Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Kiai-kiai sakti: berdakwah sesuai teladan nabi

Komentar selingan tentang kiai yang lain dari yang lain dalam berdakwah. dalam islam seorang yang berpengetahuan luas di bidang agama dituntut ber- sikap terpuji dan bertanggung jawab.

25 April 1992 | 00.00 WIB

Kiai-kiai sakti: berdakwah sesuai teladan nabi
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Setelah membaca tulisan tentang kiai-kiai dengan kekuatan plusnya (TEMPO, 21 Maret 1992, Selingan), saya merasa terkejut dan beristighfar berulang kali. Dari tulisan itu diungkapkan ada seorang kiai yang lain daripada yang lain dalam berdakwah. Sebenarnya, maksud kiai tersebut berdakwah sangat luhur, sebab ingin mengajak orang-orang yang "belum asyhadu" untuk kembali hidup baik. Ini memang misi yang mulia. Keberaniannya untuk berdakwah di tempat-tempat yang "tidak tersentuh" kiai-kiai lain, sungguh patut diacungi jempol. Tentunya, akan lebih baik bila niat itu dibarengi dengan cara yang baik pula. Tetapi kekaguman saya berganti dengan rasa kecewa, karena dalam melakukan misinya itu, kiai tersebut mengadaptasi tingkah laku orang-orang yang ingin dibimbingnya. Sang kiai tanpa rasa segan ikut menegak bir bersama mereka. Padahal, sudah jelas hal itu dilarang agama. Kok bisa begitu ? Apakah sikap itu tidak membingungkan mereka yang ingin dirangkul menjadi orang baik-baik, karena memberi contoh perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama ? Secara gamblang tugas yang diemban kiai antara lain menampilkan model insan yang paling baik, yaitu Rasulullah SAW, sebagai tokoh sejarah masyarakat Islam. Dari hal ini, seorang kiai yang memiliki ide unsich tanpa diiringi amal yang nyata, tidak akan mendapat tempat di hati umat. Dalam Islam seorang yang memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam di bidang agama, dituntut juga untuk mampu bersikap terpuji dan bertanggung jawab. Karena tanggung jawab seorang kiai atau ulama terhadap masyarakat harus sebanding dengan kadar ilmu yang dimilikinya. Jadi, disadari atau tidak, kiai adalah tokoh masyarakat yang segala tindak tanduknya menjadi panutan masyarakat. Maka, sudah seyogianya berhati-hati menjaga perilaku. Jangan sampai masyarakat ikut meniru perbuatan yang tidak baik dengan alasan tokh kiainya juga berbuat begitu bak pepatah mengatakan, guru kencing bediri, murid kencing berlari. Mudah-mudahan kiai bersangkutan menginsafi apa yang sudah terjadi dan berdakwah sesuai dengan apa yang diteladankan oleh Nabi Muhammad SAW. LULU AL JUFRI Jalan A. Yani No.57 Martapura Kalimantan Selatan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus