MENURUT berita TVRI (13 Mei) Presiden Amerika Serikat George Bush akan menghadiri KTT Bumi yang diadakan di Rio de Janeiro bulan Juni nanti. Kehadiran Bush diikuti catatan bahwa emisi karbon tidak akan dibicarakan dalam KTT tersebut. Berita ini mengejutkan. KTT Bumi diadakan oleh PBB berdasarkan mandat yang diberikan oleh Sidang Umum PBB. Faktor utama yang mendorong diadakannya KTT ini ialah kekhawatiran akan terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim serta kepunahan masal jenis makhluk hidup atau keanekaan hayati. Karena itu dua hasil penting yang diharapkan akan dicapai di Rio ialah Konvensi tentang Perubahan Iklim dan Konvensi tentang Keanekaan Hayati. Jika pemanasan global dan perubahan iklim terjadi, dampaknya akan sangat besar terhadap kesejahteraan manusia di seluruh penjuru dunia. Misalnya, gudang gandum di Amerika Serikat akan kekurangan air karena perubahan curah hujan frekuensi dan intensitas badai akan meningkat pantai yang rendah akan mengalami penggenangan karena naiknya permukaan laut. Indonesia tidak akan luput dari dampak tersebut. Penyebab kekhawatiran terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim ialah naiknya kadar gas rumah kaca di dalam atmosfer. Gas rumah kaca ialah gas yang menyerap gelombang panas yang dipancarkan oleh bumi yang tersinari oleh matahari. Karena penyerapan itu gelombang panas tidak dapat lepas ke ruang angkasa sehingga naiklah suhu lapisan bawah atmosfer bumi. Gas rumah kaca yang penting ialah CO2, kloroflurokarbon (CFC), ozon, metan, dan N2O. Sumbangan pada terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim ialah CO2 55%, CFC 17%, metan 15%, dan N20 6%. Dengan demikian gas rumah kaca terpenting ialah CO2. CFC tidak akan diperbincangkan dalam KTT Bumi karena penggunaan mereka telah diatur dalam Konvensi Wina dan Protokol Montreal. Menurut pemantauan, kadar CO2 telah naik dari 280 ppmv sebelum era industri (1750-1800) menjadi 353 ppmv dalam tahun 1990. Laju kenaikan kadar ialah 1,8 ppmv (0,5%) per tahun. Tahun 1987 emisi total CO2 sedunia diperkirakan 8,5 GT (milyar ton). Dari jumlah ini 5,7 GT berasal dari industri semen dan pembakaran bahan bakar fosil serta 2,8 GT dari penebangan hutan dan perubahan tata guna lahan. Dengan demikian 67% atau dua pertiga dari emisi total sedunia berasal dari industri semen dan pembakaran bahan bakar fosil serta 33% atau sepertiga dari emisi total sedunia berasal dari penebangan hutan dan perubahan tata guna lahan. Angka ini menunjukkan sumbangan pada pemanasan global dan perubahan iklim sebagian besar berasal dari industri semen dan pembakaran bahan bakar fosil. Karena itu prioritas penanganan masalah pemanasan global dan perubahan iklim haruslah diletakkan pada emisi CO2 dari industri semen dan pembakaran bahan bakar fosil. Tidaklah logis untuk tidak membicarakan emisi CO2 dari industri semen dan pembakaran bahan bakar fosil dalam KTT Bumi. Emisi dari industri semen dan pembakaran bahan bakar fosil ialah 2,3 GT dari negara maju, 1,4 GT dari Eropa Timur dan bekas Uni Sovyet, serta 1,9 GT dari negara sedang berkembang. Kalau dinyatakan dalam persen, sumbangan itu berturut-turut 40%, 25%, dan 35%. Sumbangan Amerika Serikat pada emisi CO2 dari industri semen dan pembakaran bahan bakar fosil ialah 1,2 GT atau 21%. Jadi sumbangan Amerika Serikat adalah seperlima dari emisi tersebut. Tapi dalam rapat persiapan KTT Bumi, yang diadakan di New York dalam bulan Maret/April lalu, Amerika Serikat dengan gigih menolak untuk menentukan sasaran pengurangan emisi CO2. Sikap ini tampaknya akan dibawa ke Brasil. Sementara itu negara sedang berkembang ditekan terus untuk membatasi diri dalam pemanfaatan sumber daya hutannya. Kita tidak menolak untuk berusaha memperbaiki pengelolaan hutan kita agar dapat tercapai pembangunan kehutanan yang berkesinambungan. Seandainya emisi CO2 dari penebangan hutan dan perubahan tata guna lahan dapat dihentikan tapi emisi dari industri semen dan pembakaran bahan bakar fosil tidak dikurangi, toh tidak banyak gunanya untuk menangkal pemanasan global dan perubahan iklim. Amerika Serikat juga harus mau berusaha mengurangi emisi CO2-nya. Jika Amerika Serikat menolaknya, sedangkan sumbangannya pada emisi CO2 begitu besar, masih akan adakah gunanya KTT Bumi untuk menangkal pemanasan global dan perubahan iklim itu? Inikah biaya yang dituntut Bush untuk kesediaan kehadirannya dalam KTT itu? Memang dalam setiap diplomasi selalu diusahakan adanya kompromi. Namun, jika kompromi itu diketahui akan membuat tujuan untuk menyelamatkan Bumi tidak lagi dapat tercapai dan hanya merugikan kita saja, dapatkah kompromi itu kita terima? Kiranya biaya kehadiran Bush di KTT Bumi terlalu mahal. Tuntutan itu, jika diterima, hanya akan membuat KTT Bumi sebuah panggung sandiwara belaka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini