Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PEREBUTAN wilayah Palestina tidak hanya terjadi melalui perang dan keputusan politik, tapi juga dalam kamus. Dalam sejumlah kamus, perang ideologi atas wilayah Palestina tidak kalah hebatnya. Ini termasuk perebutan Yerusalem, yang diklaim sepihak oleh Israel sebagai ibu kotanya dan diakui oleh beberapa negara pendukungnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Palestina, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia V daring, didefinisikan sebagai “negara yang terletak di Timur Tengah dan beribu kota Yerusalem”. Jelas di sana dinyatakan bahwa Palestina merupakan negara, bukan teritori atau wilayah. KBBI bahkan menegaskan Yerusalem sebagai lema berdefinisi “ibu kota Negara Palestina”. Sementara itu, Israel didefinisikan sebagai “kerajaan kuno di Palestina yang didiami bangsa Yahudi” dan “bangsa Yahudi”. Dari dua definisi Israel itu, tidak ada satu pun yang merujuk pada teritori, wilayah, apalagi negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berbeda dengan KBBI, Oxford English Dictionary (OED) daring memberikan definisi untuk lema Palestine sebagai “benda atau orang yang berkarakteristik atau berasal dari Palestina”. Definisi di sini tidak merujuk pada entitas wilayah tertentu. Namun pada lema Israel, yang berdefinisi “An independent Jewish State established in 1948 in the country formerly called Palestine”, dengan terang Palestina disebut negara (country), alih-alih wilayah (region atau territory).
Merriam-Webster Dictionary daring terbitan Amerika Serikat menyebut Palestine sebagai “region in southwestern Asia bordering on the eastern Mediterranean population 3,764,000” dengan keterangan tambahan bahwa luas Palestina berubah-ubah dalam sejarah dan sekarang diperkirakan mencakup Israel, Tepi Barat, dan Jalur Gaza. Definisi ini meletakkan Palestina sebagai entitas wilayah (geografi).
Macquarie Dictionary daring terbitan Macmillan, Australia, hanya memberi definisi Palestine sebagai “negara kuno di Asia barat daya, pantai timur Mediterania”. Namun definisi lema ini berisi beberapa informasi penting, termasuk Palestina sebagai “area terbatas otonom sejak 1994”. Kamus itu juga melengkapinya dengan lema Palestinian Autonomous Areas dan Palestinian Administered Territories yang terkait dengan wilayah politik.
Kamus seharusnya menjelaskan dirinya sendiri, yang dalam leksikografi dikenal dengan prinsip kekomprehensifan (comprehensiveness). Semua bentuk kata yang digunakan dalam kamus wajib memiliki definisinya sendiri. Dengan demikian, pengguna kamus tak memerlukan rujukan lain saat berkonsultasi dengan kamus tersebut.
Ketiadaan informasi mengenai entitas wilayah Palestina pada kamus sebesar OED itu mencederai prinsip kekomprehensifan dan bukan tidak disengaja. Itu tidak terlepas dari peran besar Inggris atas berdirinya negara Israel. Lema Balfour Declaration dalam Oxford Learner’s Dictionary daring, lini kamus OED, yang berdefinisi “penegasan dukungan pemerintah Inggris untuk pendirian rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina” menegaskan hal tersebut.
Perbedaan pendefinisian kata Palestina oleh KBBI dan OED itu berhubungan dengan ideologi. Pemerintah Indonesia mengakui hak Palestina untuk merdeka dan tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel. Tidak mengherankan kalau KBBI sejalan dengan kebijakan politik pemerintah dalam pendefinisian Palestina dan Israel. Demikian juga OED, yang selaras dengan kebijakan politik pemerintahnya.
Karya rujukan seperti kamus merupakan wacana yang tidak lekang dari pengaruh ideologi, politik, dan budaya. Sekurang-kurangnya ada lima jenis ideologi yang membungkus sebuah kamus, yakni ideologi dalam konteks tuturan, budaya, kebijakan atau politik nasional, penerbit, dan ideologi si pekamus. Ideologi itu tertanam dalam semua aspek, dari penentuan jenis kamus dan lema, pemilihan kata-kata pendefinisi, hingga pemberian label asal bahasa.
Meskipun demikian, kamus seharusnya menjalankan misinya sebagai pemuas dahaga pencari informasi. Apa pun ideologi yang membungkusnya, atas nama kepuasan pelanggan, kamus selayaknya tidak mengamputasi informasi dan tetap menjadi karya rujukan yang kaya, informatif, dan elegan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Konflik Palestina dalam Kamus"