Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Indonesia -Belanda: lebih tinggi nilai kedaulatan negara

Keputusan Indonesia menghentikan bantuan Belanda dan membubarkan Iggi adalah suatu usaha mempertahankan harkat dan martabat kedaulatan negara. perlu dipikirkan pembangunan mandiri.

25 April 1992 | 00.00 WIB

Indonesia -Belanda: lebih tinggi nilai kedaulatan negara
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Salut! Itulah kata pertama yang patut diucapkan kepada pemerintah kita atas keputusan memberhentikan bantuan Belanda dan meminta negara itu tak lagi menjadi ketua IGGI. Suatu langkah hebat dalam usaha mempertahankan harkat dan martabat kedaulatan Indonesia telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Kita semua sepakat bahwa harga kedaulatan negara kita lebuh tinggi nilainya dari bantuan ekonomi Belanda yang "hanya" bernilai US$ 91,3 juta. Bahkan jauh lebih tinggi daripada seluruh bantuan IGGI tahun lalu yang berjumlah US$4.755,1 juta. Pada hakikatnya, ia tak dapat dinilai dengan uang. Program kerja sama ekonomi yang memungkinkan suatu negara donornya atau mengintimidasi negara donornya adalah sama dengan penjajahan dalam bentuk baru di masa globalisasi ini. Konsep kerja sma ekonomi antar negara kreditur dengan negara debitur harus diletakkan atas dasar hubungan yang saling menghargai, menguntungkan, dan kesamaan kedudukan sebagai negara yang bebas dan merdeka. Memang, dalam kondisi perekonomiaan Indonesia yang kurang cerah, pemberhentian bantuan Belanda tidak akan berpengaruh dalam bagi APBN 1992/1993. Pemerintah dapat menggunakan dana pengganti yang berasal dari cadangan anggaran pembangunan. Dan pula, dengan dimintanya Belanda untuk tidak lagi memberikan bantuan dan mengetuai IGGI, yang otomatis menyebabkan IGGI bubar tapi tak berarti negara-negara donor lainnya dalam IGGI seperti Jepang, USA, Kanada, Australia, Inggris, Perancis, Jerman, Spanyol, dan negara MEE lainnya akan menyetop bantuan untuk Indonesia sebagai reaksi keputusan pemerintah Indonesia itu. Banyak pakar ekonomi yakin bahwa negara-negara donor lainnya itu tetap akan memberikan bantuannya seperti yang telah dijanjikan walaupun, mungkin, tak sebesar apa yang disepakati. Dari kasus diatas, sudah waktunya pemerintah kita memikirkan langkah alternatif dalam rangka pembangunan yang mandiri, pembangunan yang tidak lagi tergantung bantuan ekonomi bangsa asing. Dana penggantinya bisa diambil dari peningkatan devisa, penerimaan pajak, atau peningkatan tabungan masyarakat. Yang penting, dana pengganti itu tidak menjadi beban baru bagi rakyat. Untuk menghadapi itu semua, langkah-langkah baru dipersiapkan terutama dalam menyongsong era pembangunan duapuluhlima tahun kedua. SUNU WIDI PURWOKO Jalan Bendungan Jago K 449 Jakarta 10650

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus