Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Agar Bandara Baru Bergairah

Beberapa lapangan terbang baru kerepotan menggaet penumpang. Perlu perbaikan sarana pendukung.

16 Maret 2019 | 00.00 WIB

Agar Bandara Baru Bergairah
material-symbols:fullscreenPerbesar
Agar Bandara Baru Bergairah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Kesulitan beberapa bandar udara baru memikat penumpang memperlihatkan kurang matangnya perencanaan dalam pengembangan infrastruktur tersebut. Bandara sudah selesai dibangun, bahkan lama beroperasi, tapi penyediaan sarana pendukung tertatih-tatih. Setidaknya itulah yang tampaknya dialami beberapa bandara, di antaranya Kertajati di Majalengka, Jawa Barat; Silangit di Tapanuli Utara, Sumatera Utara; dan Tjilik Riwut di Palangka Raya, Kalimantan Tengah.

Ketiga bandara tersebut kembang-kempis. Di Kertajati, hampir setahun sejak diresmikan Presiden Joko Widodo pada 24 Mei 2018, rute yang aktif cuma Surabaya dan Medan, dengan penumpang pas-pasan. Dahlan Iskan, mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara, dalam sebuah tulisan mengatakan pernah menyaksikan antrean penumpang pesawat Boeing 737 Citilink jurusan Medan yang hanya terdiri atas tiga orang. Sedangkan penerbangan ke Lampung dan Balikpapan pada hari yang sama dibatalkan. Gejala penumpang sepi dan pembatalan penerbangan terjadi pula di Silangit dan Tjilik Riwut.

Tak bisa dimungkiri, aktivitas bandara berkaitan sangat erat dengan perekonomian daerah di sekitarnya. Kalau ada bandara yang sepi, hampir pasti sarana penunjang dan perekonomian daerah sekitarnya kurang bagus. Memang, ongkos yang mahal turut mempengaruhi aktivitas bandara. Sejak harga tiket pesawat naik, sebagai contoh, perjalanan darat antarkota meningkat. Namun itu cuma pada transportasi jarak dekat. Untuk jarak jauh, antarpulau, pesawat masih merupakan pilihan yang paling efektif.

Karena itu, perbaikan fasilitas dan perekonomian daerah menjadi penting. Dalam kasus Kertajati, pembangunan jalan tol ke bandara perlu dipercepat. Saat ini, penumpang dari Bandung membutuhkan lebih dari dua jam untuk mencapainya. Sarana penunjang seperti hotel dan area komersial pun harus segera dibangun agar Majalengka lebih menarik.

Daya tarik jugalah kata kunci untuk Silangit. Danau Toba jelas modal yang amat baik. Terakhir, pada 2018, sekitar 300 ribu wisa-tawan berkunjung ke sana. Masalahnya, bagi pelancong kebanyakan, penerbangan pergi-pulang hanya untuk satu tempat wisata dianggap sebagai pemborosan. Akibatnya, banyak yang turun di Silangit, tapi kembalinya lewat Medan, yang menawarkan lebih banyak atraksi.

Bagi Tjilik Riwut, minimnya daya tarik daerah serta harga tiket yang mahal menyebabkan penerbangan ke Palangka Raya lambat tumbuh. Kebanyakan penumpang memilih naik-turun di Bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Akan berbeda kalau perekonomian wilayah itu sudah lebih bergairah dan pemerintah membangun atraksi wisata baru di sekitarnya.

Baiknya, infrastruktur selalu merupakan proyek jangka panjang. Belum terlambat bagi pemerintah dan pengelola bandara untuk membenahi ekosistem penunjang bandar-bandar udara tersebut.

Kesuksesan Bandara Blimbingsari di Banyuwangi, Jawa Timur, dapat dicontoh. Pasca-pengoperasiannya, pemerintah daerah giat mengembangkan pariwisata sehingga memunculkan kebutuhan bagi pelancong terhadap bandara tersebut. Atraksi Ethno Carnival yang mulai digulirkan setahun setelah bandara itu beroperasi terbukti membantu menarik ribuan wisatawan setiap tahun. Aktivitas bandara pun ikut meningkat.

Kendala yang dialami beberapa bandara tersebut perlu mendapat perhatian serius, tapi jangan sampai menghambat pembangunan infrastruktur serupa di daerah lain. Bagaimanapun, sarana transportasi udara amat diperlukan di negara kepulauan seluas Indonesia. Pemerintah berkewajiban untuk terus menyediakannya, tentu saja dengan perencanaan yang lebih matang serta kesungguhan dalam pelaksanaannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus