Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Tempo Witness dan Liputan Pendidikan yang Berdampak

SDN 3 Bukit Tinggi masih belajar di kelas-kelas darurat. SDN 3 Bukit Tinggi baru mendapat janji-janji. Janji-janji manis itu belum terealisasi. Gedung sekolah belum dibangun. Ihsan Hadi masih harus memantau dan melaporkan sebagai pengingat kalau para penguasa sudah berjanji.

28 Januari 2022 | 14.14 WIB

Foto: Ihsan Hadi, TempoWitness
Perbesar
Foto: Ihsan Hadi, TempoWitness

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tujuh siswa SD Negeri 3 Bukit Tinggi, setiap hari sekolah harus berjalan antara 15-45 menit dari rumah masing-masing ke ruang kelas darurat di sebelah rumah Abdul Sa’id, Dusun Murpadang, Desa Bukit Tinggi, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB. Ruang kelas darurat hanya berdinding papan dan seng, tanpa pintu itu hasil kerja gotong-royong warga Dusun Murpadang. Ayam-ayam bebas berkeliaran di dalam kelas.

Masih ada 2 ruang kelas darurat serupa, berdinding tripleks. Satu kelas di Dusun Batu Santek masih di Desa Bukit Tinggi dan satunya di Dusun Murpeji di Desa Gegerung. Sudah 3 tahun 63 siswa dan 9 guru SDN 3 Bukit Tinggi berpindah-pindah tempat belajar dan berakhir di kelas darurat itu. Guru-guru harus bergantian mengajar pindah dari satu kelas darurat ke kelas darurat lainnya.

Tahun 2018 bangunan SDN 3 Bukit Tinggi rusak terguncang gempa. Setelah perbaikan, tahun 2020 lahan sekolah tergusur mega proyek Bendungan Meninting. “Hingga saat ini belum jelas nasib sekolah kami,” kata Kepala Sekolah SDN Bukit Tinggi, Sariu SPd, 23 November 2021, kepada Ihsan Hadi, jurnalis rakyat TempoWitness. 

Kepala Sekolah dan para guru masih terus berkomunikasi intensif dengan pemerintah, Balai Wilayah Sungai, dan pengembang Proyek Bendungan Meninting. Semua upaya sudah mereka jalankan supaya SDN 3 Bukit Tinggi memiliki gedung sekolah yang layak agar proses belajar-mengajar bisa berlangsung dengan baik. Demikian laporan Ihsan Hadi di TempoWitness, 24 November 2021 (https://witness.tempo.co/article/detail/3817/gedung-sdn-3-bukit-tinggi-tergusur-bendungan-meninting.html).   

Ihsan, mahasiswa Universitas Mataram jurusan sosiologi, menceritakan prosesnya membuat laporan SDN 3 Bukit Tinggi. 

Karina – teman sekampus yang mengikuti program kampus mengajar – memberikan informasi kondisi SDN 3. “Saya mulai sering berdiskusi tentang kondisi sekolah SDN 3 Bukit Tinggi. Karina banyak tahu sekolah ini karena dia ikut program kampus mengajar. Saya merasa mendapatkan isu yang bisa dijadikan laporan. Dalam kepala saya banyak sekali pikiran bercampur terkait sekolah ini,” cerita Ihsan.

Karina juga yang membantu Ihsan menghubungi pihak sekolah, sampai akhirnya Ihsan bisa bertemu dengan Kepala Sekolah, guru-guru dan siswa SDN 3 Bukit Tinggi. Setelah berdiskusi dengan mentor jurnalis, terutama mengenai informasi apa yang harus didapatkan, Ihsan memutuskan melihat sendiri kondisi sekolah. 

Awalnya pihak sekolah ragu memberikan keterangan. Mungkin, “Karena melihat saya yang memang kurang meyakinkan. Saya jelaskan perlahan tentang TempoWitness dan kegiatan saya dengan TempoWitness. Akhirnya pihak sekolah mulai berani memberikan keterangan,” kata Ihsan mengingat awal-awal memulai membuat laporan.

Lokasi kelas darurat di perbukitan menjadi tantangan tersendiri bagi Ihsan. “Lumayan menguras tenaga dan perlu ekstra hati-hati karena adanya jurang dan sungai yang harus dilalui, ditambah dengan galian dari mega proyek Bendungan Meninting.” Tanggal 23 November 2021, Ihsan mengendarai motor menuju lokasi kelas darurat di Dusun Murpadang itu.

Laporan Ihsan ditayangkan TempoWitness tanggal 24 November 2021. Ihsan membagikan link laporannya itu ke grup-grup WhatsApp. “Saya juga membagikan link itu melalui pesan pribadi ke teman-teman,” kata Ihsan, mahasiswa semester 8 Universitas Mataram yang aktif di Unit Kegiatan Pers Kampus Media Universitas Mataram. 

Laporan Ihsan mendapat komentar dari teman-teman di kampus, terutama teman-teman yang bergerak di bidang literasi. Mereka melihat ada ketimpangan di dunia pendidikan. Sebagian berkomentar kasus ini menjadi isu besar dilihat dari pembangunan versus pendidikan. 

Ihsan coba berkomunikasi dengan beberapa jurnalis untuk membantu membuat berita tentang SDN 3 Bukit Tinggi. Ada dua berita dibuat oleh jurnalis peserta Program Jurnalisme Investigasi Program SPEAK (Strengthening Public Services through the Empowerment of Women-led Advocacy and Social Audit Networks) yang didanai oleh Uni Eropa dan Hivos.

  • Ahmad Viqi – jurnalis IDN Times NTB peserta Program SPEAK – menayangkan berita SDN 3 Bukit Tinggi tanggal 26 November 2021 (https://ntb.idntimes.com/news/ntb/ahmad-viqi/tergusur-bendungan-siswa-sd-bukit-tinggi-belajar-ke-rumah-warga). 
  • Nurul Ummah – jurnalis KickNewsToday peserta Program SPEAK - membuat berita mengenai SDN 3 Bukit Tinggi yang terbit di KickNewsToday tanggal 3 Desember 2021 (https://kicknews.today/pendidikan/tergusur-proyek-bendungan-meninting-murid-sdn-di-lombok-barat-numpang-belajar-di-rumah-warga/). 
  • Ihsan melanjutkan komunikasinya dengan Kepala Sekolah SDN 3 Bukit Tinggi. Ihsan membuat lagi laporan lanjutan dan tayang di TempoWitness tanggal 30 November 2021 mengenai bantuan dari Dharma Wanita Persatuan Lombok Barat dan Basarnas NTB untuk SDN Bukit Tinggi (https://witness.tempo.co/article/detail/3919/sdn-3-bukit-tinggi-mendapat-bantuan-dwp-basarnas-lombok-barat-.html). 
  • Laporan Ihsan – dan juga laporan dari media arus utama KickNewsToday dan IDN Times NTB – memberikan dampak positif untuk SDN 3 Bukit Tinggi. Pengembang Bendungan Meninting berjanji membangun gedung sekolah sementara. Lihat laporannya di sini: https://witness.tempo.co/article/detail/3928/pengembang-bendungan-meninting-janji-bangun-gedung-sekolah-.html 

Kepala Sekolah SDN 3 Bukit Tinggi menginformasikan kalau uang pembebasan lahan untuk gedung sekolah baru permanen sebesar Rp 1,4 miliar sudah masuk ke rekening Satuan Kerja Badan Wilayah Sungai Bendungan Meninting. Uang itu harus ditransfer ke rekening Pemda Lombok Barat. 

“Saya merasakan sensasi senang, haru, hingga bahagia yang tiada duanya. Campur aduk. Saya merasa apa yang sudah saya lakukan bisa bermanfaat bagi orang lain, meski sedikit. Saya berpikir ada nikmat sendiri ketika laporan itu bermanfaat, meski menjadi sosok di belakang layar,” tulis Ihsan dalam testimoninya, setelah membuat laporan yang memberikan dampak. 

Ihsan mulai bergabung dan mengikuti pelatihan jurnalisme rakyat TempoWitness – bagian dari Program SPEAK – tanggal 5 Juli 2021 sampai 10 Juli 2021 – secara daring. Pelatihan dilanjutkan dengan mentoring hingga Desember 2021. 

“Pelatihan ini benar-benar mengubah saya. Mulai dari sudut pandang untuk menulis, dalam menyerap informasi, dan menyampaikan informasi. Informasi itu menjadi sangat vital terutama dalam kehidupan masyarakat, mengingat tidak semua wartawan bisa mencapai titik tertentu, sehingga dibutuhkan peran aktif dari masyarakat untuk menyampaikan informasi yang dilandasi fakta dan data, sehingga tidak berimbas efek samping, terutama terjerat peraturan,” tulis Ihsan dalam testimoninya. 

Tugas Ihsan sebagai jurnalis rakyat TempoWitness belum selesai. SDN 3 Bukit Tinggi masih belajar di kelas-kelas darurat. SDN 3 Bukit Tinggi baru mendapat janji-janji. Janji-janji manis itu belum terealisasi. Gedung sekolah belum dibangun. Ihsan Hadi masih harus memantau dan melaporkan sebagai pengingat kalau para penguasa sudah berjanji. Ihsan sebagai jurnalis rakyat harus terus mengingatkan dan menagih janji-janji itu melalui laporan fakta ke TempoWitness.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus