Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bahasa

Orang Asing

Rainy M.P. Hutabarat*

16 Maret 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Orang Asing

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tiga puluh delapan tahun setelah penerbitan pertamanya di Prancis, barulah novel L’Etranger karya Albert Camus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dengan judul Orang Aneh. Novel itu diterbitkan Penerbit Nusa Indah (1980) dengan penerjemah Max Arifin. Sejak itu, tampaknya L’Etranger menjadi “rebutan” beberapa penerbit di Tanah Air.

Lima tahun setelah penerbitan Orang Aneh, Penerbit Djambatan menerbitkannya dengan judul Orang Asing dan penerjemahnya Apsanti Djokosujatno. Pada 2005, Penerbit Matahari menerbitkan kembali Orang Aneh terjemahan Max Arifin. Pada 2017, terjemahan Max Arifin itu dicetak lagi oleh Penerbit Narasi bekerja sama dengan Pustaka Promethea. Pada tahun yang sama, Immortal Publishing juga menerbitkannya, dengan judul The Stranger, terjemahan Marina Pakaya. Sebelumnya, pada 2014, Pustaka Obor menerbitkan ulang Orang Asing terbitan Djambatan. Selang setahun, Senja Publishing menerbitkannya dengan judul Orang Aneh, terjemahan Abdurrahman.

Ketika membeli novel lain karya Camus, The Outsider: Sang Pemberontak—diterbitkan Ecosystem Publishing (2017) dengan penerjemah Natalia Trijaji—tanpa memeriksa isinya, saya terkejut karena novel ini terjemahan dari L’Etranger. Artinya, saya membeli dobel L’Etranger dengan judul berbeda. Dalam kurun 39 tahun (1980-2019), L’Etranger telah diterbitkan sembilan penerbit di Indonesia dengan lima penerjemah.

Edisi bahasa Inggris L’Etranger, bertajuk The Stranger (Amerika Serikat: Alfred A. Knopf) dan The Outsider (London: Hamish Hamilton), masing-masing diterjemahkan empat tahun setelah terbit. Dalam bahasa Inggris, stranger berpadanan dengan foreigner, nonnative, outlander, dan outsider (www.merriam-webster.com). Dalam bahasa Indonesia, “asing” berpadanan antara lain dengan “aneh”, “eksentrik”, “ganjil”, “berbeda”, dan “datang dari luar” (Tesamoko edisi II, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi V). Namun “orang aneh” bukanlah “orang asing”. Kamus Besar mengartikan “aneh” dengan “ganjil”, “ajaib”, dan “tidak seperti yang biasa kita lihat, dengar, dan sebagainya”.

Judul The Outsider dengan tambahan Sang Pemberontak membuat saya terkecoh karena mengiranya novel lain karya Camus. Pemberontak adalah edisi bahasa Indonesia dari buku esai karya Camus, The Rebel, yang diterbitkan Penerbit Narasi (2014).

Walau perlu, di sini saya tak menyoal edisi bahasa Indonesia dengan judul bahasa Inggris. Yang saya persoalkan adalah pilihan terjemahan judul L’Etranger.

Tentu yang pertama diharapkan oleh pembaca novel Orang Asing adalah pesan-pesan yang dibacanya sama dengan yang dibaca oleh pembaca edisi sumbernya. Eugene Nida, pakar penerjemahan, mengatakan bahwa tujuan penerjemahan adalah pencapaian kesepadanan efek pesan terhadap pembaca antara teks bahasa sasaran dan teks bahasa sumber. Tentu saja menerjemahkan sebuah novel tak lepas dari latar belakang pemikiran si penulis—dalam hal ini filsafat eksistensialisme Camus. Menerjemahkan memang lebih dari memindahkan (baca: alih) bahasa. Bertolak dari pemikiran ini, mari kita persoalkan judul-judul novel L’Etranger dalam edisi bahasa Indonesianya.

Camus berkisah, Meursault—tokoh utama novelnya—adalah orang asing karena sikap dan pandangan hidupnya kontras dengan masyarakatnya. Ia menitipkan ibunya, yang berusia lanjut, di panti wreda, tidak merawatnya sendiri. Ia tampak tak berduka atas kematian ibunya. Ia pun tak mau melihat wajah almarhumah di peti mati yang ditutup. Ia tak menyesal atas penembakan yang dilakukannya terhadap orang Arab (tanpa nama!). Tak pula ia percaya Tuhan, menolak diajak bertobat, dan ini dipandang sebagai kejahatan. Bagi Meursault, hidup itu absurd dan ia menerima saja hukuman mati atas dirinya meski dengan alasan-alasan yang tak masuk akal.

Meursault sendiri merasa asing dengan dirinya. Judul Orang Asing memperlihatkan sekaligus pandangan masyarakat lingkungannya terhadap Meursault dan keterasingannya terhadap dirinya sendiri. Keterasingan merupakan satu persoalan filsafat eksistensialisme yang digambarkan Camus melalui kehidupan Meursault.

Karena itu, judul Orang Aneh lebih menunjuk pada keeksentrikan atau keganjilan Meursault, bukan keterasingan dirinya dengan lingkungannya serta dirinya sendiri dan absurditas yang dialaminya. Judul The Outsider, dengan label Sang Pemberontak, makin jauh dari sikap Meursault. Meursault memang orang luar (outsider), dalam arti orang asing, tapi bukan pemberontak. Ia hanya mengikuti suara hatinya dalam diam dan sunyi.

Empat judul berbeda dari sembilan penerbit dan lima penerjemah untuk novel Camus yang sama memperlihatkan penafsiran berbeda terhadap keterasingan dan absurditas. Betul, menerjemahkan adalah juga tindakan menafsir. Namun, soalnya, apakah penafsiran itu mendekatkan atau menjauhkan pembaca dari pesan teks sumbernya dan pemikiran penulisnya?

Di tengah menjamurnya penerbit baru di Tanah Air, pembeli ditantang untuk lebih cermat memilih buku edisi terjemahan.

*) PEKERJA MEDIA, PENULIS CERPEN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus