Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Masuknya sampah ke laut dapat menimbulkan efek negatif terhadap ekosistem, habitat, biota laut dan penurunan kualitas lingkungan pesisir. Lantas apa saja jenis sampah yang dapat merusak ekosistem laut?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir kkp.go.id, sampah laut ialah sampah yang berasal dari daratan, badan air, dan pesisir yang mengalir ke laut atau sampah yang berasal dari kegiatan di laut. Sampah laut dapat dibedakan menjadi tujuh jenis, di antaranya:
- Plastik, mencakup beragam materi polimer sintetis, termasuk jaring ikan, tali, pelampung, dan perlengakapan penangkapan ikan lain. Barang-barang konsumen keseharian, seperti kantong, botol, kemasan, mainan, dan wadah tampon yang terbuat dari plastik. Juga popok, puntung rokok, korek api, pucuk cerutu, butir resin plastik, partikel plastik mikro dan semua barang yang terbuat dari plastik.
- Logam, termasuk kaleng minuman, kaleng aerosol, pembungkus kertas timah dan pemanggang sekali pakai.
- Gelas, termasuk botol, bola lampu.
- Kayu olahan, termasuk pelet, krat/peti, dan papan kayu.
- Kertas dan kardus, termasuk karton, gelas dan kantong.
- Karet, termasuk ban, balon, dan sarung tangan.
- Pakaian dan tekstil, termasuk sepatu, bahan perabot, dan handuk.
Berapa Lamakah Sampah Akan Terurai di Laut?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masih dari kkp.go.id, kertas tisu membutuhkan waktu dua sampai empat minggu untuk terurai, kertas karton enam minggu, sisa apel dua bulan, kotak kardus dua bulan, karton berilin tiga bulan, baju katun dua sampai lima bulan, puntung rokok satu sampai lima tahun, kaos kaki satu sampai lima tahun, potongan kayu satu sampai tiga tahun, gelas Styrofoam 50 tahun, busa pelampung 50 tahun, plastik minuman 400 tahun, kaleng timah 50 tahun, popok 450 tahun, senar pancing 600 tahun, botol plastik 450 tahun.
Perkiraan waktu terurainya setiap limbah atau sampah di laut juga dipengaruhi komposisi dan kondisi lingkungan. Namun melihat susahnya limbah-limbah ini terurai di lautan, bahkan ada yang mencapai ratusan tahun, sudah sepatutnya kita sadar dan tak lagi membuang sampah ke laut.
DELFI ANA HARAHAP