POSMO adalah aliran pemikiran yang sekaligus menjadi gerakan yang bereaksi terhadap kegagalan manusia menciptakan dunia yang lebih baik. Posmo, kependekan dari Post-Modernisme, didasarkan pada rasa kecewa terhadap janji yang diberikan oleh peradaban modern, yang mendasarkan diri pada ilmu pengetahuan rasional. Bagi penganut Posmo, ilmu pengetahuan modern sudah gagal. Lalu, apa alternatifnya? Posmo tidak memberikan resep baru, bahkan mengingkari kesanggupan manusia untuk menemukan resep apa pun. Bagi penganut Posmo, manusia tidak akan mengetahui realitas yang objektif dan benar. Yang diketahui manusia hanyalah sebuah versi dari realitas. Ibarat teks sebuah bacaan, realitas yang diketahui manusia merupakan teks yang sudah dibentuk oleh seorang pengarang. Pada titik ini, Posmo terjun ke relativisme. Dengan menyebut realitas sebagai teks, Posmo memberikan peran besar pada bahasa. Kita berhubungan dengan realitas melalui media bahasa. Bayangkan, realitas tak punya nama, betapa sukar mempertahankannya dalam kesadaran. Tapi bahasa bukan alat netral. Di dalamnya sudah terkandung bermacam nilai, dan kekuasaan yang menyensor. Bahasa melakukan seleksi, realitas mana yang bisa diberi nama, mana yang tidak. Setidaknya, dalam bahasa sudah ditentukan yang dianggap baik dan tidak. Misalnya, seorang perempuan yang dinyatakan sebagai pelacur, orang ini langsung dicap negatif. Tak diperhitungkan, mungkin ia seorang ibu yang welas asih, yang menjalankan profesi itu untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan anaknya. Gerakan Posmo, seperti yang dinyatakan oleh Pauline Marie Rosenau, penulis buku Post-Modernism and the Social Science, terpecah menjadi dua kelompok besar: Posmo yang Skeptis (PS), dan Posmo Afirmatif (PA). PS berhenti pada perdebatan epistemologi tentang pengertian manusia. Melalui metode dekonstruksi, yakni melakukan analisa kritis, mereka menunjukkan adanya kontradiksi dalam teori apa pun. Tapi kelompok PS tidak memberikan alternatif. Maka, timbul kesan kuat bahwa aliran PS cenderung larut ke dalam aliran pemikiran nihilisme. PA melangkah lebih jauh. Mereka juga tidak percaya pada kebenaran teori yang ada, terutama teori besar. Kian besar sebuah teori, yang kebenarannya dianggap mencakup ruang dan waktu yang luas, kian lemah. Sebab, teori itu menjadi makin abstrak dan makin jauh dari yang mau direpresentasikannya. Bagi penganut PA, teori kecil lebih dekat dengan yang mau direpresentasikannya, karena daerah cakupannya yang serba terbatas. Maka, aliran PA berusaha memperhatikan teori-teori kecil, yang sebelumnya dianggap lemah dan tidak ilmiah. Ini kemudian menimbulkan dialog-dialog baru dengan mengikutsertakan pelbagai macam teori yang tadinya tidak pernah didengarkan. Munculnya wacana (discourse) tentang feminisme, tentang pengetahuan lokal yang tidak ilmiah, bahkan tentang ilmu klenik dan ilmu hitam serta agama-agama primitif, merupakan hasil dari gerakan PA. Tapi perlu dicatat, aliran PA bukan mau menciptakan teori baru yang lebih baik dan benar. (Meskipun, mungkin tanpa sadar, ada kecenderungan ke sini). Kalau ini yang terjadi, dia sudah keluar dari prinsip dasar Posmo itu sendiri, yakni penolakan terhadap kepastian sebuah teori. PA sekadar mau menyatakan bahwa kita akan lebih aman kalau kita berpegang pada teori kecil yang jangkauannya lebih terbatas. Di sini kita bisa lebih akrab dengan persoalannya. Pada saat yang bersamaan, kita terus membuka diri terhadap teori-teori lainnya, dan mencoba melakukan dialog dengan mereka secara terus-menerus. Tentu, PS menganggap PA mengkhianati prinsip dasar Posmo. Lalu, apa artinya Posmo bagi kita? Tergantung siapa kita ini. Bagi kalangan ahli ilmu sosial, Posmo dengan metode dekonstruksinya membuat kita berpikir mendasar tentang segala hal yang selama ini kita anggap sudah pasti. Juga, gerakan ini membuat kita peka terhadap pendapat lain yang selama ini kurang kita pedulikan. Posmo memacu sikap kritis dan menghidupkan sikap demokratis dan rendah hati. Kepastian teori besar seperti kapitalisme dan sosialisme dipertanyakan lagi. Bersamaan dengan itu, kita bisa lebih simpatik mendengarkan suara-suara ''baru'', seperti suara dari kelompok feminis, suara dari orang-orang di Dunia Ketiga. Bagi kalangan seniman, Posmo tampaknya bukan hal yang baru. Seni selalu mendasarkan dirinya pada kreativitas manusia. Kreativitas selalu mencari yang baru. Kreativitas juga tidak pernah menerima dominasi ilmu pengetahuan yang rasional. Kreativitas tidak pernah menerima dominasi apa pun dan siapa pun. Bagi kelompok minoritas, seperti gerakan kaum perempuan, gerakan pencari pola hidup alternatif, gerakan pelestarian lingkungan hidup, Posmo merupakan pemikiran baru yang sangat berguna. Posmo memberikan keabsahan pada mereka untuk diperhatikan dan didengarkan, memberikan kepercayaan diri yang lebih besar terhadap kelompok-kelompok ini. Posmo memungkinkan mereka masuk dalam dialog besar umat manusia. Yang tak saya ketahui, bagaimana pengaruh Posmo di kalangan ahli ilmu eksakta. Ilmu eksakta, yang berhubungan dengan objek mati dan dipengaruhi oleh hukum sebab-akibat, tampaknya masih butuh rasionalitas. Padahal, Posmo anti ilmu pengetahuan yang rasional dan kesimpulan-kesimpulan yang umum dengan tingkat kepastian yang tinggi. Barangkali, Posmo harus dikecualikan bagi ilmu eksakta yang mempelajari alam mati, yang berbeda dengan ilmu sosial dan humaniora yang mempelajari alam hidup. Tapi, terlepas dari ketidaksukaan Posmo terhadap rasio, sikap kritis dan sikap mau mendengarkan suara lain yang didorong oleh Posmo jelas sangat berguna bagi para ahli ilmu eksakta ini. Kalau kita membagi ilmu sosial dalam perspektif politik kiri dan kanan, Posmo ada di luar itu. Baik yang kiri maupun yang kanan, keduanya mendasarkan pemikirannya pada ilmu pengetahuan yang rasional. Sebagian ide Posmo ada yang diterima dan ada yang ditolak, baik oleh kelompok kiri maupun kanan. Karena itu, saya cenderung menggolongkan Posmo sebagai metode berpikir kritis, dan bukan aliran pemikiran baru. Tapi, sulitnya, metode berpikir juga sangat menentukan isi yang dihasilkan pemikiran tersebut. Dengan kata-kata yang serba mengambang ini, saya lepaskan pengertian Posmo pada pembaca. Silakan melakukan dekonstruksi kreatif terhadap teks di hadapan Anda ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini