Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DALAM satu dekade terakhir, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita masalah kesehatan mental meningkat 13 persen. Angkanya terus meningkat hingga dua kali lipat per tahun. Salah satu penyebabnya adalah stres memenuhi tuntutan gaya hidup modern: konsumerisme dan obsesi pada status sosial, persaingan di semua lapisan kehidupan, pengejaran kesuksesan ekonomi, dan materialisme.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Manusia, karenanya, butuh kemampuan menjaga tingkat resiliensi psikologis. Di sisi lain, ada indikasi psikologi modern tidak selalu mampu mengimbangi tantangan yang berkembang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa pemikir psikologi lalu mengembangkan ilmu psikologi transpersonal atau psikologi integral, yang melibatkan agama dan spiritualitas non-agama. Para pemikir di bidang ini antara lain William James, Stanislav Grof, Carl Jung, Roberto Assagioli, Abraham Maslow, dan Ken Wilber. Dalam kajiannya, mereka melibatkan keyakinan akan keberadaan sumber kesadaran lain di luar—meskipun terhubung dengan—ego personal. Menurut mereka, diri yang lebih dalam dan jauh disebut Diri-Yang-Lebih-Tinggi atau Diri Spiritual.
Psikologi transpersonal mempercayai inner self pada individu. Dari 40 definisi psikologi transpersonal yang dikemukakan oleh para ahli, Tart merumuskan psikologi transpersonal sebagai ilmu yang mempelajari potensi tertinggi umat manusia, yang didasarkan pada pengenalan, pemahaman, dan realisasi keadaan kesadaran yang bersifat manunggal (unitif), spiritual, dan transenden.
Psikologi transpersonal merupakan disiplin ilmu yang sepenuhnya mengikuti prosedur berpikir saintifik. Bisa jadi ia melibatkan pembicaraan tentang-hal yang tidak material-fisik, tapi proses penarikan kesimpulan serta penyusunan teori dan prosedur verifikasi sepenuhnya bersifat saintifik.
Psikologi transpersonal adalah ilmu yang mempelajari hal-hal terkait dengan kesadaran manusia, sebagaimana umumnya ilmu psikologi. Namun psikologi ini memperluas domain kesadaran kemanusiaan melewati batas-batas ego personal.
Psikologi ini menganggap kesadaran manusia juga berasal dan mendapatkan pengaruh dari kesadaran-kesadaran di luar dirinya. Dilihat dari sisi lain, kesadaran manusia bisa dikembangkan lebih jauh dengan menyadap kesadaran-kesadaran nonpersonal itu, lewat teknik-teknik tertentu.
Masuknya kesadaran yang bersifat transendental ini yang menyebabkan psikologi transpersonal bisa juga disebut psikologi spiritual. Meski menimbulkan keengganan di kalangan sementara orang, ada alasan untuk mempertimbangkan nomenklatur psikologi spiritual untuk cabang disiplin ilmu psikologi baru ini.
Tema-tema yang dibahas dalam disiplin ini di antaranya kesadaran tak biasa (non-ordinary) seperti mimpi, kesadaran meditatif (mindful), kesadaran hasil laku prihatin (misalnya puasa), kesadaran alternatif yang dipengaruhi zat-zat alami atau kimiawi tertentu, dan kesadaran mistis.
Berbagai bentuk kegiatan mencapai mindfulness amat sentral dalam ajaran psikologi baru ini. Salah satunya pencapaian kesadaran tak biasa yang merupakan hasil olah pernapasan yang dikombinasikan dengan pembacaan mantra atau rumus bacaan religius tertentu.
Tart menyimpulkan ada sejumlah perbedaan paradigmatik psikologi lama dan baru (transpersonal). Pertama, dalam psikologi lama, fisika sebagai studi tentang dunia nyata (konkret) adalah ilmu pamungkas. Mimpi, emosi, dan pengalaman tak biasa manusia dianggap sebagai turunan saja dari yang fisik itu. Dalam psikologi baru: realitas psikologis sama nyatanya dengan realitas fisik.
Kedua, dalam psikologi lama, individu berada dalam isolasi-relatif dari lingkungan sekitarnya. Manusia adalah makhluk yang independen. Dalam psikologi baru, semua bentuk kehidupan berbagi hubungan psikologis/spiritual yang mendalam. Setiap individu adalah makhluk kosmik yang tertanam dan berjalin dalam kosmos alam semesta.
Ketiga, dalam psikologi lama, kesadaran adalah cara terbaik, paling rasional, dan paling adaptif, yang dengannya pikiran bisa diatur. Semua keadaan lain dianggap lebih rendah atau dianggap penyakit (patologis). Dalam psikologi baru, tatanan perasaan, kesadaran, bahkan rasionalitas yang lebih tinggi dimungkinkan keberadaannya. Apa yang kita sebut kesadaran terjaga sesungguhnya lebih seperti keadaan “jaga tapi tidur”, yang di dalamnya kita menggunakan hanya sebagian kecil kesadaran atau kapasitas kita.
Keempat, dalam psikologi lama, upaya mengejar keadaan kesadaran yang diubah (altered states of consciousness) adalah tanda patologi atau ketidakdewasaan. Dalam psikologi baru, upaya mengalami kesadaran yang berbeda adalah aspek alami pertumbuhan manusia yang sehat.
Akhirnya, saya hendak menyatakan bahwa disiplin baru ini lebih tepat disebut antropologi transpersonal atau integral. Sebuah disiplin yang berupaya meyakinkan kita bahwa manusia lebih agung dari apa yang tampak di permukaan. Manusia sesungguhnya jagat cilik (alam semesta utuh dalam wadah mikrokosmos) yang nyaris tak berbatas. Manusia menampung alam semesta, bahkan menampung Tuhan atau Spirit (dengan “S”) dalam dimensinya yang kecil dan terbatas.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Manusia Transpersonal, Manusia Integral"