Masa bakti apoteker: kurang realistis?

Keluarnya peraturan pemerintah tentang peraturan pelaksanaan masa bakti bagi apoteker bukanlah berita luar biasa bagi masyarakat luas. Namun, tidak demikian bagi para apoteker. Setidaknya, masalah ini sempat menjadi perbincangan menarik di kalangan mahasiswa farmasi, khususnya para calon apoteker. Sebenarnya bukan keharusan untuk melaksanakan masa bakti itu yang menjadi masalah, tapi apakah jajaran birokrasi dan infrastruktur dalam Departemen Kesehatan yang berkaitan dengan program itu sudah dipersiapkan dengan baik. Sehingga dapat mengantisipasi persoalan yang muncul kelak. Ini perlu mengingat peraturan serupa yang diberlakukan untuk para dokter dan dokter gigi banyak menemui hambatan dalam pelaksanaannya. Masalah lain adalah ke mana para apoteker itu akan ditempatkan. Sebab, belum ada petunjuk dari pemerintah tentang penempatan itu. Juga soal pendanaan dan fasilitas akan menimbulkan persoalan baru. Itu tentunya akan menambah beban pemerintah. Tentu saja tidak bijaksana mempertentangkan peraturan pemerintah, karena pemerintah punya alasan dan tujuan tertentu dalam membuat suatu peraturan. Namun, tidak ada salahnya bila pihak-pihak yang terkait dalam soal ini mau belajar dari permasalahan yang terjadi pada profesi dokter dan dokter gigi. Hambatan itu tidak hanya sebagai bahan renungan, tapi sebagai masukan untuk membuat peraturan yang terbaik, meskipun tidak sempurna. Nama dan alamat pada Redaksi