Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

4 Fakta Pulau Sampah di Dunia, Ada yang Menjadi Tempat Wisata

Deretan pulau sampah ini tak hanya berfungsi menjadi TPA, ada juga yang jadi tempat wisata

4 Oktober 2023 | 19.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tumpukan sampah apung yang dikenal Great Pacific Garbage Patch di Samudra Pasifik.[Forbes/The Ocean Cleanup]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Produksi sampah di dunia cenderung terus mengalami peningkatan. Tak jarang terjadi masalah keterbatasan lahan untuk tempat pembuangan sampah. Bahkan sejumlah pemerintah menyiapkan pulau sampah, yaitu pulau khusus untuk menampung sampah mereka. 

Selain Pulau Semakau di Singapura, Pulau Thilafushi di Maladewa, dan Yumenoshima, Jepang, ada juga tumpukan sampah terapung di Samudra Pasifik. Tumpukan itu disebut pulau sampah, bahkan dikenal menjadi tempat sampah raksasa lantaran membentang hingga 1,6 juta kilometer persegi. Kumpulan sampah tersebut dibawa arus dan terjebak akibat pergerakan arus gyre yang membentuk pusaran. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut 4 fakta mengenai pulau sampah terbesar di dunia: 

1. Menjadi bank sampah terbesar di dunia

Julukan bank sampah terbesar di dunia tertuju pada Great Pacific Garbage Patch yang memiliki luas sekitar 1,6 juta kilometer per segi. Dikutip dari rhinoplas.co.id, Great Pacific Garbage Patch menampung jutaan limbah plastik yang sulit diurai sehingga membentuk sebuah pulau bernama Floating Garbage Island

Sampah plastik tersebut berasal dari kawasan pesisir Jepang, Hawaii serta Kalifornia. Kumpulan sampah itu kemudian terjebak di Great Pacific Garbage Patch karena pergerakan arus pilin yang membentuk pusaran. Pusaran ini terbentuk akibat air hangat dari Samudera Pasifik bagian selatan bertemu dengan air dingin yang berasal dari Kutub Utara. Akhirnya, sekitar 80 ribu ton sampah plastik terkumpul di sana. 

2. Ditemukan tanpa sengaja

Great Pacific Garbage Patch secara tidak sengaja ditemukan oleh Kapten Charles Moore pada 1997. Kala itu, Kapten Charles Moore dalam perjalanannya menuju California mengambil jalan pintas melalui pusaran air. Rute ini tergolong jarang dilalui oleh pelaut lantaran angin tidak cukup untuk menggerakkan perahu layar. Begitu juga nelayan yang menghindari lokasi tersebut karena perairannya yang tidak memiliki banyak ikan.

Kapten Charles dan krunya lantas terkejut ketika melintasi Samudera Pasifik dengan kapalnya yang dikelilingi jutaan sampah plastik. "Ketika saya memandang dari dek ke permukaan yang seharusnya merupakan lautan murni, saya dihadapkan sejauh mata memandang dengan pemandangan plastik," ucap Kapten Charles dikutip dari education-nationalgeographic-org.

3. Satu satunya TPA di negara tersebut

Thilafushi merupakan satu satunya tempat pembuangan sampah di Maladewa. Dirangkum dari savethewater.org, Thilafushi berada di sebelah ibu kota negara, Male dan menampung sampah harian lebih dari 330 ton.

Penggunaan pulau Thilafushi sebagai tempat pembuangan sampah dimulai pada 1991. Kala itu, pulau Thilafushi didirikan untuk mengatasi masalah sampah di Malé. Namun, pengelolaan sampah yang kurang baik dan melonjaknya jumlah pengunjung di negara itu membuat tumpukan sampah menggunung. 

Selain Thilafushi, ada pula Semakau yang menjadi satu satunya TPA di Singapura. Dilansir dari gaiadiscovery-com, TPA Semakau sekaligus pulau sampah Semakau ini, berada sekitar 4 kilometer ke arah selatan Singapura. Pulau Semakau memiliki luas kurang lebih 3.5 kilometer persegi dan dirancang sedemikian rupa untuk pengelolaan sampah.

Pulau Semakau mulai dibangun sejak 1995 dan dipakai pada 1999. Kemudian ditargetkan menampung sampah Singapura hingga 2045. Dalam pulau tersebut terdapat 11 buah teluk yang digunakan sebagai tempat pembuangan sampah. Semuanya dilapisi plastik tebal dan tanah liat laut agar sampah tidak meluber ke laut. Serta untuk memastikan air lindi tetap berada di TPA. 

4. Menjadi destinasi wisata

Meskipun tempat pembuangan limbah industri, Pulau Semakau menjadi salah satu pilihan destinasi wisata di Singapura. Hal itu disebabkan karena kerapihan fasilitas dan teknik pengolahan dengan teknologi canggih. Sehingga menjadikan pulau Semakau sebagai tempat pembuangan sampah yang hidup berdampingan dengan ekosistem laut yang dinamis dan habitat garis pantai.

Tak hanya itu, Pulau Semakau menawarkan pendidikan terkait pengelolaan limbah padat serta tur ke fasilitas TPA. Pengunjung juga bisa menikmati berjalan-jalan di tengah pasang surut selama tiga jam saat air surut. Di sini mereka akan menyaksikan kumpulan tumbuhan bakau, lamun, terumbu karang, kepiting, bintang laut, bunga karang, udang dan tanaman laut menarik lainnya. 

Pilihan Editor: 5 Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terbesar di Indonesia

 

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus