Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Eropa Tersandung

Gangguan yang dialami mekanisme nilai tukar eropa adalah kebijaksanaan ekonomi yang tak konsisten dari negara anggota. selain itu suku bunga d-mark tinggi.

3 Oktober 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UNTUK kesekian kali Mekanisme Nilai Tukar Eropa (MNTE) mengalami gangguan hebat. D-Mark mengalami apresiasi kuat terhadap lira, poundsterling, dan frank sedemikian kuat sehingga melewati kerangkeng atau batas fluktuasi yang disetujui. MNTE terpaksa disunat dengan keluarnya lira dan poundsterling. Oase stabilitas moneter Eropa yang dirancang sebagai transisi ke kebijaksanaan moneter tunggal terbukti rawan terhadap perbedaan kebijaksanaan. Padahal, kebijaksanaan moneter tunggal tersebut pada gilirannya adalah ibarat mesin integrasi yang akan mendorong integrasi bidang-bidang lain. Pemerintah-pemerintah Eropa berbeda pendapat tentang asal-usul krisis dalam dua minggu terakhir. Umumnya yang dituding adalah Jerman dengan Bundesbank-nya, yang dengan gigih berusaha memelihara stabilitas nilai D-Mark, biarpun dengan begitu negara lain terkena getah. Ketika uang beredar Jerman mengalami ekspansi melebihi target karena disulut oleh pendanaan pembangunan Jerman Timur, Bundesbank berusaha mengerem ekspansi lebih lanjut dengan menaikkan tingkat bunga. Impor modal pun naik kuat dan D-Mark mengalami apsresiasi. Tetapi Jerman, yang dituding, tidak tinggal diam. Yang dilihat sebagai biang keladi adalah kebijaksanaan ekonomi yang tidak konsisten di negara-negara lain peserta MNTE. Defisit anggaran Italia naik tidak terkendali. Pemerintah Inggris tidak sabar menanti kebangkitan seraya melonggarkan kebijaksanaan moneter. Di tempat lain, Amerika Serikat yang haus pertumbuhan yang lebih kuat juga melonggarkan kebijaksanaan moneternya. Di samping itu, berbagai ketidakpastian turut memperburuk situasi. Kegagalan referendum tentang Perjanjian Maastricht di Denmark membayangi Prancis, yang belakangan memang terbukti hanya mendapat "ya tipis" dalam referendum tentang hal yang sama. Di Amerika serikat, keputusan kebijaksanaan penting cenderung dihindari karena kampanye pemilihan presiden. Jepang, yang menghadapi "ekonomi balon" yang sedang menggembos, turut menjadi sumber ketidakpastian, apalagi dengan pertumbuhan yang melemah walaupun sudah dirangsang dengan pembesaran pengeluaran negara. Dengan antisipasi bahwa bank-bank sentral akan melakukan intervensi, spekulan devisa dengan kebebasannya yang luar biasa melihat keuntungan potensial yang besar. Kejadian dalam dua minggu terakhir bukan peristiwa nilai tukar belaka. Yang kini dipertanyakan tidak kurang dari masa depan Perjanjian Maastricht yang berintikan kebijaksanaan ekonomi tunggal, termasuk moneter, kewargaan Eropa, politik luar negeri tunggal, dan politik pertahanan tunggal. Di satu pihak Eropa sudah mempertanyakan keberadaan negara bangsa, tetapi tampaknya belum demikian jauh hingga kebijaksanaan nasional dapat diganti dengan kebijaksanaan Eropa. Dengan kegagalan referendum di Denmark, keberhasilan yang sangat tipis di Prancis, dan ketidakpastian ratifikasi di Inggris, Eropa kiranya harus mencari kompromi kalau menghendaki komunitas yang lebih dari Eropa Tengah. Beralasan juga untuk meragukan apakah Uni Eropa sudah siap menerima anggota-anggota baru yang sudah antre dengan keprihatinan yang berbeda-beda pula. Persaingan antara negara bangsa dan regionalisme terbukti belum merupakan pertandingan yang sudah selesai. Krisis dua minggu terakhir memaksa kita juga untuk berpikir keras tentang regionalisme di tengah kekuatan-kekuatan globalisasi yang dahsyat. Sejak semula sistem moneter Eropa adalah kejanggalan sebagai oase sistem nilai tukar tetap dalam sistem nilai tukar fleksibel yang dianut kebanyakan negara sesudah keruntuhan sistem Bretton Woods. Berulang kali sudah terbukti bahwa MNTE tidak cukup tangguh meredam gejolak nilai tukar. Di lain pihak, sistem nilai tukar fleksibel juga sudah terbukti tidak ampuh mendorong penyesuaian jika terjadi ketimpangan dalam neraca pembayaran. Tidak ada pemerintah yang tega melihat uang negerinya mengalami devaluasi terus-menerus. Pertemuan Plaza Hotel 1985 dengan keputusan realignment hanya satu di antara intervensi pemerintah dalam sistem nilai tukar mengambang. Pengaitan nilai uang dengan keranjang komoditas seperti disinggung oleh Presiden Bush di depan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral sedunia adalah cermin nyata dari ketidakenakan pengamanan dengan sistem nilai tukar mengambang. Dengan kata lain, pilihan antara sistem nilai tukar tetap dan mengambang masih tetap relevan. Menyadari ketidaktegaan pemerintah membiarkan nilai uangnya turun terus terhadap uang asing, pedagang devisa mendapat kesempatan emas. Dapat saja mereka memicu perubahan dengan membeli atau menjual dalam jumlah besar seraya mendapat laba empuk. Janggalnya, spekulan devisa diberi kebebasan yang luar biasa dibanding misalnya perbankan yang kini dipagari dengan prinsip dan atur- an kehati-hatian. Tampaknya saatnya sudah tiba untuk menarik analogi dari perbankan dalam kaitan dengan perdagangan devisa seperti margin trading yang pernah menggemparkan Indonesia. Pemulihan dari krisis dua minggu ini sudah terjadi berangsur-angsur. Tetapi sejauh mana pemecahan yang lebih langgeng akan ada, sangat tergantung kebijaksanaan bunga Bundesbank Jerman. Selama bunga D-Mark masih setinggi seperti sekarang atau turun hanya sangat sedikit, selama itu tekanan apresiasi D-Mark akan hidup. Perubahan-perubahan ini pasti mempunyai dampak global. Walaupun tidak serta-merta, Indonesia pun akan merasakannya melalui jalur utang luar negeri, perdagangan, dan investasi. Itu berarti pekerjaan ekstra bagi pemerintah dan pelaku bisnis untuk melindungi diri melawan fluktuasi nilai tukar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus