Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Datuk Sri Mahathir Yang Perkasa

Tadinya Datuk Mahathir mengkritik cara memegang kekuasaan yang dilakukan oleh partai berkuasa di Malaysia, UMNO. Tulisannya bergema luas, mencerminkan keperkasaan pikirannya. kini ia PM di negerinya.

19 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WAKTU ia dipecat dari partai pemerintah Malaysia, UMNO (United Malays National Organisation) pada tahun 1969, Datuk Sri Mahathir tidak berang. Ia sadar, pertikaiannya dengan pemimpin yang lain menyangkut masalah prinsip dalam penyelenggaraan negara. Tidak ada sesuatu yang pribadi sifatnya apalagi soal perebutan kedudukan. Dr. Mahathir tetaphormat pada Teuku Abdul Rachman, si Bapak Merdeka. Walaupun terhadap perkembangan kekuasaan dan cara pemerintah menangani masalah politik saat itu, ia mempunyai perbedaan paham. Sebaliknya, tampaknya orangorang tua dalam partai itu tidak sabar melayani pikiran segar dari cendekiawan muda dan kader partai tersebut. Mahathir pun dicampakkan. Sebagai pejuang, aib bagi Datuk mempersoalkan jabatan dalam pemerintahan. Ia lebih prihatin pada masa depan dan keberadaan bangsa Malaysia yang merdeka, di atas landasan kedaulatan politik dan ekonomi Melayu yang kokoh dan pemerintahan yang bersih. Maka dari itu Sri Mahathir tidak lantas berdiam diri, atau mencoba berbaik-baik dan menyesuaikan diri, sikap dan pendapatnya dengan teman-teman seperjuangan yang sedang berkuasa. Ia pikir pokok-pokok perbedaan pendapat dan esensi dissent yang menyebabkan ia didepak ke luar, perlu diketahui rakyat banyak. Itu tidak cukup dengan satu dua alinea pernyataan. * * * Kesempatan ia berada di luar pemerintahan dan di luar partai merupakan waktu terbaik bagi pejuang pekasa ini untuk mengambil jarak, guna dapat secara jernih melancarkan kritiknya. Konsepsi perjuangannya dikibarkan lewat tulisan. Dengan cekatan dan lantang ia membentangkan pendirian politiknya pada sebuah manifesto: The Malay Dilemma. Otokritik yang jujur, juga bernada emosional. Namun Datuk Sri Mahathir tidak menyesali tulisannya itu. Juga tiada maaf perlu dipintakan dari siapa pun yang terkena pisau analisanya. Karena ia hanya mengatakan sejujur-jujurnya apa yang ia rasakan, apa yang ia yakini dan apa yang ia tetapkan sebagai agenda politiknya. Buku itu serta merta dilarang beredar, sudah barang tentu. Tetapi larangan itu hanyalah membuktikan kebenaran salah satu premis Datuk Mahathir. Bahwa kekuasaan itu korup, dan telah mengkorup pula alam pikir teman-temannya yang berkuasa. Sehingga kebebasan berpikir dan berpendapat dari seorang nasionalis Melayu tulen seperti dia tokh harus dilarang. Karena dilarang beredar, buku yang sebenarnya lebih merupakan renungan kader bangsa yang pintar dan patriotik itu, meningkat martabatnya. Seratus delapan puluh delapan halaman retorika politik dari seorang dokter medis itu lalu menjadi buku wajib bagi anak muda Malaysia yang sadar akan tanggungjawab mereka terhadap masa depan bangsa. Datuk Sri Mahathir mulai kegetiran-kegetirannya saat mekanisme dalam partai UMNO tidak berjalan sebagaimana mestinya. Koalisi politik yang dirancang untuk mendukung pemerintahan yang stabil itu, lama kelamaan kehilangan wajah demokratisnya. Yang tersisa ialah UMNO sebagai alat kekuasaan belaka. Suara anggota partai atau wakil-wakil mereka diabaikan. Anggaran Dasar partai diturunkan derajatnya menjadi sekedar pasal-pasal mati yang tidak pernah dipedulikan dalam praktek pengambilan keputusan. Mekanisme pengambilan keputusan di dalam UMNO menurut Datuk Mahathir saat itu, makin lama makin tidak lagi memperhatikan Anggaran Dasar partai. Landasan tegaknya UMNO karenanya menjadi keropos. Untuk tetap hidup, partai yang jubahnya besar itu harus ditunjang dengan pengerahan anggota dan pendukung lewat pantronage mengobral diri jadi sponsor ini itu, yang tidak relevan dengan garis partai, tetapi sekedar menghimpun pengikut. Pada beberapa hal upaya itu malah dilakukan dengan paksaan terselubung, dengan menyalah-gunakan kewenangan pemerintahan, yang kebetulan saat itu dipegang oleh teman-temannya dari UMNO. Datuk Sri Mahathir mengharamkan sikap pemerintahan yang tidak adil dan deskriminatif, hanya karena ingin menghimpun dukungan. Karena dukungan yang diperoleh dengan cara ini semu sifatnya. Dukungan model demikian tidak dapat mengganti dukungan murni yang tumbuh dari kesepakatan yang tulus, persamaan ide dan kesatuan tujuan. Dukungan yang spontan lahir karena persesuaian pendirian, bukan karena bujukan, paksaan atau pembelian. Dengan anggota yang dihimpun dengan cara demikian, pimpinan UMNO tidak lagi bertanggungjawab terhadap anggota atau pendukungnya. Pemimpin-pemimpin partai pemerintah itu, menurut analisa Dr. Mahathir, lalu hanya bertanggungjawab pada dan untuk diri sendiri. Yaitu pertanggungjawaban tentang cara bagaimana muslihat memerintah dan berpolitik dapat dilakukan dengan selubung konstitusional dan sah menurut hukum. Malah mereka punya pretensi untuk bisa membentuk dan meramu pendapat rakyat menurut selera sponsor. Bila benar sinyalemen Dr.Mahathirini, alangkah fasisnya ideologi tersebut. Karena sindrom itu dicerminkan dalam praktek menghimpun kekuatan, tak pelak UMNO berkekuatan melampaui kebutuhan kewajaran untuk menegakkan dukungan sebuah pemerintahan. Tentu dengan segala konsekuensinya. *** The Malay Dilemrna ditulis tahun 1970. Gemanya luas. Sehingga elite politik Malaysia terpaksa harus mengakomodasikan Datuk SriMahathir,dan menerimanya kembali dalam UMNO tahun 1972. Tahun 1974 ikut didudukkan dalam kabinet dan kini ia Perdana Menteri yang perkasa dari Negeri Malaysia yang amat ia cintai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus