Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Quran dan terjemahannya: kenapa baru sekarang diributkan?

Uran dan terjemahannya terbitan madinah merupakan perbaikan dar quran dan terjemahannya terbitan departemen agama. seharusnya para kiai mengoreksinya sejak awal terbit quran dan terjemahannya.

30 Mei 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada tulisan "Quran yang Terpelihara" (TEMPO, 25 April 1992, Agama) ada beberapa hal yang patut diperhatikan. Dalam tulisan itu disebutkan bahwa PBNU dan Syuriah melakukan rapat gabungan membentuk sebuah tim yang diketuai oleh Katib Syuriah NU K.H. Ma'ruf Amin untuk meneliti Quran dan terjemahannya terbitan Madinah, Arab Saudi. Karena dalam terbitan Madinah itu cenderung menerjemahkan secara harfiah dan menggunakan gaya personafikasi. Padahal dalam tauhid, menurutnya, menggunakan personafikasi untuk melukiskan Allah adalah tabu meskipun dalam Quran tersebut ada catatan kakinya. Saya kebetulan mendapatkan Quran dan Terjemahannya terbitan Madinah tersebut. Setelah saya meneliti kembali, Quran tersebut ternyata merupakan perbaikan dari Quran dan Terjemahannya terbitan Departemen Agama. Quran tersebut saya bandingkan dengan terbitan Departemen Agama, saya menemukan beberapa catatan sebagai berikut: 1. Pada Quran Depag terbitan tahun 1965 tercantum bahwa salah seorang anggota tim penerjemahnya adalah (alm) K.H. Ali Ma'sum yang dikenal luas sebagai salah seorang tokoh NU. 2. Penerjemahan yang cenderung harfiah dengan gaya personifikasi tak hanya ditemukan pada Quran dan Terjemahannya terbitan Madinah tapi juga pada Quran Depag terbitan 1965. Sebagai contoh, lafaz Yadullaha fauqa aidihim... diterjemahkan dengan "tangan Allah di atas tangantangan mereka...." (Quran 48:10). Juga pada Surat 38:75, kata biyadayya diartikan dengan "kedua tanganKu". Adalah aneh kalau kemudian muncul anggapan bahwa Quran dan Terjemahannya terbitan Madinah kemasukan paham Wahabi. Siapa yang lebih dulu? Beranikah kita menuduh bahwa (alm.) K.H. Ali Ma'sum berpaham wahabi? Ada apa antara NU dan Arab Saudi? Kenapa baru sekarang ribut, Pak Kiai? Bukankah lebih afdol dan berpahala kalau para kiai mengoreksinya sejak awal terbitnya Quran dan Terjemahannya? DRS. DJOKO ADI SUSANTO Jalan M.T. Haryono IV/818 Malang Jawa Timur

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus