Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Soal Setan Mini

Hasil penelitian dari Wimpie Pangkahila, tentang seks kalangan remaja di Bali, jangan dianggap bohong. Perlu usaha preventif dengan pembinaan moral dalam keluarga dan pendidikan, pembinaan iman.

26 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

X : Kalau begini gelagatnya, bangsa kita sudah memerlukan pendidikan seks. Sudah urgen, walaupun berita seks remaja itu katakanlah cuma 50 % benar. Kalau tidak hati-hati, lama-lama muda-mudi kita bisa jauh terperosok, tidak ada jalan kembali. Y: Pengetahuan tentang seks perlu. Bisa berabe lantaran kebodohan. Saya baca beberapa tahun yang lalu seorang gadis remaja hamil walaupun sudah mengikuti nasihat ibunya. Supaya jangan hamil harus kau hindarkan ciuman laki-laki, kata ibunya. Begitulah, dia selalu menghindarkan ciuman pacarnya - tapi jadi hamil juga. X: Itu bisa terjadi kalau anak diberi keterangan yang keliru atau tidak lengkap. Dalam hasil penelitian di Amerika juga ada seperti itu. Anak gadis dinasihati: jangan tidur dengan laki-laki. Dia tidak tidur dengan laki-laki, tidak mau tidur waktu bermesraan, tapi jadi hamil juga. Karena itu perlu diajarkan cara reproduksi manusia secara terperinci. Biar diketahui hubungan seks itu apa dan proses kehamilan itu bagaimana. Y: Saya tidak yakin kalau diperlukan pengetahuan yang terperinci. Tidak salahnya diketahui tapi tidak mutlak. Yang perlu mereka ketahui, sekali hubungan seks bisa hamil. X: Kalau cuma itu, barangkali hampir semuanya sudah tahu. Lalu mau apa lagi. Y: Saya kira juga begitu. Kita terlalu memperbodoh muda-mudi dan anak tentang seks, apalagi anak desa atau anak kota yang berasal dari desa. Mereka sudah mempelajarinya secara alamiah, dari kehidupan sehari-hari. Sebelum menginjak usia remaja mereka sudah melihat ayam, itik, kambing, lembu, kerbau berhubungan kelamin. Mereka sudah sering melihat kodok, capung, kupu-kupu dan belalang berhubungan seks. Mereka tidak perlu belajar dari buku tentang hal yang elementer itu. X: Jangan-jangan pikiran kita dipengaruhi orang Barat kalau begitu. Soal-soal begitu dianggap perlu dipelajari dari buku. Y: Mungkin. Dan pengalaman anak-anak mereka, yang kebanyakan dibesarkan di kota berbeda dengan kita. Seorang anak yang dibesarkan di New York atau London tidak melihat itu tadi semua dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat mereka mempunyai ayam ras, anjing ras yang tidak berhubungan seks di muka umum, apalagi di kota. Jadi anak-anak perlu mempelajarinya dari buku. Karena itu, terus terang saja, belum jelas apa yang seharusnya diberikan dalarn pendidikan seks. X: Menurut penelitian di Amerika, banyak remaja hamil lantaran tidak tahu tentang kontrasepsi. Ada yang mencoba-coba pantang berkala secara keliru. Umpamanya, karena belum lama haid, dia pikir aman dan tidak bisa hamil. Kecerobohan, ingin tahu dan ingin coba berbaur. Lalu hamillah dia. Y: Ooo . . . Anda sudah menginjak persoalan lain, persoalan KB dan remaja. Kalau begitu, apakah para remaja sudah perlu tahu tentang kontrasepsi: sanggama terputus, pantang berkala, pil, suntik, spiral, susuk dan lain-lain. Selanjutnya, dan ini yang lebih penting, apakah secara moral kita sudah mentolerir muda-muda berhubungan seks di luar nikah, lalu kontrasepsi dipraktekkan guna mencegah kehamilan? X: Waduh, rumit jadinya. Kalau itu kita kutuk dan kita tetap double standard seperti nenek moyang kita, gadis harus perawan dan pemuda tidak soal, keperawanan sebelum menikah adalah mutlak, apakah itu realistis? Keadaan sudah berubah, lingkungan sudah berubah, perilaku seks sudah berubah. Apakah kita bisa menahan arus? Y: Kita coba, kalau perlu, tapi bagaimana maksud anda? X: Perubahan ini diwakili kota, golongan menengah-atas di kota. Dibandingkan dengan desa, kontrol sosial di desa amat kuat. Masyarakatnya homogen, orang kenal satu dengan yang lain, banyak yang diikat oleh tali kekerabatan dan nilai-nilai tradisional dipegang teguh. Usia kawin rendah. Penduduk kota heterogen, usia kawin meninggi, kontrol sosial renggang, nilai-nilai lama mengalami erosi. Para remaja kota menerima rangsangan seks terus menerus melalui berbagai media, yang jelas tidak dialami nenek moyang kita. Dahulu celana renang bikini pernah dihebohkan, begitu juga baju you can see. Sekarang adegan cium dan adegan ranjang sudah di tengah-tengah kita. Lewat koran, majalah, tv, video tape adegan cium tiap hari masuk rumah. Y: Memang .... memang. X: Sepeda motor sudah dibuat demikian rupa, sehingga tiap hari kita lihat muda-mudi rangkulan di jalan raya. Dan menurut berbagai penelitian di Barat, bertambahnya kendaraan roda dua dan roda empat mempengaruhi perilaku seks. Lebih mudah orang menciptakan suasana untuk berduaan. Dan lihatlah bagaimana banyaknya iklan yang berkaitan dengan seks, tentang seks. Ada kapsul dengan ginseng, organ singa laut dan vitamin E guna meningkatkan kegairahan dan daya tanan. Iklan kondom membawa pesan: nikmatilah saat-saat bahagia hari ini. Malah iklan rokok, jam tangan, sepeda motor, entah apa lagi, dikaitkan dengan seks. Para ahli periklanan terus menerus menggarap naluri manusia yang paling dasar. Filsafat menahan diri mengalami erosi, dirongrong hedonisme. Kita digiring situasi memilih setan mini. Dan jelas itu lebih baik daripada setan maksi. Apa boleh buat. Y . Maksud anda? X: Idealnya seks remaja tidak menjadi problem, mereka tidak main seks, perawan sampai menikah. Tapi kalau karena ini itu, karena pengaruh film, iklan, pendidikan, persamaan hak, pergaulan bebas dan lain-lain, mereka berhubungan seks lhaa lebih baik pakai kontrasepsi. Pakailah kondom, pil atau yang lainnya. Saya namakan itu setan mini. Kehamilan di luar nikah, pengguguran, anak jadah dan sejenisnya saya namakan setan maksi. Logis kalau dipilih setan mini apabila harus punya setan. Kan begitu? Y: Jangan dulu. Saya belum bisa menerima setan anda. X: Jangan salah tangkap. Saya pun bukan pencinta setan. Bulu kuduk saya tegak membayangkan setan mini, apalagi setan maksi. Tapi apakah kondisi-kondisi yang melahirkan setan ini bisa dilenyapkan? Y: Nanti dulu. Yang penting usaha preventif. Pembinaan moral dalam keluarga dan lembaga pendidikan. Pembinaan iman. Jangan kehilangan kepribadian. Jangan dipersoalkan pemilihan setan. X: Tapi bung, hasil penelitian seks di Bali itu membikin saya memikirkan setan dan memilih setan mini. Bisakah dianggap hasil penelitian dr. Wimpie Pangkahila itu isapan jempol, penelitian yang persetan? Y: Sabar bung, nanti dulu. Jangan buru-buru menambah jumlah setan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus