Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Ciuman bebaskan hukuman di bremen

Pria atau wanita bremen menikahlah sebelum usia 30 tahun kalau tak mau dihukum. bagi lelaki, ia harus membersihkan tangga gereja dan perempuannya membersihkan bel. sangsi tak bakal berakhir jika tak ada ciuman dari lawan jenisnya.

16 Oktober 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK perlu gusar bagi mereka yang termasuk perawan tua atau perjaka lapuk. Agar tidak terlalu lama menunggu, datanglah ke Bremen untuk menjadi pangeran atau putri penyelamat. Hingga saat ini memang tidak ada yang bisa memberikan batasan yang jelas, mulai umur berapa orang patut disebut perawan tua atau perjaka lapuk. Padahal, sebutan tersebut selalu membuat hati waswas bagi yang bersangkutan. Apalagi bila ia sudah cukup tua menunggu jodoh sehingga merasa dirinya berjamur. Ternyata sebutan tadi juga berlaku di Jerman, yang notabene masyarakatnya tidak peduli dengan urusan pribadi orang lain. Dan jangan dikira yang menjadi perawan atau perjaka tua bisa tenang, khususnya di Kota Bremen di bagian utara Jerman. Dalam banyak hal, anak muda harus berpikir seribu kali untuk gigih bertahan sendiri sampai usianya 30 tahun. Di kota ini berlaku hukuman khusus buat pemuda dan pemudi yang sampai berumur 30 tahun belum mendapatkan pasangan hidup. Dalam satu minggu ada saja perjaka atau perawan tua yang menjalani hukuman. Mereka menjadi tontonan karena, beberapa hari sebelum pelaksanaan, eksekusi ini diumumkan di surat kabar lokal lengkap dengan foto dan identitas terhukum. Biasanya ini adalah ulah teman-teman si terhukum sendiri. Eksekusi dilakukan tepat pada hari ulang tahun mereka yang ke-30. Bentuk hukuman bagi perjaka lapuk adalah menyapu tangga Gereja Domsheide di pusat Kota Bremen. ''Mereka diharuskan mengenakan pakaian khusus, yaitu jas berekor dengan sepatu bot dan topi tinggi seperti yang biasa dipakai pemain sulap. Semuanya berwarna hitam,'' tulis Abdus Somad Arief dari Bremen untuk TEMPO seusai menyaksikan acara eksekusi itu. Jumlah tangga yang harus disapu memang tidak banyak. Namun, tangga itu kapan pun tidak bakal bersih, mengingat penonton, khususnya anak-anak, selalu mengotori lagi dengan kaleng, kertas, atau jenis sampah lain. Tontonan tentu kian menarik. Sebab, si terhukum diharuskan terus menyapu tangga itu sampai datang putri yang membebaskannya dengan memberikan ciuman kepadanya. Dan si putri melakukannya secara sukarela. Putri penyelamat itu muncul dari penonton. Ciuman diberikan setelah tontonan dianggap sudah cukup lama, sedangkan si terhukum tampak letoi kelelahan. Mereka, biasanya, kemudian menjadi pasangan serasi, setelah si pria selesai menjalani hukumannya. Bagi perawan tua, hukuman yang berlaku hampir sama. Bedanya, ia tidak menyapu tangga, tapi membersihkan bel yang menempel di pintu gereja tadi. Cewek itu baru dibebaskan dari hukuman setelah muncul pangeran penyelamat yang menciumnya dengan segemas hati. Ending-nya asyik, kan?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus