Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Kolom mangunwijaya: kerukunan agama masa lampau

Toleransi beragama yang diajarkan nabi muhammad saw adalah mengizinkan delegasi kristen dari najran untuk melakukan kebaktian di dalam negeri. sebab masjid sebagai tempat beribadah

30 Mei 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Norman Arab" tulisan Y.B. Mangunwijaya (TEMPO, 25 April 1992) sungguh sangat mengagumkan sekali. Terutama apa yang disebutkan sebagai kerukunan antara umat Islam dan Kristen di zaman penuh kemanusiaan yang adil dan beradab, sehingga ketika Kaisar mengunjungi Yerusalem, Sultan yang arif memerintahkan agar selama Kaisar hadir di dalam kota para muazin jangan menaiki minaret-minaret dan memanggil lantang, cukup berbisik saja ketika bersembahyang, demi penghormatan kepada tamu agung yang Kristen. Sultan Al Kamil boleh saja berbuat demikian, namun umat Islam tidak pernah diperintahkan untuk berkiblat kepadanya. Nabi Muhammad saw., yang merupakan uswatun hasanah bagi kaum muslimin, memberi contoh bahwa pada suatu ketika datang delegasi Kristen dari Najran untuk bertukar pikiran dengan beliau mengenai masalah keagamaan. Ketika masalah dibahas secukupnya dan tidak ada keputusan pada keduanya, Nabi Muhammad saw., menantang mereka untuk bermubahalah, yakni memohon agar Allah sendirilah yang menunjukkan mana yang benar di antara keduanya. Namun, mubahalah itu tidak terjadi karena delegasi Kristen tersebut tidak bersedia menerima tantangan itu. Ketika para delegasi itu minta izin meninggalkan masjid untuk melakukan kebaktian, Nabi Muhammad saw. bersabda bahwa mereka tidak perlu meninggalkan masjid, mereka bisa melakukan kebaktian di dalam masjid, sebab masjid memang untuk tempat beribadah. Inilah toleransi yang diajarkan Nabi Muhammad saw., bukan seperti apa yang dilakukan Sultan Al Kamil memilih menghormati tamu daripada Tuhannya. Agama datang agar manusia dapat meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, dapat membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Bukan mencampuradukkannya, mempersamakan yang sebenarnya tidak sama. Tahun ini bulan puasa kaum Kristen dan kaum muslim jatuh pada bulan yang sama, juga hari raya Paskah dan hari raya Idulfitri, sebagai suatu perlambang bahwa manusia bersumber dari asal yang sama dan Tuhan yang sama. Dan pada suatu masa kelak masing-masing akan ditanya oleh sang Pencipta sampai di mana mereka telah memahami dan menghayati agama mereka masing-masing. ABDUL MUKHLIS AHMAD PO Box 33/Pru Bogor 16330 Jawa Barat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus