Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Jangan Lagi Tunda Kilang

Tak mungkin mewujudkan kemandirian energi tanpa ketersediaan kilang pengolah bahan bakar minyak. Pembangunan kilang yang terus tertunda hanya menguntungkan mafia impor.

15 Januari 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Jangan Lagi Tunda Kilang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pertamina sedang menggeber membangun kilang di Balikpapan.

  • Tanpa kilang, kemandirian energi hanya jargon belaka.

  • Janji lama yang baru terwujud. Dari mana dananya?

TAK perlu jauh-jauh mencari bukti perkasanya mafia impor minyak di negeri ini. Tengok saja kapasitas kilang minyak nasional kita. Selama nyaris 30 tahun, kapasitas pabrik pengolah bahan bakar minyak di dalam negeri tak pernah beranjak. Kemampuan kilang kita memenuhi kebutuhan bahan bakar domestik hanya sekitar 729 ribu barel per hari. Anehnya, pada saat yang sama, seolah-olah tak ada urgensi untuk menambal kekurangannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sampai akhir tahun lalu saja kebutuhan BBM kita setiap hari sudah mencapai 1,1 juta barel. Kekurangan sekitar 300 ribu barel per hari itulah yang disuplai melalui impor. Bayangkan, kalau satu importir mengambil profit dari selisih harga US$ 1 saja setiap barel per hari, berapa ratus miliar rupiah keuntungan yang bisa masuk ke kantong mereka? Belum lagi dari bisnis ikutan impor, seperti sewa kapal tanker atau tongkang. Banyak orang menduga cuan dari bisnis impor minyak ini yang jadi pelumas untuk banyak kegiatan politik di Tanah Air.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Karena itu, omong kosong bicara kemandirian energi nasional tanpa menyinggung ketersediaan kilang pengolah BBM yang memadai. Tiga tahun lalu, Kementerian Badan Usaha Milik Negara dan Pertamina memang sudah mengumumkan rencana peningkatan kapasitas kilang nasional yang dinamakan refinery development master plan (RDMP). Dengan biaya Rp 246,2 triliun, pemerintah berencana merevitalisasi lima kilang yang dikelola Pertamina: Balikpapan (Kalimantan Timur), Cilacap (Jawa Tengah), Balongan (Jawa Barat), Dumai (Riau), dan Plaju (Sumatera Selatan). Sayangnya, konstruksi yang seharusnya dimulai pada 2018 dan rampung tahun lalu meleset dari jadwal. Ada saja hambatannya.

Itulah kenapa pengumuman Pertamina pada akhir pekan lalu tentang perkembangan fase pertama proyek ekspansi kilang Balikpapan menjadi penting. Baru selesai 46 persen, diperkirakan proyek yang akan menambah kapasitas kilang sebesar 100 ribu barel per hari ini rampung pada 2023. Ditambah peningkatan kapasitas di empat kilang lain, Pertamina berharap proyek RDMP ini bisa mendongkrak kapasitas kilang kita sebesar total 400 ribu barel per hari.

Kebutuhan BBM Indonesia sendiri diprediksi naik secara konsisten menjadi 1,25 juta barel per hari pada tahun ini dan 1,5 juta barel per hari pada 2030. Peningkatan kebutuhan energi ini bakal terjadi seiring dengan makin majunya ekonomi kita. Jika revitalisasi kelima kilang ini gagal, sampai kapan pun Indonesia tak pernah mandiri di bidang energi. Mafia impor BBM akan makin merajalela.

Tentu saja revitalisasi lima kilang tak akan cukup untuk menutup kebutuhan domestik Indonesia. Tetap dibutuhkan pembangunan kilang minyak baru (grass root refinery) untuk meningkatkan kapasitas kita secara signifikan. Untuk itu, Pertamina sudah menggandeng Rosneft, perusahaan minyak asal Rusia. Mereka tengah bersiap membangun kilang baru di Tuban, Jawa Timur. Gangguan untuk proyek itu juga tak sedikit.

Memang sudah lewat enam tahun sejak pemerintah membubarkan Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) di Singapura. Dulu anak perusahaan Pertamina di bidang perdagangan (trading) ini kerap dituding sebagai sarang mafia importir minyak. Sekarang kita tahu pembubaran Petral tak serta-merta memperbaiki situasi. Mafia impor masih perkasa. Satu-satunya cara efektif membatasi manuver para importir adalah menambah kapasitas kilang kita untuk mengolah dan menyimpan BBM sendiri.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus