat wawancara dengan Dirut PT KAI Rommy Wahyudi. Dalam wawancara tersebut, intisari beragam masalah yang dikemukakan adalah perlunya disiplin di segenap jajaran kereta api. Mulai disiplin tak tidur selama bertugas, meminta penumpang agar membeli karcis, membersihkan kabin penumpang di berbagai kereta segmen atas seperti Argo Muria, sampai disiplin ”hidup hanya dari gaji”.
Masalah disiplin jelas merupakan masalah manajerial. Tugas manajer, termasuk Direktur Utama PT KAI, adalah getting things done seperti perjalanan kereta api yang aman, nyaman, dan tepat waktu. Dari tahun ke tahun, PT KAI selalu tidak berhasil dalam getting things done dalam hal-hal mendasar tersebut. Akibatnya adalah sumber daya manusia PT KAI yang parah.
Salah sekali mengasumsikan solusi ber-bagai masalah PT KAI adalah pelatihan ke-cerdasan dan spiritual. Sama salahnya- ketika PT KAI mengasumsikan segala ma-salahnya adalah soal pemasaran. Inti masalahnya adalah kompetensi manajerial pimpinan PT KAI, mulai dari jajaran direksi, manajemen stasiun, manajemen perlintasan kereta api, sampai manajemen setiap perjalanan kereta dalam memastikan getting things done. Kecerdasan emosi dan spiritual dan keterampilan pemasaran hanyalah bagian dari solusi manajerial.
Manajemen PT KAI harus memotivasi karyawan untuk bekerja dengan baik dan disiplin (fungsi kepemimpinan manajer) dan melakukan langkah koreksi (fungsi pengendalian manajer), termasuk langkah koersif bila terjadi penyimpangan disiplin. Solusi manajerial yang komprehensiflah yang diperlukan PT KAI.
Dr. Hadi Satyagraha Pemerhati Manajemen
Kecewa dengan Dwidaya dan China Southern
Saya pelanggan biro perjalanan Dwidaya Kelapa Gading yang membeli dua tiket China Southern Airlines CZ 387 tujuan Jakarta–Guangzhou, selama 3–11 April 2006. Sebelum berangkat, Santi dari bagian tiket- memberitahukan ada penundaan untuk kepulangan dari Guangzhou. Seharusnya berangkat pukul 16.45 berubah menjadi pukul 19.25, sehingga tiba di Jakarta menjadi lebih malam, yaitu pukul 23.15.
Kemudian ada telepon kedua yang memberitahukan bahwa tiket tak bisa diubah dan sudah fixed schedule. Tak ada perubah-an karena tanggal 15 April ada Guangzhou Fair sehingga penerbangan padat sekali. Tapi tidak ada pemberitahuan bahwa harus konfirmasi ulang sewaktu mau kembali ke Jakarta.
Sewaktu kami hendak boarding pada 11 April untuk penerbangan pukul 19.25, ternyata pesawat dengan nomor penerbang-an CZ 387 sudah berangkat pukul 16.45. Dan sudah tak ada pesawat lagi. Akhirnya kami mendekati supervisor ticketing dan mendapat tempat duduk untuk penerbang-an 12 April pukul 16.45. Malam itu kami menginap di Hotel Jiansheng, yang lokasinya dekat bandara dan tarifnya relatif murah, yaitu 290 yuan.
Setiba di Jakarta, kami datang ke kantor Dwidaya untuk menyelesaikan masalah. Kami menanyakan siapa yang bertanggung jawab atas biaya tambahan itu. Jawab-an yang keluar adalah kesalahan di pihak China Southern. Kami kemudian menulis surat minta penggantian uang tapi tak ada penyelesaian sampai saat ini.
Pada 1 Mei kami menerima surat dari Lily Mustafa (China Southern). Ia meng-akui adanya berita penundaan penerbang-an, tapi jadwal kembali lagi seperti semula. Perubahan terjadi sewaktu saya berada di Cina. Mereka sudah memberitahukan kepada Dwidaya dan telah memblok kursi. Mereka berharap pemberitahuan disampaikan kepada pelanggan, tapi pemberitahuan itu tidak diteruskan kepada kami.
Kami kecewa karena pihak Dwidaya dan China Southern Airlines tak mau menyelesaikan biaya tersebut. Jadi hati-hati membeli tiket di Dwidaya, dan kami kapok terbang bersama China Southern Airlines.
Djony Widjaja MBA Jalan Janur Elok X Blok QH 11 Kelapa Gading, Jakarta Utara
Penjelasan Asuransi AXA
Sehubungan surat Bapak Hari Anggoro Dwianto bertajuk ”Kecewa Asuransi Axa Smart Care” yang dimuat di majalah Tempo edisi 8-14 Mei 2006, bersama ini disampaikan bahwa kami telah menghubungi yang bersangkutan dan memberikan penjelasan atas permasalahan yang diajukan. Demikian disampaikan. Terima kasih.
Ulian T. Malik Direktur PT AXA Life Indonesia Jalan Gatot Subroto 38, Jakarta
Lubang di Jalan Tol Jagorawi
Kepada PT Jasa Marga selaku pengelola jalan tol saya ingin melaporkan bahwa di ruas tol Cawang-Taman Mini ada lubang yang cukup besar dan dalam sehingga membahayakan mobil yang melaluinya.
Saya adalah salah satu korbannya. Saat itu dengan kecepatan tinggi mobil saya ter-antuk lubang itu. Benturan keras menyebabkan mobil saya oleng dan hampir menyeng-gol mobil lain.
Tolong segera diperbaiki. Sebelum korban yang lebih fatal berjatuhan.
D. Rina Mulyadi Cipayung, Jakarta Timur
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo