Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Pemenuhan Hak Anak dalam Situasi Darurat

Hak anak kerap terabaikan dalam kondisi bencana. Program orang tua asuh dapat menjadi bantuan bagi anak dalam situasi darurat.

10 Desember 2024 | 06.00 WIB

Ilustrasi: Tempo/Kuswoyo
Perbesar
Ilustrasi: Tempo/Kuswoyo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Menurut Konvensi Hak Anak (UNICEF), ada empat pilar utama hak anak: hak hidup, hak perlindungan, hak tumbuh kembang, dan hak partisipasi.

  • Trauma psikologis berpotensi menghambat tumbuh kembang mereka, baik secara mental maupun emosional.

  • Selain respons awal, program sponsor anak mendukung fase pemulihan setelah bencana.

PERNAHKAH Anda membayangkan suara hujan yang biasanya meneduhkan malah mendatangkan hawa panas, ditingkahi gemuruh erupsi gunung, lalu langit mencurahkan hujan debu dan bebatuan? Mimpi buruk itu dialami setidaknya 700 anak di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, yang mengungsi akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki pada 3 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Para anak ini kehilangan rutinitasnya di sekolah dan tempat bermain. Mereka harus tinggal bersama ribuan pengungsi lain. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, per 17 November 2024, mencatat ada 6.378 pengungsi perempuan dan 6.383 pengungsi laki-laki yang tersebar, baik di rumah keluarga maupun di pos-pos pengungsian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Setiap hari, anak-anak yang tinggal di pengungsian menghabiskan waktu dengan bermain. Namun beda cerita ketika malam, menurut beberapa anak pengungsi, untuk ke toilet saja mereka takut karena suasana yang gelap. Hal ini didapati penulis di pengungsian di Kecamatan Titehena, Flores Timur.

Terbatasnya penerangan hanyalah satu contoh dari kondisi keterbatasan lain yang harus dihadapi anak-anak di pengungsian. Mereka juga kehilangan akses atas kebutuhan dasar, dari pendidikan, makanan bergizi, air bersih, tempat bermain yang aman, hingga perlindungan psikososial.

Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan saat bencana. Menurut Konvensi Hak Anak (UNICEF), terdapat empat pilar utama hak anak: hak hidup, hak perlindungan, hak tumbuh kembang, dan hak partisipasi. Sayangnya, dalam banyak bencana, perhatian berbagai pihak lebih sering terfokus pada kebutuhan bertahan hidup, seperti makanan dan tempat tinggal, sehingga kebutuhan perkembangan anak sering terabaikan.

Padahal, ketika hak-hak anak, seperti hak bermain, belajar, dan merasa aman, terabaikan, dampaknya dapat berkepanjangan. Trauma psikologis yang tidak ditangani dengan baik berpotensi menghambat tumbuh kembang mereka, baik secara mental maupun emosional. Situasi ini menggarisbawahi pentingnya tanggapan bencana yang tidak hanya bersifat fisik, tapi juga mempertimbangkan kesejahteraan jangka panjang anak-anak.

Dalam menghadapi bencana Gunung Lewotobi Laki-laki, pemerintah daerah bergerak cepat dengan menerbitkan Keputusan Bupati Nomor BPBD.300.2.2.5/24/BID.KL/XI/2024. Keputusan ini memberikan kewenangan kepada organisasi dan komunitas agar segera menyalurkan bantuan awal.

Berdasarkan data Desk Relawan Respons Erupsi Lewotobi per 21 November 2024, sebanyak 28 lembaga telah terlibat dalam aksi tanggap bencana yang tersebar di 14 sektor. Dari jumlah tersebut, hanya dua lembaga yang berfokus pada perlindungan anak dan mengkaji kebutuhan penyintas khusus anak, salah satunya Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia).

Respons cepat tanggap demi perlindungan anak ini dapat terwujud dari dukungan program sponsor anak. Program ini merupakan model donasi reguler yang dilakukan oleh para donatur atau biasa disebut “orang tua asuh” untuk mendukung perkembangan anak di bidang pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan dasar lain.

Para orang tua asuh yang berasal dari berbagai negara, termasuk Indonesia, secara berkala mendapatkan informasi perihal perkembangan anak dan dampak yang terjadi dalam komunitasnya. Pendekatan program berbasis komunitas ini memastikan anak-anak mendapat dukungan holistik dari pemerintah, sekolah, dan orang tua atau pengasuh dalam memenuhi hak-haknya.

Program semacam ini perlu dirancang agar berjalan secara berkesinambungan untuk jangka panjang. Misalnya program sekolah aman atau pendidikan kebencanaan, untuk memastikan anak-anak mampu mengambil tindakan melindungi diri di daerah rawan gempa. Meskipun konsep program sponsor anak berfokus pada pembiayaan inisiatif jangka panjang untuk memberdayakan komunitas tempat anak-anak berada, program ini juga secara unik memberikan dukungan dalam situasi krisis kebencanaan, bahkan di wilayah yang berbeda.

Program ini memungkinkan organisasi memiliki fleksibilitas untuk mengakses dana cadangan, yang memungkinkan respons cepat dan efisien saat bencana terjadi. Seperti saat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, Plan Indonesia dapat langsung melakukan kaji cepat kebutuhan anak dan remaja setelah erupsi pertama serta mendistribusikan 251 alat permainan edukasi dan paket kebersihan di beberapa posko pengungsian.

Selain respons awal, program sponsor anak mendukung fase pemulihan setelah bencana dengan memastikan bahwa anak-anak dan remaja dapat kembali bersekolah, bermain, dan menjalankan aktivitas rutin mereka secara normal, membantu mereka pulih dari trauma dan membangun kembali kehidupan dengan lebih tangguh. Sebab, program sponsor anak tidak hanya menyasar kebutuhan langsung, tapi juga menciptakan solusi yang berkelanjutan bagi komunitas terkena dampak bencana.

Anggaran dari program sponsor anak juga memainkan peran penting dalam mempercepat dan mempermudah tanggap darurat. Dengan mekanisme pendanaan yang fleksibel, dananya dapat dialokasikan secara cepat untuk memenuhi kebutuhan mendesak anak-anak dan komunitas terkena dampak bencana, seperti menyediakan tempat aman, paket belajar, layanan kesehatan, dan perlindungan psikososial.

Dalam situasi bencana, anggaran ini pun berperan ganda, yaitu tidak hanya secara langsung mendukung perkembangan anak-anak yang disponsori, tapi juga berfungsi sebagai "safety net" karena menawarkan sumber daya yang fleksibel untuk krisis tak terduga seperti bencana alam. Apalagi untuk Indonesia, yang menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana, lebih dari 60 persen penduduknya tinggal di daerah sangat rentan terhadap bencana alam, sehingga keberadaan sistem tanggap darurat yang efektif, cepat, dan inklusif sangat penting.

Orang tua sponsor merupakan katalisator. Peran mereka memastikan bahwa kontribusi reguler mereka melampaui kebutuhan satu orang anak—menciptakan dampak yang luas bagi seluruh masyarakat—termasuk mereka yang terkena dampak bencana di mana pun berada. Dengan mengutamakan keberlanjutan, setiap kontribusi menjadi bagian dari upaya kolektif untuk membangun masa depan yang lebih aman, lebih inklusif, dan menjamin pemenuhan hak anak dalam situasi darurat.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Redaksi menerima tulisan opini dari luar dengan syarat: panjang sekitar 5.000 karakter (termasuk spasi) atau 600 kata dan tidak sedang dikirim ke media lain. Sumber rujukan disebutkan lengkap pada tubuh tulisan. Kirim tulisan ke e-mail: [email protected] disertai dengan foto profil, nomor kontak, dan CV ringkas.

Maria Gracea

Maria Gracea

Sponsorship Communication Manager Plan International Indonesia

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus