Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PENYEBARAN Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 selalu meledak ketika dua persoalan bertemu. Pertama, pemerintah yang tak pernah konsisten membangun mekanisme penanganan wabah. Kedua, masyarakat yang terus abai terhadap bahaya pagebluk. Dua hal itu pula yang terjadi pada ledakan baru setelah masa libur Lebaran 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Data kasus harian positif Covid-19 di Indonesia menunjukkan penyebaran virus yang terus menanjak sebulan terakhir. Per Jumat, 11 Juni lalu, jumlahnya mencapai 8.083 orang per hari, naik hampir empat kali lipat dibanding pada 15 Mei lalu. Lonjakannya lebih tajam di sejumlah daerah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebulan lalu, dalam pekan perayaan Idul Fitri, kasus baru positif Covid-19 di DKI Jakarta cenderung menurun hingga di kisaran kurang dari 200 kasus per hari. Sejak saat itu angkanya kembali menanjak hingga menembus 2.000-an orang pada akhir pekan lalu. Ledakan kasus serupa melanda Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, tiga daerah penyumbang pasien Covid terbanyak setelah Ibu Kota.
Ledakan kasus Covid-19 kali ini bukan yang pertama. Penyebaran virus meningkat seusai masa liburan juga terjadi pada Januari lalu. Ketika itu, seusai masa libur panjang peringatan Natal 2020 dan perayaan tahun baru 2021, jumlah pasien terkena corona menggelembung, saban hari bertambah hingga belasan ribu orang. Lonjakan dengan tingkatan yang sama bisa saja akan kita temui dalam beberapa waktu ke depan lantaran dampak penyebaran virus di masa mudik Lebaran kali ini belum dapat dipastikan kapan mencapai puncaknya.
Yang sudah jelas terlihat adalah dampaknya. Perangkat layanan kesehatan di sejumlah daerah mulai kewalahan menangani pasien Covid-19. Sebanyak 190 unit dari total 200 ranjang isolasi khusus Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Loekmono Hadi, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, telah terisi. Pada saat yang sama, 129 tenaga paramedis RSUD Dr Loekmono Hadi juga tertular. Antrean pasien pun mengular hingga di ruang unit gawat darurat. Masalah serupa sedang melanda Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, hingga Kota Batam, Kepulauan Riau.
Kegentingan yang berulang akibat ledakan penularan virus corona menunjukkan masih ada permasalahan yang tak kunjung membaik dalam penanganan Covid-19 di Indonesia. Di tengah pandemi belum bisa dipastikan kapan akan berakhir, pemerintah justru tak konsisten dalam menangani wabah. Sementara itu, masyarakat diam-diam menikmati inkonsistensi pemerintah dengan tak lagi berdisiplin mencegah penyebaran wabah.
Pelonggaran pembatasan kegiatan di tempat wisata pada awal Mei lalu, misalnya, jelas kontraproduktif dengan upaya mencegah penyebaran virus lewat larangan mudik Lebaran. Belakangan, sejumlah pemerintah daerah memang akhirnya menutup destinasi pariwisata di wilayahnya. Namun semua tampak terlambat mencegah munculnya kluster baru penularan virus corona. Komplikasi terjadi ketika tempat-tempat pelesiran tetap dipenuhi pelancong dan perangkat pelaksana larangan mudik tak berhasil membendung jutaan orang yang nekat pulang ke kampung halamannya.
Pemerintah kini bersiap memperpanjang masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) skala mikro, kebijakan yang selama ini jelas setengah hati mencegah penyebaran virus lantaran bersifat teritorial, tak menjangkau semua daerah. Dalam rencana barunya, pemerintah akan memperluas wilayah penerapan PPKM ke semua provinsi di Indonesia, dari semula hanya 30 provinsi. Di tengah besarnya keraguan bahwa beragam kebijakan pemerintah ini bakal terlaksana secara efektif, masyarakat sebaiknya meningkatkan kedisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan. Tanpa kita, upaya mencegah ledakan-ledakan baru kasus Covid-19 bakal sia-sia.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo