Setelah mengikuti komentar-komentar Saudara Imam Soetrisno (TEMPO, 22 Agustus), Saudara Soedarno Esthu (TEMPO, 29 Agustus), dan Saudara Ki Mahmud Jaya Kusumonegoro (TEMPO, 5 September) tentang masalah tuyul, saya tertarik memberikan komentar pula. Jin, setan, tuyul, dan segala macam yang gaib, tidak dapat dilihat oleh mata manusia biasa seperti kita, kecuali para nabi dan orang suci. Seandainya kita diberi rahmat oleh Allah Yang Maha Esa dapat melihat makhluk itu, hanyalah untuk diri sendiri Apabila kita memberitahukan atau menceritakan pengalaman atau penglihatan kita itu kepada seseorang akan dirasakan sebagai dongeng atau cerita 1.001 malam saja. Sebab, masalahnya mengenai barang gaib, yang bdak dapat dibuktikan. Saudara Ki Mahmud Jaya memastikan dapat melihat tuyul dan mempublikasikan pengalamannya di TEMPO, seolah-olah meminta orang lain supaya mempercayai ceritanya. Dan, yang lebih hebat, menurut dia, tuyul dapat disuruh atau diperintah mengambil uang. Membaca ceritanya itu saya menjadi melamun atau berkhayal, seandainya saya mempunyai tuyul, saya akan memerintahkan kepada makhluk itu agar mencuri atau mengambil uang di Bank Indonesia sebanyak US$ 1 juta. Coba bayangkan bagaimana jadinya? Apa selama ini tak pernah ada tuyul yang bisa diperintah untuk mengambil uang sejumlah itu? Apa Bank Indonesia dijaga oleh Raja Tuyul ? Lalu, mengenai ilmu hitam dan ilmu putih atau istilah kerennya black magic dan white magic. Kedua ilmu tersebut dapat dipelajari. Tetapi bila kita mempelajari black magic hasilnya kurang bermanfaat bagi istri, anak, keluarga, dan masyarakat. Sedangkan bila kita mempelajari white magic bermanfaat, karena yang dimaksudkan white magic adalah antara lain ilmu kedokteran supaya menjadi dokter atau ilmu teknik agar menjadi insinyur atau ilmu lainnya yang nyata. Akhirnya, saya minta kepada TEMPO, agar tidak memuat lagi sampai kapan pun mengenai pertuyulan atau barang gaib lainnya. Dan, polemiknya dihentikan sampai di sini saja. IRWAN LUBIS Kebon Kosong Bunderan 1 Kemayoran, Jakarta Pusat Lho -- Red.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini